7. Head & Tail

142 24 4
                                    

Adel tak punya keberanian untuk membalikkan tubuh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Adel tak punya keberanian untuk membalikkan tubuh. Ditunggunya hingga Jared bersuara sambil mempersiapkan diri bila ia dipecat.

"Mbak."

Gadis itu mengembuskan napasnya keras-keras. Tubuhnya yang sempat mendingin, kini menghangat lagi saat menyadari itu bukan suara Jared. Ia lalu berbalik, menghadapi Pardi di ambang pintu kaca itu. "Ngagetin aja sih, Pak," sungutnya dengan tangan di dada.

Pardi meringis. "Saya udah ketuk-ketuk tadi, tapi Mbak gak dengar." Ia membela diri.

"Ada apa?"

"Anu ... motong rumputnya udah selesai. Mbak bilang, sofanya juga mau dibersihin."

"Oke. Bapak tunggu di teras depan, ya," suruh Adel. Sementara lelaki itu keluar lagi melalui pintu kaca, ia beranjak ke ruang depan lewat dalam.

Di sana, dengan aba-aba Adel, mereka menggotong sofa itu ke halaman samping, supaya dekat dengan keran air. Lalu selagi Pardi mengurus sisanya, ia memutuskan untuk mulai memasak.

Seraya menggelung rambutnya, Adel membuka kulkas dan mengeluarkan semua bahan yang akan diolahnya siang itu. Dari mengiris hingga meracik, ia lakukan dengan cepat, mengingat sebentar lagi memasuki jam makan siang Jared. Fokusnya yang tak terbagi membuatnya tak menyadari, seseorang di lorong sedang tertegun mengamatinya.

Jared kembali merasakan déjà vu. Melihat seorang gadis di dapurnya, berdiri di depan kompor, mengaduk sesuatu dalam panci dengan rambut tergelung asal seperti itu, dirinya seperti diseret ke masa lalu.

Adel yang akhirnya sadar sedang diamati, menoleh. Ia nyaris melompat di tempat, menemukan Jared berdiri diam mengamatinya dari ujung lorong. Senyumnya pun diulas, untuk menutupi kekagetannya. "Udah lapar? Sebentar lagi, ya. Tinggal tunggu matang," ujarnya.

Jared yang semula berencana duduk di meja makan sambil menunggu waktu makan siangnya, membelokkan langkah ke kamar dan menutup pintu.

Senyum Adel pun pupus kala pertanyaannya diabaikan. Mungkin bila laki-laki itu mengabaikannya dengan ekspresi jutek, ia tak akan heran. Namun kelihatannya bukan itu yang ia lihat di sorot matanya. Dalam sorot mata Jared seperti ada ... luka.

Di kamar, Jared menghempaskan tubuhnya di kasur.

Sial. Sial. Kenapa gadis itu malah mengingatkannya padanya?

Semua yang dilakukan asisten barunya itu persis sama seperti yang dilakukan mendiang sang istri dulu--mondar-mandir di sekeliling dapur seolah ruangan itu adalah kerajaannya. Penampilannya pun seperti itu. Santai, dengan rambut tergelung asal, menyisakan anak-anak rambut di sepanjang garis batas yang terlepas dari ikatannya, mengekspos tengkuk mulus yang menggoda.

Dulu, setiap kali ia melihat istrinya memasak makan malam seperti itu, jam makan harus dimundurkan, karena sebelum masakan matang, mereka sudah berakhir di meja makan atau ranjang.

✔A Shelter by the LakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang