Dari luar, Danira bisa mendengar suara percakapan dalam bahasa Korea. Ini memang waktunya Bi Mun menonton drakor di TV. Dan bila fokus si ART itu sudah terpusat di sana, apa pun tak akan bisa merebut perhatiannya, termasuk dering bel pintu. Karenanya, ia selalu minta wanita itu untuk tak mengunci pintu pada jam pulang kantor, supaya ia bisa langsung masuk.
Saat sudah berada di dalam, Danira pun sudah terbiasa 'diacuhkan' si ART. Meskipun ia mondar-mandir di dekatnya atau membuat suara gaduh, wanita paruh baya itu tak akan terpengaruh. Bahkan setiap ia meminta sesuatu, jawabannya selalu, "Bentar ya, Bu. Lagi nanggung, nih." Danira heran, siapa sebenarnya yang menggaji Bi Mun? Dirinya atau stasiun TV yang menayangkan drakor itu? Untung kerjanya beres. Kalau tidak, sudah ia suruh pulang dari dulu.
Danira pernah berpikir, kalau si bibi dikumpulkan bersama teman-teman kantornya yang bisa melafalkan nama-nama pemeran drakor dengan fasih, mereka pasti nyambung. Sang ART lebih sefrekuensi dengan mereka daripada dirinya.
Bi Mun mematikan TV bersamaan dengan keluarnya Danira dari kamar mandi. Sudah bisa ditebak bagaimana reaksinya saat melihatnya hanya berbalut bathrobe dan rambut basah.
"Astaga, Ibu! Tau-tau udah di situ." Setiap hari selalu begitu. Entah lebay atau beneran kaget. "Bentar ya, Bu, saya bikinin teh," ujarnya sebelum menghilang di dapur.
Danira menyusul ke sana setelah mengganti pakaian dan menyisir rambut bobnya. Secangkir teh dengan asap yang masih mengepul sudah terhidang di meja makan. Sementara Bi Mun menghangatkan sayur untuk makan malam.
"Hari ini ada cerita apa, Bi?" tanya gadis itu sebelum menyesap tehnya.
"Gak ada, Bu .... Eh, tadi pagi ada temen Ibu yang nyari," jawab Bi Mun.
"Siapa?" Alis Danira menukik.
"Saya gak sempet tanya namanya. Tapi katanya dia temen lama Ibu."
"Dia bilang apa?" Danira mulai menginterogasi.
"Ya, dia tanya Ibu pulang jam berapa? Di sini Ibu tinggal sama siapa aja?"
Danira makin mengernyit. Untuk apa tamu itu ingin tahu ia tinggal dengan siapa saja? Mencurigakan.
"Ciri-cirinya gimana?" Ia bertanya lagi.
"Tinggi, putih, cakep kayak Hyun Bin."
Danira menggeleng pelan. Yang Bi Mun hafal memang cuma Hyun Bin. Ketika melapor ada tetangga baru menempati rumah depan, ia juga bilang penghuninya mirip Hyun Bin. Sepertinya perempuan ini perlu kacamata, supaya bisa membedakan yang mana Hyun Bin, yang mana Reza Rahadian.
"Emangnya yang datang ke sini tadi tetangga depan? Setiap orang kok disamain sama Hyun Bin."
"Gak, sih. Gantengan Hyun Bin." Bi Mun meringis.
"Dia naik apa ke sini?" Daripada wajahnya disebut mirip Hyun Bin lagi, lebih baik Danira menanyakan ciri lainnya.
"Sedan, warna merah. Dia parkir di seberang."
KAMU SEDANG MEMBACA
✔A Shelter by the Lake
Romance[Romance/Mystery/Thriller] (Judul sebelumnya: The Lake House) "Jangan berurusan dengan Jared." Begitu pesan setiap orang yang Adel temui ketika baru pindah ke kota kecil itu untuk melarikan diri dari mimpi buruk. Ia baru mengerti maksudnya ketika be...