Hari yang cerah kini sudah berganti menjadi malam, teman teman Zee juga sudah pulang beberapa jam yang lalu, dan kini di jam makan malam tetapi tumben sekali meja makan masih kosong. Biasanya Zee sudah berada disitu lebih awal dari pada Gracia.
Perasaan gusar di diri Gracia semakin menjadi-jadi, ia sudah menebak ada suatu hal terjadi pada Zee. Tanpa berlama-lama Gracia pun kembali ke lantai atas untuk melihat keberadaan adiknya itu.
Terus melangkahkan kakinya dan langsung masuk ke dalam kamar Zee. "Tumben lo ga mak-" ucapan Gracia tidak di lanjutkan ketika melihat Zee berbaring dan menutup seluruh tubuhnya menggunakan selimut.
"Zee?" panggil Gracia sambil mendekat dan membuka selimut yang menutupi tubuh Zee.
"C-cici..." mata Gracia membulat kaget ketika mendengar tangis Zee serta suara seraknya, sudah di pastikan adiknya ini sakit.
"Bandel sih, makan ice cream banyak banget di tambah lagi berenang mana ujan lagi. Ngga nurut pula sama gue" omelnya sebelum pergi dari kamar Zee untuk mengambil makan serta obat.
Zee hanya diam saja melihat gracia yang mengomel, ini adalah kalimat terpanjang yang Gracia keluarkan setelah sekian lama ia selalu cuek pada Zee.
Hanya membutuhkan waktu 5 menit Gracia kini sudah kembali ke kamar zee dan duduk di pinggir kasur, ia membantu Zee untuk duduk. "Makan dulu ya" ucapnya, tidak ada nada yang datar. Intonasinya terlihat normal.
Zee menggeleng. "Gamau ci" tolaknya, ia tidak bernafsu makan saat ini.
"Dikit doang, nih aaaa" Gracia menyodorkan sesendok nasi pada Zee.
"Ayo cepetan daripada gue buatin bubur hambar" lanjutnya.
"Cici dulu"
Gracia menaikkan satu alisnya. "Apanya?" tanyanya bingung.
"Itu makan nya cici dulu tapi" ucap zeye dengan lemas nya.
"Lah" heran Gracia tapi tetap menyuapkan sendoknya itu kedalam mulutnya.
"Udah kan, sekarang lo nih aaa" Zee menerima suapannya dengan tersenyum.
"Dih senyum senyum" sindir Gracia.
Zee masih tersenyum. "Makasih ya ci" ucap Zee sedikit bergetar, ia terharu bisa merasakan rasanya di suapi oleh cicinya lagi.
"Lo nangis?" Gracia sedikit panik menatap Zee.
Zee menggeleng tapi air matanya itu sudah jatuh membuat Gracia reflek menjulurkan tangannya untuk menghapus air mata itu.
"Ada yang sakit hm? Pusing ya?" Lihatlah, Gracia perhatian sekali bukan? Membuat Zee kini merasa di angan angan.
Zee menggeleng lagi. "Terus apa dong, mual?"
"Aku sayang cici"
Gracia terdiam sebentar. "Oh"
"Udah ah sekarang makan lagi abisin" lanjutnya.
"Ngga mau ci, pahit" tolak Zee membuat Gracia mau tak mau menganggukan kepalanya dan mulai membuka satu persatu obat yang akan di minum Zee.
"Aku ga mau minum obat, cici belum jawab kata kata aku tadi" sedih Zee.
Gracia memejamkan matanya sekejap. "Gue juga sayang sama lo. Nah, udah kan?" ujar Gracia walaupun terlihat terpaksa, namun Zee kini mengangguk antusias.
"Nih minum obatnya abis itu minum susunya" titah Gracia yang langsung di turuti Zee.
"Ci" panggil Zee setelah mengembalikan gelas.
"Hm?"
"Temenin bobo sambil peluk" rengek Zee, wajah lemas serta rengekan itu pun membuat Gracia tidak tega menolak.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY CICI [END]
Fanfiction"Ketika rasa benci dan sayang sama-sama tinggi" -Gracia