Baru saja Dmitri mengangkut tas punggungnya yang sudah ia kemasi dari meja kerja, pintu ruangannya dibuka tiba-tiba. Di ambangnya, Freya berdiri angkuh, dengan penampilannya yang, seperti biasa, stylish.
Pria itu berdecak. Perempuan ini sungguh hafal, kapan ia meninggalkan ruangan dan kapan jam kerja sekretarisnya berakhir, sehingga tak ada yang menghalanginya masuk. Kantor Dmitri memang tak menyewa tempat di gedung-gedung tinggi. Tidak pula diperlukan akses untuk naik ke lantai yang dituju, karena hanya merupakan bangunan dua lantai. Siapa pun bebas ke luar-masuk dengan seizin satpam.
"Ngapain kamu ke sini?" sambut laki-laki itu tak ramah bercampur kesal.
"Kamu pikir?" Perempuan itu melangkah anggun menuju meja Dmitri dan langsung duduk di kursi beroda tanpa dipersilakan. Satu tungkainya lalu ditumpangkan di atas tungkai yang lain.
"Aku gak suka kamu bawa-bawa masalah pribadi ke kantor." Dmitri tetap berdiri, berusaha mengintimidasi Freya agar beranjak dari duduknya dan segera pergi. Menawarinya minum pun tidak.
"Terus ke mana lagi kalau aku pengin ngomongin masalah ini? Kamu larang aku ke rumah kamu. Kamu juga nolak tiap aku ajak ketemu di kafe."
"Mikir, Freya." Dmitri menunjuk pelipisnya. "Semakin sering kamu ke rumah, semakin tetangga-tetanggaku curiga sama hubungan kita. Dan bukannya gak mungkin kita ketemu orang yang kita kenal di jalan. Gimana kalau mereka ngadu sama orang tuaku?"
"Alasan." Freya mendengkus.
"Kalau udah selesai, aku mau pulang." Dmitri kembali mengangkut tas punggungnya.
"Belum," tukas Freya. "Aku pengin tau, udah sampai mana pencarian kamu?"
"Hei, ini baru beberapa hari. Kamu kira gampang cari orang hilang?"
"Tergantung gimana cara kamu mencarinya."
Dmitri mendesah keras. "Aku bahkan udah membobol mobil temannya untuk ngecek GPS. Dan mereka lebih pintar dari aku karena jejaknya udah dihapus duluan."
"Dasar tolol. Kemajuan teknologi ternyata gak bikin kamu tambah pintar." Perempuan itu mengernyih.
"Gak usah sombong. Kamu bahkan gak bantu apa-apa."
"Buat apa aku bantu kamu kalau pada akhirnya kamu gak bisa aku miliki?"
Dmitri mendengkus. "Kamu udah tau itu. Jadi sebaiknya kamu pergi."
Freya masih bertahan di tempatnya. "Kamu masih ingat 'kan, ancamanku beberapa hari yang lalu? Kalau siaran YouTube-ku itu ku-upload, kalau orang tuamu sampai lihat--"
"Kalau orang tuaku sampai lihat dan terjadi sesuatu sama mereka, aku gak akan mau ketemu kamu lagi dan nafkahin anak itu," tunjuk Dmitri ke arah perut perempuan di hadapannya.
Ia lalu hempaskan tubuhnya di kursi kebesarannya--kursi yang membuatnya bangga, posisinya cukup tinggi di kantor itu. "Aku pernah bilang, 'kan? Kita gak akan bisa bersatu. Hubunganku dengan Adel udah diatur jauh sebelum kita ketemu. Jadi sebaiknya kamu pergi," usirnya dengan intonasi lebih lunak.
KAMU SEDANG MEMBACA
✔A Shelter by the Lake
Romance[Romance/Mystery/Thriller] (Judul sebelumnya: The Lake House) "Jangan berurusan dengan Jared." Begitu pesan setiap orang yang Adel temui ketika baru pindah ke kota kecil itu untuk melarikan diri dari mimpi buruk. Ia baru mengerti maksudnya ketika be...