8. Quest & Confession

150 18 1
                                    

Dasar Adel bodoh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dasar Adel bodoh. Ia boleh meninggalkan ponsel dan menguncinya. Namun apa ia lupa kalau zaman sekarang apa pun bisa ditelusuri lewat medsos? Dengan banyaknya 'hal-hal privasi' yang dipamerkan di platform-platform pertemanan itu--termasuk para artis yang tak malu mengungkap masalah ranjangnya di podcast-podcast--Dmitri bisa dengan mudah mencari tahu data teman-teman sang tunangan. Melihat sikap Danira dua hari yang lalu, pria itu tahu, sahabat Adel menyembunyikan sesuatu. Dan dari rumah gadis itulah--yang alamatnya juga ia dapatkan dari medsos--ia akan memulai.

Sejak pagi, ia sudah memarkirkan kendaraannya di seberang rumah mungil bercat kombinasi broken white dan cokelat muda itu. Namun ia tak berencana menemui si pemilik rumah, melainkan menunggu hingga gadis itu pergi.

Waktu yang ia tunggu tiba ketika sebuah SUV berhenti di depan pagar. Dmitri memerosotkan tubuhnya hingga posisinya agak tersembunyi saat mengenali pengemudi SUV itu. Diamatinya Zayn yang turun dari mobil, memasuki halaman rumah tunangannya, mengetuk pintu, dan menunggu. Danira muncul tak lama kemudian. Lalu berdampingan, mereka menuju mobil Zayn. Lelaki itu masih menunggu hingga SUV itu berlalu cukup jauh sebelum meninggalkan mobilnya dan mendatangi rumah di seberang.

Rumah itu tampak sunyi. Namun yang membuat Dmitri yakin ada seseorang di dalam, pintu Danira belum menggunakan teknologi smart door lock dan tadi gadis itu tak terlihat mengunci pintu. Dengan keyakinan tinggi, dipencetnya bel pada kosen pintu.

Suara langkah terburu-buru terdengar dari balik pintu. Semakin lama semakin dekat. Siapa pun yang berada di baliknya--entah orang tua Danira, ART atau bahkan Adel sendiri--tak ada salahnya ia bersiap.

Pintu terbuka sedikit, cukup bagi kepala seorang wanita paruh baya berperawakan sedang, melongok ke luar. Kulitnya yang sawo matang dan paras yang tak ada mirip-miripnya dengan sang tuan rumah ditambah daster kumal yang dikenakannya, membuat Dmitri langsung menebak, perempuan di hadapannya ini hanyalah seorang ART.

"Cari siapa ya, Pak?" sambutnya dengan raut seperti mengingat-ingat, apakah ia pernah menemui pria ini.

"Danira ada?" tanya Dmitri.

"Baru aja berangkat ke kantor."

Dmitri mengangguk beberapa kali--lebih tepatnya, pura-pura. "Pulangnya jam berapa?" Ia bertanya lagi, meskipun tahu jam berapa kemarin Danira meninggalkan kantor.

"Biasanya sore, sih. Bapak siapa?"

"Saya temannya."

"Teman kantor?"

"Bukan. Teman lama," aku Dmitri.

"Oh." Ekspresi wanita itu berangsur berubah, seolah mulai memercayai sosok di depannya.

"Kalau di sini, Danira tinggal sama siapa?" Dmitri mulai melancarkan rencananya.

"Cuma berdua sama saya."

"Baru-baru ini gak ada tamu yang lagi nginap?"

Si ART itu mengernyit. "Gak ada siapa-siapa lagi. Terakhir kali ada kakaknya nginap di sini, tapi itu udah lama banget."

✔A Shelter by the LakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang