26. Gone Girl & Birthday Boy

117 20 4
                                    

Ting tong

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ting tong.

Ting tong

Ting tong.

Tangan Dmitri meraba-raba di atas nakas, mencari ponselnya. Dengan mata yang belum melek sempurna, ia mencoba mengenali angka-angka penunjuk waktu dalam layar telepon pintar itu. Pukul 06.17. Dan ini hari Sabtu. Astaga!

Siapa pun yang bertamu sepagi ini, di mana ia biasa memperpanjang waktu tidurnya, adalah orang sinting yang tak sabaran.

Bel itu masih berdenting saat ia menjejak di lantai bawah. Namun kini bukan hanya bunyi bel yang ia dengar, tapi juga gedoran di pintu.

"Sebentaaar!" seru Dmitri kesal.

"Dmitri! Cepat buka pintunya!" balas seorang wanita di luar sana.

Langkah pria itu sontak terhenti kala mengenali suara tamunya--tamu yang disebutnya sinting dan tidak sabaran. "Mama?" gumamnya.

DOK DOK DOK!

Gedoran itu terulang, lebih keras, sekaligus membangunkan otak Dmitri yang sempat membeku. Laki-laki itu kembali melajukan langkahnya, lebih cepat daripada sebelumnya. Bukan hanya karena tamunya adalah mama, tapi juga karena ia tak ingin menjadi sasaran amukan tetangga yang terganggu.

Giselle, mama Dmitri, langsung menerobos masuk sebelum pintu terbuka lebar, mendorong putranya hingga nyaris terjengkang.

"Ada apa, Ma?" tanya Dmitri yang masih diliputi kebingungan.

"Jelasin!" tuntut Giselle seraya menunjukkan layar ponselnya.

Dmitri mendekat untuk melihat lebih jelas gambar dalam ponsel Giselle. Namun saat mengenali gambar itu, ia berdecak tanpa sadar, menyumpahi kebodohannya sendiri.

Ketika menyebarkan poster hilangnya Adel ke grup-grup WhatsApp di mana ia tergabung, tak terpikirkan olehnya bahwa ada kemungkinan anggota-anggotanya akan menyebarkan foto itu ke grup WhatsApp lainnya. Ada kemungkinan pula Giselle tergabung dengan salah satu grup itu. Sekarang, bagaimana ia harus menjelaskannya?

"Jadi karena ini kamu ngulur-ngulur waktu terus?" desak mama.

Dmitri mendesah keras. Ia mengacak rambutnya asal. Rambutnya yang belum tersisir pun semakin acak-acakan. "Duduk dulu, Ma," tunjuknya ke arah sofa di ruang duduk.

Meskipun masih emosi, Giselle menuruti permintaan lelaki itu. Ia meletakkan bokongnya di seberang sang putra bungsu dan menunggu.

Namun di hadapannya, Dmitri hanya menunduk dan diam. Sementara isi kepalanya begitu riuh menyusun karangan cerita yang masuk akal. Baginya, yang penting mama tenang.

"Sebenernya Adel gak hilang, Ma. Dia masih berduka dan pengin menenangkan diri," mulai Dmitri.

"Tapi ini udah hampir dua minggu, Dmitri."

✔A Shelter by the LakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang