Matahari perlahan memunculkan sinarnya kembali, pagi hari ini Gracia maupun Zee sama sama sudah terbangun tapi mereka masih berbaring menikmati pelukan yang sudah sangat lama mereka tidak merasakan ini, sebenarnya tadi Gracia sudah menyuruh Zee untuk mandi tapi Zee menolak malah makin mengeratkan pelukannya.
"Betah amat sih astagoy, mandi sono udah makin siang ini" titah Gracia dengan tangan yang masih anteng mengusap pucuk kepala Zee.
"Cici usap usap aku terus jadi makin ngantuk lagi" ucap Zee dan Gracia memutar bola matanya malas.
"Itu mah emang lo nya aja yang lemah, di gituin doang langsung nyaman" cibirnya sambil menarik tubuhnya untuk melepas pelukan.
"Ih cici mah gitu" sebal Zee.
"Udah sono mandi" titahnya lagi
"Mandiin" balas Zee dengan cengirannya.
"Serius?" ucap Gracia dengan wajah tak percayanya tak lupa juga ia menunjukkan wajah tengilnya.
"Ngga lah bye!" sewot Zee lalu pergi begitu saja.
"Ck ck bocil bocil"
Setelah mandi dan rapi dengan setelan formalnya Gracia memulai menyiapkan sarapan, mengoles selai di atas roti yang di pegang nya itu lalu menaruhnya di atas piring tak lupa juga dengan segelas susu di sampingnya.
Gracia senang dengan keadaan ini, ia merasa sangat sangat lebih baik daripada sebelumnya. Gracia meminta semoga saja hidupnya terus seperti ini dan tidak ada perasaan yang mengganjal lagi.
"Yuhuuu Azizi keren datang" Zee menghampiri Gracia yang sudah ada di meja makan.
"Lama amat sih" protes Gracia.
"Ih cici gemes banget, ga sabar ya mau sarapan bareng sama aku" Zee dengan pedenya mengibaskan rambutnya ke belakang membuat Gracia memutar matanya malas.
"Dih ngga ya"
"Alah bilang aja kali ci"
"Berisik deh lo, cepet abisin"
"Enak banget ci yaampun, ini bikinan ci gre kan pasti? Wah gila si aku beruntung banget punya cici kayak cici... udah tajir, cakep, walaupun gengsi dan galak dikit aku tetep sayang banget kok sama seorang Shania Gracia ini" ucap Zee dramatis yang sedang memakan rotinya itu sambil menyeka sudut matanya padahal sama sekali tidak ada air mata disana.
Gracia hanya diam tak merespon.
"demi apapun gue ga nyangka ternyata adek gue makin berkembang sikapnya kaya gue dulu" batin gracia tak habis pikir, ia melihat zee seperti melihat dirinya sendiri yang dulu.
"Udah abis ci, aku berangkat dulu ya" ucap Zee beranjak dari duduknya dan mencari cari sesuatu.
"Nyari ini kan lo" Gracia menunjukkan kunci motor milik Zee yang kini berada di tangannya.
"Lah kok bisa ada di cici?" heran Zee, karena tadi perasaan Zee menaruh kunci itu di atas meja yang tak jauh dari dirinya.
"Bisalah, dahlah gue anter yuk" ucap Gracia membuat Zee melebarkan matanya.
"Hah? Yang bener ci??" tanya Zee dan Gracia mengangguk santai.
"Tapi arah kantor ci gre sama sekolah aku tuh kan beda mana jauh lagi, nanti cici harus puter balik lagi mending gausah deh ci" tolak Zee.
Gracia mengangkat sebelah alisnya. "Bukannya kemaren kemaren lo pengen banget ya di anterin sama gue"
"Y-ya itu sebenernya ngetes ci gre aja sih, lagian cicinya juga pasti nolak kan"
Gracia menghela nafasnya. "Pokoknya gue anter" final Gracia meninggalkan Zee duluan.
Zee sedang tersenyum senang saat ini bodoamat kali ini ia tidak ke sekolah memakai motor kesayangannya, yang penting hari ini dia senang sekali karena bisa di antar oleh kesayangan nomor satunya. Motor mah jadi kesayangan nomor dua aja lah, begitulah isi pikiran seorang Azizi.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY CICI [END]
Fanfiction"Ketika rasa benci dan sayang sama-sama tinggi" -Gracia