30. The Hangout & the Unexpected

118 22 2
                                    

Kali ini Adel tak akan membuatnya mudah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kali ini Adel tak akan membuatnya mudah. Jared harus sedikit berusaha sebelum keinginannya terpenuhi. Selama ini ia yang selalu dikerjai. Sekarang saatnya ia yang balik mengerjai lelaki itu. Lagi pula syaratnya juga tak terlalu merugikan Jared.

Ketika membaca cerpennya, Adel tahu genre pilihan Jared. Atau mungkin juga itu karena Jared masih terpengaruh buku-buku yang dibacanya. Namun kalau itu memang pilihannya, Adel akan membawa pria itu berkeliling, mengenalkannya pada lingkungan yang lebih luas, bukan hanya terbatas dalam dinding-dinding rumah ataupun tetangga.

Ideku gak jelek-jelek amat, 'kan?

Menurutnya memang tidak. Ketika laki-laki itu memprotesnya, Adel juga sudah menebaknya. Pria penyuka keheningan itu pasti sulit diajak ke keramaian seperti pasar kaget di alun-alun. Untungnya, Jared tetap menyanggupi. Tepatnya, terpaksa. Namun itu sudah cukup memberi tahu Adel, Jared benar-benar menginginkannya bekerja lagi.

Sementara untuk masalah transportasi, ia serahkan pada Erik. Pemuda itu juga bersedia bertindak sebagai sopir, walau awalnya agak keberatan karena harus berurusan dengan Jared.

Hari Minggu sore, pada hari yang dijanjikan, Erik datang dengan mobil pick-up biru tua bak terbuka di rumah Adel.

"Mobil supermarket, Rik?" tanya gadis itu begitu duduk di sebelah Erik.

"Pinjam Ayah, Mbak. Ini sebenernya kendaraan operasional pabrik tempat Ayah kerja, tapi dibawa Ayah," jelas Erik.

"Oh."

"Mbak bisa nyopir?" tanya Erik kemudian sembari mengemudikan kendaraannya perlahan.

Adel meringis. "Bisa, sih. Tapi saya gak bawa SIM. Kenapa?"

"Saya grogi, Mbak, harus nyopirin Bang Jared."

Tawa Adel memecah selama beberapa saat. Tawa yang susah payah ia hentikan ketika pick-up itu akhirnya berhenti di depan rumah Jared.

Jared yang sudah menunggu di teras, berjalan keluar dari halaman. Adel membukakan pintu dari dalam sebelum menggeser duduknya ke arah si pengemudi. Namun pria itu bukannya masuk, malah berdiri saja di depan pintu.

"Ayo, masuk," suruh Adel. "Nanti keburu parkirannya penuh."

"Saya di tengah," ujar Jared dingin.

Adel tak langsung menurut. Alisnya otomatis berkerut. "Nanti kamu malah kesusahan kalau duduk di tengah," tolaknya.

"Pokoknya saya di tengah," tegas Jared tak peduli.

Tak ingin berdebat, Adel memutar bola mata. Dengan terpaksa, ia melompat ke luar dan membiarkan lelaki itu menggantikan tempatnya di samping Erik. Ia bukannya tak menyadari maksud sang majikan dengan menyuruhnya duduk di pinggir. Namun menurutnya, saat ini Jared sudah bersikap berlebihan.

Sementara di belakang kemudi, Erik, yang juga menyadari sikap Jared, hanya mengulum senyum. Senyum sesaat, karena begitu Jared duduk di sampingnya, ia mendadak jadi pendiam.

✔A Shelter by the LakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang