Bulan demi bulan telah di lewati, kedekatan antara Gracia dan Zee tentunya semakin lengket kembali. Sudah tidak ada lagi bumbu bumbu cuek dari seorang Gracia jika bersama Zee, ia malah makin sabar menghadapi Zee yang makin kesini makin kesana alias ada aja ulahnya seperti saat ini.
"CICI, DASI SAMA SABUK AKU DIMANA SIH KATANYA HARUS PAKE BIAR RAPIH" teriak Zee dari dalam kamarnya membuat Gracia yang sedang menyiapkan sarapan memejamkan matanya sejenak.
Membuang nafas kasarnya, Gracia pun berjalan menuju kamar Zee dan tangannya mengepal kala melihat baju yang sudah berkeluaran dari lemari entah di apa kan sampe itu baju tidak berada di tempatnya.
"Astaga Zee... kok bisa sampe berantakan gini sih yaampun kan bisa pelan pelan nyari nya" geram Gracia sambil memunguti baju yang terlihat masih terlipat dan langsung saja ia masukan kembali ke lemari.
"Gatau ci, orang aku nyari dasi ga ketemu ketemu, udah ah aku gausah pake dasi aja bye cici" Zee meninggalkan Gracia yang masih menatapnya kesal.
Gracia menyusul Zee ke bawah yang sudah anteng memakan sarapannya, ia pun ikut mendudukkan dirinya di hadapan Zee.
"Zee kamu tuh udah kelas 12 masa mau gitu gitu aja, gamau berubah jadi anak baik gitu? Pake bajunya yang rapi" ucap Gracia, Zee menggeleng.
"Aku ga tertarik ci" jawabnya santai membuat Gracia menghela nafas pasrah.
"Nanti cici pulang agak malem, kamu kalo mau makan bilang sama bibi aja ya biar dia temenin kamu" ucap Gracia dan Zee mengangguk mengerti, memang akhir akhir ini perusahaan Gracia sedang naik naiknya membuat para pekerjanya semakin sibuk terutama Gracia.
Zee juga sudah di izinkan untuk membawa motor kembali oleh Gracia dan itu membuat Zee senang bukan maen karena ia bisa memakai motor kesayangannya lagi setelah sekian lama.
"yaudah ci aku duluan ya" pamit Zee sambil mengecup pipi Gracia dan di ikuti juga oleh Gracia.
"Bye sayang, hati hati loh" perintah nya.
Zee mulai menyalakan mesin motornya tak lupa juga ia sudah memakai helmnya, dan melaju pergi ke sekolah.
Sesampainya di sekolah Zee melangsungkan dirinya ke kantin karena antek anteknya berada di sana.
Brukkk
"ASTAGA NENEK MONTOQ" kaget Olla saat Zee menggebrak meja kantin.
"Untung jantung gue kaga lompat ke ginjal" ucap Adel sambil mengusap dadanya.
"Iya eh ji kebiasaan lo ah, untung aja ni meja kaga rusak" ucap Oniel sambil mengelus meja yang habis di pukul zee.
"Lo oniel kurang kerjaan anjir elas elus meja segala" cibir Zee membuat semuanya terkekeh.
"Gapapa lah simulasi jadi waiters" ucap Oniel.
"Eh kalian abis lulus mau di lanjut kemana dah" tanya Olla
"Gue belum tau sih masih bingung" jawab Zee yang di angguki Adel, Oniel.
"Eh tapi kalo gue sih mau kerja aja deh" timpal oniyel membuat tatapan mereka tertuju pada dirinya.
"Kenapa natapnya kaya gitu sih" Oniel sedikit ngeri melihat tatapan sulit di artikan kawan kawannya ini.
"Niel, lo gapapa?" tanya Adel.
Oniel terkekeh hambar. "Gue mah mau kuliah mau kerja juga mereka tetep ga peduliin gue dan mungkin mereka lupa kalo mereka punya anak" lirih Oniel
"Niel sabar ya" Zee mengusap bahu Oniel
"Kadang ya, gue tuh pengen banget beli waktu mereka gue pengen banget sesekali quality time tapi apa? Buat makan bareng aja susah banget"
"Kan ada kita niel, lo bisa sepuasnya makan sama kita ya ga gais?" ucap Adel riang siapa tau bisa menghilangkan kesedihan yang sedang melanda Oniel.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY CICI [END]
Fanfiction"Ketika rasa benci dan sayang sama-sama tinggi" -Gracia