Di dalam kamarnya, Gracia terus melamun dengan handphone yang berada di genggamannya."Apa dia lupa ya" ujarnya sambil menaruh asal handphone itu di kasurnya.
Gracia kembali melamun namun kini ia menatap luar jendelanya, sejak kemarin Zee sama sekali tidak menghubunginya. Gracia kira ia akan mendapatkan telpon atau apalah tepat di jam 12 malam tadi, tapi apalah daya itu hanya harapannya saja yang ia dapatkan hanya rasa sedih.
Di hari spesialnya ini Gracia sangat menunggu sekali ucapan selamat ulang tahun dari orang tersayangnya, karena itu pasti sangat spesial sekali bukan? Walaupun hanya kalimat pendek 'selamat ulang tahun'.
"Mungkin efek kesenengan kali ya sampe lupa jadinya" gumamnya lalu menghembuskan nafas kasarnya.
Dari kemarin Gracia tidak mendapatkan kabar apapun dari Zee, itu membuatnya khawatir namun ia tepis pikirannya jauh-jauh dan berusaha berpikir se positif mungkin.
"Apapun yang terjadi, cici harap kamu ga ninggalin cici Zee" gumamnya lagi sambil mengambil tas kecilnya lalu memasukkan ponsel yang tergeletak tadi.
Hari semakin siang, Gracia memutuskan untuk pergi ke kantor saja.
Di dalam mobil pun Gracia misuh misuh sendiri sekarang.
"Bilangnya aja mau video call terus tapi apaan, omong doang tu bocil"
"Mana hp nya juga ga aktif lagi"
"Udah tau gue gengsi nanya tuh nenek-nenek sama aki-aki"
"Awas aja, kalo dia ulang tahun gue ga akan ngucapin bodo amat dah"
"Apa gue susul aja kali ya?"
"Ah gatau ah sebel sebel sebel" gerutunya sambil memukul mukul setirnya.
Gracia memarkirkan mobilnya dan mematikan mesinnya ia pun turun dengan wajah datarnya bahkan sangat datar, jelas sekali mood Gracia sedang tidak bagus hari ini.
Berjalan sedikit cepat menuju ruangannya mengabaikan sapaan warga kantor yang menyambutnya sopan.
Gracia masuk ke dalam ruangannya dan hampir terjungkal ke belakang karena saat membuka pintu langsung melihat wujud Anin di depan matanya.
Gracia mengamati Anin yang memakai... topi? bukan, itu bukan topi melainkan paper bag yang di jadikan topi oleh Anin, serta kedua tangan Anin memegang sebuah piring serta satu buah donat di atasnya di tambah lagi apa itu? Lilin berwana putih? Hah? Bukannya lilin putih berukuran sedang itu untuk mati lampu?
"HAPP-" teriakkan Anin terhenti saat Gracia membekap mulutnya.
"Stop Anin, gue gamau lo yang ngucapin pertama" potongnya santai lalu duduk di sofa ruangannya.
"Ihh gre gue udah effort banget loh ini" rengek anin sambil mengikuti Gracia.
Gracia terkekeh melihat penampilan anin, lumayan lah Anin membuatnya sedikit melupakan rasa sedihnya.
"Yaudah mana sini gue mau tiup lilinnya aja" Anin pun memunculkan senyumnya kembali lalu mendudukkan dirinya di samping Gracia.
"Nih cepet cepet" Anin menyodorkan apa yang dari tadi ia pegang itu tepat di hadapan Gracia.
Gracia memutar matanya malas. "Itu mati ih apinya" protesnya membuat Anin melebarkan mulutnya.
"Eh aduh maaf kendala dikit gara-gara lo juga sih tadi ah" Anin dengan cepat mengambil korek.
"Nah nyala silahkan tiup lilinnya bu boss" ujar Anin senang.
Gracia terkekeh lagi karena melihat lilin yang di pakai Anin tapi ia tetap meniupnya.
"Udah tuh, makasih Aninnn" Gracia memeluk Anin.
Anin tersenyum senang dan ide jail sedang menyerangnya sekarang, dengan cepat ia mengecup pipi Gracia hingga menimbulkan bekas lipstik di pipi Gracia.
Satu detik, dua detik, bahkan di detik ketiga Anin tidak mendengar protesan maut Gracia, Anin terheran heran di buatnya ia pun melepaskan pelukannya dan menaruh piring yang di pegangnya ke meja.
"Gre, lo kenapa?" tanya panik Anin sambil menaruh telapak tangannya di dahi Gracia.
Gracia menepis lengan Anin. "Ck gue gapapa" jawabnya malas.
"Demi apa?"
"Demikian!" sewotnya.
Pandangan gracia beralih pada kepala Anin. "Kaya gembel lo pake beginian, udah donat cuma satu tapi piringnya segede gaban" cibirnya sambil melepas paper bag di kepala Anin.
"Ih tadi tuh gue belinya se box tapi lo lama ga dateng-dateng"
"Terus sisanya cuma satu?"
"Hooh" Anin mengangguk polos membuat Gracia geleng-geleng kepala.
"Terus lilinnya juga tuh" cibir Gracia lagi.
"Oh kalo itu tadi gue buru-buru takutnya lo keburu dateng jadi ga sempet beli lilin, tadinya sih mau ga pake aja, tapi gue nemu lilin di laci meja lo yaudah gue pake itu aja" jelas Anin.
"Dih lilin gue"
"Eh btw banyak bener tu lilin buat apaan dah, apa jangan jangan lo selama ini jaga lilin?" Anin menatap tak percaya Gracia.
"Iya, bukannya lo yang kelilingnya nin gimana? Pernah ketauan warga kaga?" sahutnya pura-pura menatap tak percaya Anin juga.
"Hah?"
"Hah heh hoh bapakmu jaga lilin!" sewot Gracia.
"Jadi?"
"Kaga lah ih, mana ada"
***
Disisi lain, Zee sedang menjalankan rencananya untuk memberi surprise pada Gracia.
Zee meminta kepada Ve dan Keynal untuk tidak memberi tahu Gracia soal kepulangannya dan mereka hanya menyetujui saja.
Ve dan Keynal ada urusan jadi tidak mengantarkan Zee tepat sampai ke Indonesia, jadi Zee di antar oleh beberapa bodyguard Keynal sebenarnya Zee tidak mau, namun oma dan opanya tetap memaksanya karena mereka tidak bisa mengantarkan Zee.
Hari semakin siang dan sekarang Zee sedang menunggu Shani menjemputnya di bandara, hanya Shani lah yang ia beritahu.
Tadi Zee mengabari Shani lewat handphone salah satu bodyguard Keynal dan memberi tahu Shani bahwa ia sekarang sudah ada di bandara Jakarta.
Sebelum pulang ke rumahnya nanti Zee akan membeli kue ulang tahun dulu untuk hari spesialnya Gracia, sejujurnya Zee sudah kepikiran terus karena ia mematikan handphonenya sejak kemarin. Zee benar benar ingin memberi surprise yang berbeda kali ini.
Beberapa menit kemudian mata Zee menangkap cepat Shani yang berada di ujung jalan sedang berjalan ke arahnya, dengan cepat Zee berterima kasih dan pamit kepada bodyguard yang dari tadi setia menjaganya lalu pergi menghampiri Shani.
Zee menarik kopernya tanpa melihat kanan kiri, Zee berlari dengan riang hingga tak sadar shani melebarkan matanya.
"ZEE AWAS!!!" teriak shani.
Brakkk
"CICI!!!"
next nya nanti aja deng kalo inget
palpalepale
KAMU SEDANG MEMBACA
MY CICI [END]
Fanfiction"Ketika rasa benci dan sayang sama-sama tinggi" -Gracia