Prologue

264 35 2
                                    

Notes for the readers:
- Terima kasih untuk tidak minta feedback/boomvote/saling dukung maupun promosi di DM/wall/komen. Apa pun bentuknya, itu adalah spam. Silakan berpromosi dengan bijak di medsos masing-masing.

- WARNING! Cerita ini ber-copyright "All Rights Reserved" (lihat deskripsi cerita). Artinya, TIDAK diperkenankan menggunakan atau mengadaptasi cerita ini dalam bentuk & cara apa pun TANPA seizin penulis.
----------

"AARRGGHHHH!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"AARRGGHHHH!"

Adeline menjatuhkan garpu yang ia gunakan untuk menusuk lengan Dmitri. Begitu terbebas dari cengkeraman laki-laki itu, ia melesat ke arah tangga untuk menuju lantai dua. Ia tahu, melarikan diri ke lantai atas bukan ide yang bagus kalau ingin tetap hidup. Namun rute pelariannya sudah ia hafal di luar kepala.

"Ke sini kamu, cewek kurang ajar!" maki Dmitri murka. Larinya terlambat beberapa detik saja dari sang tunangan. Ditambah harus melindungi empat lubang kecil di lengannya yang terus mengucurkan darah akibat tusukan garpu tadi, gerakannya menjadi tak selincah Adel yang pernah berprofesi sebagai guru olahraga di sebuah taman kanak-kanak.

Selama ini ia bertahan karena ingin membahagiakan ayah. Namun setelah ayahnya meninggal kemarin, Adel memutuskan untuk menjadi gadis pembangkang bagi Dmitri, terlebih setelah perlakuannya berubah sebulan belakangan ini. Keinginan-keinginannya tak ada lagi yang ia turuti. Begitu memasuki kamar, ia langsung mengunci pintu.

Oke. Sejauh ini rencananya berhasil. Tinggal dua langkah lagi dan semuanya akan berakhir.

DOK! DOK! DOK!

"Adel! Buka pintunya!" seru Dmitri sambil menggedor pintu kamar gadis itu.

Seolah tak mendengar, Adel menyambar tas punggungnya yang sudah terisi beberapa setel pakaian dan uang tunai. Ia menghindari kemungkinan Dmitri akan melacak keberadaannya bila ia menggunakan kartu ATM atau kartu kredit. Ponselnya pun ia tinggalkan. Lelaki itu bisa melakukan apa pun demi keinginannya tercapai.

DOK! DOK! DOK!

"Adel! Aku dobrak pintunya kalau kamu gak mau buka!"

Gadis itu melirik sejenak ke arah pintu. Benda itu terlihat terdorong beberapa kali setiap terdengar bunyi 'BUG!'. Dmitri bukan hanya menggedornya, tapi juga menendangnya. Dan Adel tak punya banyak waktu sebelum benda berbahan kayu itu ambruk.

Ia kembali melesat ke luar menuju balkon. Tanpa menutup pintu, ia melompati pagarnya. Dahan pohon rambutan yang ditanam di bawah kamar hanya berjarak satu lompatan dari pinggir balkon. Dari situ ia akan melompat dari satu dahan ke dahan lainnya hingga tiba di pagar dinding pembatas, lalu melintas ke halaman tetangga. Pagar tetangganya cukup pendek, mudah dipanjat, tak seperti pagar di rumahnya yang tinggi.

BRAK!

Adel baru mencapai batang pohon ketika suara keras itu terdengar. Dmitri pasti sudah berhasil menerobos dalam kamarnya.

"Adel! Di mana kamu?" Pria tinggi besar itu berdiri di balkon kamar Adel dan memindai halaman dengan penglihatannya.

Gadis itu tak berhenti bergerak. Ia kembali melompati sisa dahan yang menuju dinding pembatas.

"Hei! Berhenti!" Pria itu sudah menemukan posisinya.

Hap. Adel berhasil menapak di puncak pembatas. Namun suasana di sekelilingnya yang gelap dan basah sehabis diguyur hujan, luput dari perhitungannya. Ia pun tak memperhitungkan kala pijakannya yang terburu-buru di permukaan dinding yang sempit itu membuatnya tergelincir ....

Dan ketika tubuhnya melayang tertarik gravitasi, ia terlambat sadar, kesalahannya fatal dan rencananya gagal.

Dan ketika tubuhnya melayang tertarik gravitasi, ia terlambat sadar, kesalahannya fatal dan rencananya gagal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bandung, 1 Oktober 2023

✔A Shelter by the LakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang