14

7.3K 483 26
                                    

Zee yang berada di dalam kamar kini sudah tidak menangis lagi, tadi juga ia sudah minum susu di botol yang seperti biasa Zee bawa walaupun sudah dingin tapi tak apa lah yang penting belum basi. Zee juga sudah makan karena sebelum pulang tadi Adel menyempatkan untuk membeli makanan dan memberikannya pada Zee, baik sekali bukan? Ya memang sangat baik, Adel memang sudah tau Zee pasti akan mengurung diri dalam kamar.

Namun saat mendengar perkataan terakhir Gracia tadi di balik pintu, Zee meneteskan kembali air matanya ia masih kesal pada Gracia tapi disisi lain ia juga tidak tega pada Gracia yang sampai memohon mohon seperti itu. Salahnya juga Zee belum menjelaskan apapun pada Gracia jadi Gracia belum tau apa akibat yang membuat Zee marah.

Terdengar jelas juga suara lirih Gracia yang sangat menusuk hati moengilnya membuat Zee berubah pikiran, tadinya Zee akan mendiami Gracia sampai besok tapi tidak jadi, Zee beranjak dari kasurnya dan sekarang akan ke kamar Gracia.

Tanpa mengetuk pintu Zee membuka pintu kamar Gracia dan ternyata tidak di kunci, ia pun langsung saja masuk tak lupa juga Zee langsung menutup nya kembali. Tapi dahinya berkerut saat melihat Gracia yang sedang bersandar di kasur nya sambil memejamkan matanya, dan matanya melihat apa itu? Sebuah kain seperti apron menutupi area dada Gracia.

"Cici lagi ngapain?" tanya Zee.

Deg.

Nafas Gracia tercekat kala mendengar suara yang sangat ia kenal ada di pendengarannya, Gracia dari tadi hanya memejamkan matanya saja karena ia belum menyelesaikan kegiatannya. Gracia kaget, bahkan sangat kaget ketika mendengar suara Zee yang sangat tiba tiba itu, Gracia sendiri juga menerutuki kebodohannya mengapa ia lupa mengunci pintu kamarnya.

"Siapapun tolong bilang sama gue kalo ini mimpi" batin gracyia memohon.

"Cici?" panggil Zee lagi.

Lagi, Gracia mendengar suara Zee lagi. Dirinya sudah tidak bisa menyangkal bahwa ini kenyataan, bukan sedang bermimpi mau tidak mau Gracia membuka kedua matanya.

"Z-zee"

Zee menghampiri Gracia lebih dekat bahkan sudah duduk di kasur di hadapan Gracia yang terlihat gelagapan itu.

"Cici lagi ngapain itu?" tanya Zee, suaranya serak plus mata sembab hingga Gracia bisa menebak jika Zee dari tadi menangis.

"Lo kenapa nangis hm?"

"Ih ci aku nanya malah balik nanya" Zee mendengus kesal.

Gracia menatap ke arah dadanya. "I-ini apa ya ini l-lagi treatment biasa doang kok" jawab Gracia, seakan tak puas dengan jawaban Gracia Zee pun mengangkat kain yang menutupi dada Gracia itu dan sontak membuat Gracia melebarkan matanya.

"Ih apaan si lo gue malu asjfkjijgfskgfdfgdnk" sewot gracia menahan malu dan di akhiri gumaman tidak jelas seperti sedang berkumur kumur.

Zee menatap tak percaya kepada Gracia. "C-cici itukan buat i-itu" ucap Zee masih tak percaya dengan apa yang ia lihat.

"Apa? Jangan sotoy" ucap Gracia berusaha tenang sambil merapikan kainnya kembali.

"Itu kan alat pompa ASI ci, tadi aku sempet liat di tiktok sama kaya gitu"

"Hm"

"J-jadi cic-"

"Iya, gue lagi pompa asi" potong Gracia membuat Zee menganga lebar tidak percaya.

"Buat apaan ci"

"Ya buat lo sayang" final Gracia pasrah.

Musnah sudah hal yang selama ini Gracia rahasiakan bertahun tahun, Gracia memang menggantikan sang mama untuk program ASI, sebenernya kalau tidak juga tak masalah karena di rumah sakit mungkin saja ada tapi tidak selamanya selalu ada bukan? Jadi Gracia memutuskan untuk dirinya saja mengajukan diri melakukan program ASI dan ya sampai sekarang ini.

MY CICI [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang