2

9K 499 6
                                    

Semua pelajaran sudah mereka lewati walaupun dengan malas malasan, dan sekarang siswa siswi sudah di perbolehkan pulang karena bel pulang juga sudah berbunyi belum lama tadi.

Kini Zee dkk sudah berada di parkiran.

"Eh mampir dulu kuy ke rumah gue malem kan kaga jadi gara gara lo ji" ucap Adel.

"Ayo sih" ucap Olla Oniel kompak.

"Lo gimana Zee?" tanya Olla.

"Ayo dah"

Sangat tidak terasa mereka semua bermain dengan asik hingga sudah berjam jam lamanya mereka berada di rumah besar Adel. Bahkan tak ada yang menyadari satu pun bahwa langit sudah berubah menjadi gelap, itulah kebiasaan mereka ketika sedang berkumpul suka tidak ingat waktu.

"Weh anjir yang bener dong" ucap Adel yang fokus menatap handphone nya itu.

Adel, Olla, dan Oniel sedang asik sekali sedari tadi bermain game berbeda dengan Zee yang dari tadi setelah makan itu sedang anteng tertidur di atas kasur Adel sedari tadi ia memang terlihat lemas.

"Yah yah yah kalah" ucap Oniel.

"Ah lo si niel payah amat" Olla yang kesal memilih menaiki kasur dan berbaring asal.

"Yakan namanya juga namanya"

drrrtt drrrtt

Cahaya dari handphone yang bergetar menarik perhatian Olla, ia mengambilnya dan di detik berikutnya ia membelakkan matanya. "Bjirrr gawat gawat" ucapnya masih menatap handphone yang sudah tidak bergetar itu.

"Kenape lo?" tanya Adel.

"Ini weh kayaknya kita ga sadar handphone si ajiji geter terus"

"Ya emang napa kalo geter kan tu hape idup" ucap Oniel.

"Liat sendiri" Olla memperlihatkan layar handphone Zee.

"ANJIR 99 PANGGILAN TAK TERJAWAB" ucap adel kencang.

Oniel yang melihat itu langsung beranjak membangun kan Zee.

"Woi Zee bangun Zee cepetann" Oniel menepuk pundak Zee sesekali ia memencet hidung Zee juga, apa saja lah yang penting temannya itu cepat bangun.

"Buzett kebo banget sih" kesal Oniel karena Zee tidak bangun bangun

"Woi malah diem ae bantuin lah" lanjutnya menatap dua temannya yang hanya memperhatikannya.

"ZEE CI GRE LO GUE AMBIL YA" teriak Adel tepat di telinga Zee.

"Anjing berisik mulut lo bau menyan" ucap Zee yang sudah terbangun.

"Oh iya gue lupa password Zee adalah ci gre" gumam Oniel sambil mengangguk anggukan kepalanya.

"Cici lo nelpon" ucap Olla memberi tahu dan memberikan handphone Zee.

"Mampus" batin Zee.

Zee panik bahkan sangat panik karena melihat jam yang menunjukkan pukul 22.45 malam, jantungnya berdetak kencang karena mengingat cicinya yang tidak pernah mengizinkan ia keluar malam.

Dengan tergesa gesa ia mengambil tas nya dan buru buru untuk pulang tak lupa Zee juga sudah berpamitan pada teman temannya, dengan kecepatan tinggi ia melajukan motornya untung saja rumah Adel tidak terlalu jauh dengan rumahnya jadi hanya membutuhkan waktu beberapa menit saja.

Melangkahkan kakinya masuk kedalam rumah dengan perasaan yang resah karena takut sekali Gracia marah.

Zee dibuat kaget karena Gracia ada di ruang tamu, padahal Zee tadi sudah berdoa semoga Gracia sudah ada di alam mimpinya eh tapi dunia sedang tidak memihak pada seorang Zee, dengan langkah ragu Zee menghampiri Gracia yang sedang membaca buku yang entah tidak tau itu buku apa di temani dengan segelas teh nya.

"C-cici aku minta ma-"

"Lo udah gede harusnya lo tau mana yang baik mana yang buruk" ucap dingin Gracia memotong ucapan Zee.

"Maa-"

"Dipikir bagus kayak gitu?"

"Ak-"

"Inget. lo itu perempuan"

"Dengerin dul-"

"Lo juga harus inget kalo fisik lo itu beda dari temen temen lo"

"Ci ak-"

"DIPIKIR GAK CAPE APA JADI GUE!"

"Maaf ci" lirihnya dengan tangis yang tidak bisa ditahan lagi.

"shit! malah nangis" batin Gracia.

Gracia beranjak meninggalkan Zee yang sedang menangis itu, air mata yang sedari tadi Zee tahan akhirnya keluar juga rasanya sakit sekali mendengar ucapan terakhir cicinya itu.

Bi ida, art di rumah Gracia dan Zee itu tak tega melihat Zee menangis dalam diamnya itu akhirnya bi ida pun menghampiri Zee.

"Non Zee udah ya non jangan nangis lagi" bi Ida mengusap punggung Zee yang bergetar itu.

"Non Gracia tadi ngomel ngomel non gara gara non lupa bawa botol minum yang biasa non bawa, non Zee lupa ya?" tanya Bi ida, botol minum itu berisi susu yang biasa Zee minum karena Zee sangat butuh itu untuk tubuhnya biasanya setiap harinya Zee meminum susu 4x sehari dan hari ini Zee baru satu kali minum.

Zee hanya mengangguk.

"Sekarang non Zee duduk dulu yuk bibi angetin dulu susunya, atau mau makan juga?" tanya Bi ida sambil menuntun Zee untuk ke meja makan.

"Nggak bi tadi Zee udah makan, mau susu aja" ucap Zee yang di angguki Bi ida.

Saat ini Zee hanya bengong menatap Bi ida yang sedang menghangatkan susunya itu, Zee memang membutuhkan susu dan itu bukan susu biasa melainkan susu ASI yang harus di konsumsinya tiap hari entah sampai kapan ia harus terus menerus meminum susu itu.

Stok asi di kulkas juga masih banyak karena gracia selalu memastikan kulkas itu tidak kosong.

"Nih non abisin ya" ucap Bi ida memberikan Zee segelas susu yang sudah hangat itu.

"Makasih bi" Bi ida hanya mengangguk dan tersenyum.

"Non tau ga sih tadi non gre sepanik apa pas non Zee belum pulang padahal non gre juga udah pasti bisa nebak kalo non Zee pasti ada di rumah non Adel" ujar Bi ida.

Zee yang sedang meminum susu itu matanya memandang bi ida yang sedang bercerita itu.

"Mungkin karena panik kali ya jadi otaknya ga berpikir, terus non zee tumben tumbenan juga nih pulang nya malem banget biasanya juga jam 6 sore paling mepet itu teh udah ada di rumah"

Zee menghela nafasnya. "Iya bi tadi Zee ketiduran di rumah Adel jadi kebablasan" ucapnya cemberut.

"Oalah pantesan... Yaudah sekarang non Zee bersih bersih dulu gih abis itu istirahat"

"Iya bi, bibi juga"

"Iya non"

MY CICI [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang