12. Peacefulness & Restlessness

130 21 1
                                    

Kalau hari ini Adel enggan bergegas untuk berangkat kerja, itu bukan karena ia ingin bermalas-malasan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kalau hari ini Adel enggan bergegas untuk berangkat kerja, itu bukan karena ia ingin bermalas-malasan. Hari ini ia memang tak berniat pergi ke rumah Jared. Bukan karena peristiwa kemarin, tapi ia sangat paham, laki-laki itu seperti tak menginginkan kehadirannya. Sejak hari pertama, Jared sudah menunjukkan gelagat itu. Dan ini saatnya ia 'mengabulkan' harapannya. Lagi pula majikannya itu tak menghubungi, untuk memintanya datang. Jelas, bantuannya memang tak dibutuhkan.

Cowok aneh. Kalau gak mau dibantu, kenapa buka lowongan kerja?

Tampaknya tawaran Erik untuk bekerja di supermarket Bu Yuna perlu dipertimbangkan.

Adel mengacungkan remote control dan mematikan TV. Sekalipun hiburan di rumah ini cukup lengkap, ia tetap bosan. Menikmati siaran TV dan hanya duduk diam bukanlah kegiatan favoritnya. Ia lebih suka menghasilkan sesuatu. Mungkin mengendarai sepeda lalu mampir membeli bahan masakan di supermarket bisa mengalihkan kekesalannya pada pria itu.

Dengan sepeda, ia berkendara ke kota. Sempat tebersit harapan untuk bertemu Cilla. Perempuan itu pasti bersedia dicurhati dan dimintai pendapat. Sayang, sepertinya hari ini bukan jadwal olahraganya.

Seperti kunjungan sebelumnya, Adel menemukan Bu Yuna di kasir begitu memasuki supermarket. Wanita itu sedang melayani seorang pelanggan dan hanya sempat melambai singkat padanya.

Adel membalas sebelum meraih troli dan memulai dari lorong terjauh. Senyumnya mengulas mendapati Erik sedang merapikan rak di seberang display sayuran. Sebuah troli penuh dengan stok barang, terparkir di dekatnya.

"Hai, Rik. Lagi apa?" sapa Adel.

Pemuda itu menoleh sejenak dan membalas senyumnya. "Hei, Mbak. Ini lagi restock."

Tanpa berucap apa-apa lagi, Adel beralih pada display sayuran. Ia kini membelakangi Erik.

"Gak kerja, Mbak?" Lelaki itu bersuara lagi.

"Libur. 'Kan weekend," dusta Adel. Tak mungkin ia mengungkap borok majikannya pada orang lain.

"Libur atau resign?" Erik mengerling. Tabiat Jared membuatnya langsung menebak, pelanggannya ini pun sudah menyerah.

Adel menjawab dengan senyum, tanpa berhenti memilih sayuran.

"Beneran nih, gak niat ngelamar di sini?"

"Emang masih butuh posisi apa, Rik?" Adel pura-pura tertarik.

"Yang masih kosong Assistant Chief of Store, Mbak. Kasihan Bu Yuna. Dia tugasnya dobel-dobel. Kasir iya, Chief of Store iya."

"Terus, syaratnya apa aja?"

"Standar lah. KTP, KK, ijazah. Terus nanti masih ada interview dan training juga.

"Ya prosesnya emang agak panjang, sih. Tapi 'kan mendingan daripada kena omel terus sama Bang Jared. Ibu saya aja ngomelnya gak kayak gitu, Mbak."

"Nanti saya pertimbangkan dulu, ya," jawab Adel akhirnya. Namun tak sungguh-sungguh. KTP, KK dan ijazah bisa membuat penyamarannya terbongkar.

✔A Shelter by the LakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang