1. Reception & Rejection

259 31 1
                                    

Adeline tersentak dari tidurnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Adeline tersentak dari tidurnya. Untuk beberapa saat napasnya tersekat. Namun desah leganya terembus kemudian saat netranya menangkap daerah berbukit-bukit, pepohonan dan aliran sungai di bawah sana. Ia tak tahu sudah berapa lama ia tertidur, tapi seingatnya kelopak matanya mulai mengatup saat hari masih gelap, beberapa saat setelah mereka berangkat. Berarti ia sudah berada di sini berjam-jam lamanya.

Ia memutar tubuh menghadap jok sopir. Di balik kemudi, Zayn sudah terlihat lelah. Kelihatannya sejak berangkat tadi, sahabatnya ini belum berhenti menyopir.

"Hei, udah bangun?" sapa lelaki itu dengan senyum terulas.

"Aku mimpi," sungut Adel pelan. "Jam berapa sekarang?"

Zayn melirik sekilas pada jam tangannya. "Jam enam lebih."

"Masih jauh?"

"Gak. Sebentar lagi sampai di pusat kotanya."

Adel memperbaiki posisi duduknya hingga kini ia menghadap lurus ke depan.

"Gimana punggung kamu?" Zayn bertanya.

"Udah mendingan. Udah bisa tegak." Adel mengusap punggungnya yang sempat nyeri hebat akibat jatuh dengan posisi telentang dari dinding pembatas semalam.

"Kenapa kamu gak pernah cerita sih, Del? Kalau kami tau, udah dari dulu kami nolongin kamu," protes Zayn.

"Zayn, aku cerita sekarang aja udah ngerepotin kalian. Apalagi dari dulu?" dalih Adel.

"Seenggaknya gak perlu ada kejadian kamu jatuh. Untung gak ada tulang yang patah."

Adel meringis.

"Udah gitu malah nekat lari cari taksi. Kamu 'kan bisa sembunyi dulu di tetangga," gerutu Zayn. Satu sudut bibirnya naik.

"Biar Dmitri bisa nyeret aku pulang, gitu?"

Zayn tak menyahut. Ia sangat mengenal Adel. Sejak SMA gadis ini memang punya kemauan yang keras. Dan kisah pelarian gadis ini semalam hingga ke rumah Danira--tunangannya--sempat membuatnya melongo.

"Zayn, maaf, ya," ucap Adel dengan raut penuh penyesalan.

"Untuk?"

"Aku jadi ngerepotin kalian. Di saat kalian seharusnya nyiapin pernikahan, aku malah melibatkan kalian dalam masalah aku." Suaranya terdengar lirih.

"Gak usah dipikirin, Del. Aku sama Dani sayang sama kamu. Yang penting kamu selamat." Satu tangan Zayn mengacak rambut Adel sekilas sebelum kembali menggenggam kemudi.

Sekonyong-konyong pemandangan perbukitan itu menghilang dari penglihatan. Bangunan-bangunan mulai berdiri rapat dan jalanan yang berkelok-kelok khas jalanan di daerah pegunungan tak mereka temukan lagi.

"Ini pusat kotanya, Del." Zayn menunjuk jalan yang mereka lalui. Di kiri-kanannya berbanjar toko-toko kecil dengan fasad-fasad kuno. "Kalau di sini jangan cari mal. Bahkan ruko aja gak ada," lanjutnya.

✔A Shelter by the LakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang