Empat hari berturut-turut, Jared sengaja tidur terlambat untuk membaca buku-buku hadiah dari Eve. Bukan karena kisahnya yang menarik, tapi karena ia ingin cepat-cepat menulis. Semakin cepat karyanya selesai, semakin cepat ia bisa menemui Eve.
Dan semakin cepat pula ia bisa membujuk asistennya kembali.
Seandainya gadis itu tahu, setiap hari Jared mengintip dari jendela kamar, berharap bisa melihatnya. Beberapa kali pintu rumah Eve memang terbuka. Hanya saja dinding tetangga tak mengizinkannya melihat keseluruhan teras rumah Eve, hingga ia gagal melihat gadis itu. Sepertinya batas terluar Eve hanya teras.
Pada hari keempat kepergian sang asisten, setelah sarapan seadanya, ia mulai mengetik di laptop. Barisan-barisan kalimat yang ditulisnya selama beberapa hari belakangan menjadi outline-nya. Namun karena belum terbiasa, seringkali ia hanya terdiam memandangi layar yang baru berisi beberapa kalimat, lalu menghapusnya dan mengetik dari awal lagi.
Jared benar-benar lupa waktu. Ia terobsesi menyelesaikan cerpennya hari itu juga. Ia tak bisa menunggu berhari-hari lagi untuk menemui Eve. Dan ia tak membiarkan sesuatu merebut fokusnya dari layar laptop, kecuali dua hal: rasa lapar dan suara motor si Bocah Supermarket.
Saat suara khas kendaraan itu terdengar, ia sontak meninggalkan meja kerja dan berdiri di depan jendela. Erik terlihat membawa dus dan kantong keresek dalam rumah Eve. Eve berbelanja. Berarti kunjungan pemuda itu tak akan lama.
Sayangnya, setelah lebih dari 30 menit, Jared tak mendengar deru motor yang menjauh.
Ngapain bocah itu berlama-lama di rumah Eve?
Emosinya memuncak. Ia tak rela Eve berdekatan dengan lelaki lain terlalu lama. Karenanya ia buru-buru menyelesaikan tulisannya. Herannya, karyanya selesai dalam sekejap.
Kenapa harus emosi dulu baru bisa lancar nulis?
Ia tak memedulikan typo yang banyak mengotori karyanya. Ia bahkan tak membaca ulang sebelum menge-print-nya. Yang ada dalam pikirannya hanyalah, ia harus segera menjauhkan Eve dari Erik.
Pikiran jeleknya semakin mengembara kala mendapati motor Erik masih terparkir di driveway rumah Eve dan belum ada yang membukakan pintu pada dering bel pertama.
Ngapain sih, mereka?
Tak sabar, Jared memencet bel lagi. Kali ini ia mendengar langkah kaki yang tergopoh-gopoh. Namun saat pintu terbuka ....
Si Bocah Supermarket itu berdiri di hadapannya. Bingung dan canggung.
"Siapa, Rik?"
Jared mendengar suara langkah lain mendekat. Gadis yang diharapnya.
"Red?"
Ia tak mengharapkan sambutan itu. Semula ia pikir Eve akan mengusirnya atau setidaknya bertanya, "Ngapain kamu ke sini?" Namun ia bahkan tak menemukan ekspresi kebencian dalam wajah gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
✔A Shelter by the Lake
Romance[Romance/Mystery/Thriller] (Judul sebelumnya: The Lake House) "Jangan berurusan dengan Jared." Begitu pesan setiap orang yang Adel temui ketika baru pindah ke kota kecil itu untuk melarikan diri dari mimpi buruk. Ia baru mengerti maksudnya ketika be...