6. The Help & the Helper

151 22 2
                                    

Jared berbalik, berharap ia akan berhadapan dengan seseorang dari masa lalunya, berdiri di sana dengan senyum yang dirindukannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jared berbalik, berharap ia akan berhadapan dengan seseorang dari masa lalunya, berdiri di sana dengan senyum yang dirindukannya. Namun begitu tubuhnya sudah berputar 180⁰, ia hanya menemukan Eve. Tak ada siapa-siapa lagi. Ia mendesah kecewa.

Di hadapannya, Adel agak tersentak melihat perubahan air muka majikannya yang tiba-tiba. Wajah dingin itu tak ada di sana, digantikan oleh .... Entahlah. Ekspresi pria itu benar-benar tak terbaca. "Maaf, kalau kamu keberatan," ucapnya rikuh.

"Panggil aja," sahut Jared pelan sebelum berbalik. Namun gadis itu menahannya.

"Saya cuma mau nawarin sarapan. Kalau kamu belum sarapan, saya bawa muffin," ujarnya.

"Saya gak suka makanan manis," cetus Jared kembali ketus. Langkahnya lalu berlanjut.

Adel mendengkus sebal. Punya majikan gini amat. Pantesan gak ada yang mau ngelamar. Entah apa aku bakalan betah?

Tak ingin berlarut-larut, gadis itu mulai melihat berkeliling, mencari sesuatu untuk memulai. Netranya baru berhenti bergulir saat menemukan halaman depan yang berantakan. Namun rasanya tak mungkin ia mengguntingi rumput sedikit-sedikit. Kemungkinan ia belum selesai menjelang makan siang. Sepertinya ia butuh bantuan dan nama Pardi tebersit di kepalanya. Lagi pula ia sudah dibebaskan untuk menggunakan uang kebutuhan sehari-harinya.

Ia merogoh ponselnya dan mengetuk nama pria itu dalam daftar kontak.

"Halo?" sambut seorang laki-laki di seberang. Suaranya bernada ragu. Adel maklum, ini pertama kalinya ia menghubungi orang yang Zayn percaya untuk membersihkan rumah itu.

"Pagi, Pak. Ini Eve," sahut Adel.

"Pagi, Mbak Eve. Ada yang bisa dibantu?" Setelah mengenali peneleponnya, nadanya berubah lebih ramah.

"Saya mau minta tolong dipotongin rumput, bisa?"

"Tapi rumputnya baru saya potong tiga hari yang lalu, Mbak."

"Bukan yang di rumah saya, Pak. Ini yang di rumah tetangga." Adel menyebut alamat rumah Jared.

"Oh, itu rumahnya Mas Jared, ya? Gak mau saya, Mbak. Orangnya galak."

Adel terkekeh. Ia sudah menduganya. "Tenang aja, Pak. Ada saya di sini. Nanti chat aja kalau udah datang, biar saya yang ke luar."

"Bener ya, Mbak."

"Gak usah bawa gunting, Pak. Di sini ada gunting rumput."

"Ya gak sanggup saya kalau pake gunting rumput, Mbak. Nanti saya bawa mesin pemotong rumput aja."

Adel menggigit bibir bawahnya. Jared tak suka kebisingan, tapi ia tak tega bila Pardi harus memotong rumput di halaman seluas itu hanya dengan gunting rumput. Apalagi ia juga hendak minta tolong dibersihkan sofa. "Apa suaranya gak ganggu tetangga, Pak?"

✔A Shelter by the LakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang