Epilogue

220 29 7
                                    

Seharusnya hanya ada kegembiraan dan tawa dalam setiap pesta

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seharusnya hanya ada kegembiraan dan tawa dalam setiap pesta. Apalagi bila itu memang pesta impian. Dan seharusnya Adel juga ikut berbahagia di pesta itu. Namun bagaimana ia bisa bergembira kalau kedua sahabat berbagi tawanya kini berdiri di pelaminan?

Sahabat berbagi tawa yang sangat mengerti dirinya, maksudnya.

Adel bukanlah seorang introver. Ia bisa dengan mudah bergaul dan berbaur dengan kalangan mana pun, asal bukan kalangan yang bertanya, "Del, podcast-nya Freya itu beneran atau gimmick doang? Dmitri beneran selingkuh, Del? Kamu yang sabar ya, Del."

Demi menghindari ungkapan-ungkapan simpati yang lebih banyak lagi, Adel memutuskan menyingkir ke area VIP dan duduk di meja tersudut. Ia mulai muak diperlakukan seperti itu. Seandainya mereka tahu, Adel tak bersedih apalagi menderita dengan perpisahannya dengan Dmitri. Hanya saja kehadiran solonya di pesta itu ternyata diartikan lain.

Tidak. Ia tidak sedang menyalahkan Jared yang menolak pulang. Lagi pula Adel juga tak ingin membawanya ke keramaian yang dibencinya. Namun seandainya pria itu ada di sini, mungkin mereka tak akan sekasihan itu padanya.

Ah, tiba-tiba saja ia merasa rindu. Setelah seminggu ia paksa benaknya menyisakan sedikit ruang untuk memikirkan Jared di samping persiapan pernikahan Danira, baru hari ini ia bisa memikirkan laki-laki itu lagi secara penuh.

Pikiran Adel teralihkan kala di sudut yang lain, sang wedding singer baru menyelesaikan satu lagu berbahasa Korea dengan lafal yang sangat fasih. Tak langsung menyambung dengan lagu berikutnya, seorang MC menggantikan tempatnya.

Adel tak sempat memperhatikan apa yang pria itu umumkan, pasalnya pada saat yang sama ponsel yang ia letakkan di atas meja berdering. Senyumnya mencekah saat nama Jared berkedip-kedip di layarnya.

Panjang umur.

"Halo?" sambutnya semringah.

"Gimana resepsinya?" tanya lelaki itu.

"Bosenin. Aku udah kayak jomlo ngenes aja di pojokan," gerutu Adel.

Jared tertawa pelan, tawa yang sangat jarang Adel dengar. "Kamu bisa bosan juga di pesta pernikahan sahabat kamu sendiri?"

"Kamu, sih, gak mau nemenin," tuduh Adel sambil memberengut.

Lelaki di seberang sambungan itu tertawa lagi.

"Kamu apa kabar?"

"Menurut kamu?"

Adel mengulum senyum. Jared menyatakan kerinduannya dengan cara terselubung. Benar-benar tipikal Jared.

"I miss you," pancingnya, hanya supaya Jared juga mau mengungkapkan perasaannya. Memangnya ia tidak kangen setelah seminggu berpisah? Apalagi setelah resepsi ini, belum tentu Adel bisa kembali ke kota itu dalam waktu dekat, karena Danira dan Zayn akan menempati vilanya untuk berbulan madu.

✔A Shelter by the LakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang