33

5.1K 385 39
                                    

Gracia kini bergelut dengan pikirannya antara pergi mengejar Zee atau biarkan saja Zee di bawa oleh omanya, ia tak tenang di setiap langkahnya dan sudah, cukup sudah, Gracia sudah meyakini dirinya kalah. Gracia tidak bisa jauh dari Zee, sekali tidak rela tetap tidak rela.

"Nggak bisa, pokoknya gue gabisa"

"Lepas Shan, nin, lepasin gue" Gracia berusaha melepaskan kedua tangannya yang masing-masing di gandeng oleh Anin dan Shani.

"Gre lo kenapa?" tanya panik Shani.

"Gre, lo kalo mau ngereog di rumah aja atau ngga kalo lo udah ga kuat tunggu sampe kita sampe di dalem mobil dulu gre" Anin ikut panik malah semakin menahan lengan Gracia.

"CK LEPASIN CEPETAN!" Gracia melotot menatap keduanya dan semakin memberontak di tempat, mau tak mau Anin maupun Shani melepaskan cekalannya.

Dengan secepat mungkin Gracia berlari menuju pesawat yang akan di tumpangi Zee atau mungkin saat ini Zee sudah berada di dalamnya.

Anin dan Shani pun mau tak mau mengikuti Gracia yang sudah lumayan jauh itu.

"ZEE!" teriak Gracia sangat kencang.

"Gre tenang gre" dengan nafas terengah Shani menahan Gracia yang akan terus berlari.

"Hiks Shan gue ga bisa Shan" tangis Gracia pecah saat melihat pesawat yang di tumpangi Zee ternyata sudah berlalu.

"sudah kuduga, ini yang cici gamau liat zee" batin Shani sambil menarik Gracia ke dalam pelukannya.

Shani sudah mengira ngira pasti Gracia akan seperti ini membuat dirinya tidak tega sekali melihatnya.

"Terlambat gre, kita pulang aja ya tenangin diri lo" ajak Anin menatap khawatir Gracia.

Sungguh Anin tidak tega melihat Gracia seperti ini, celetukannya tadi menjadi kenyataan.

Gracia menggeleng lemah. "Mereka gatau semuanya tentang Zee hiks" lirih Gracia.

"Mau nyusul aja?" tawar Shani sembari mengelus kepalanya Gracia yang ada di ceruk lehernya.

"Mau, tapi ngga mau" jawab Gracia membuat Shani dan Anin bingung.

Sebenarnya Gracia memang bisa saja menyusul tapi ia tidak mau di anggap berlebihan.

Gracia menegakkan dirinya kembali lalu menghembuskan nafas panjangnya. "Ayo pulang" Gracia berjalan dahulu meninggalkan Shani dan Anin.

Gracia sudah di rumah berbeda dengan Anin dan Shani yang pergi beraktivitas masing-masing.

Setelah tangisan panjang Gracia, kini dirinya sudah tenang dan sekarang sedang membaca novelnya sembari duduk santai di sofa ruang tamu namun matanya tak berhenti melirik handphone yang ia simpan di atas meja itu, kini sudah pukul 12 siang kemungkinan Zee sudah sampai di Singapura.

Beberapa menit kemudian dengan antusiasnya Gracia mengambil handphone yang berdering itu. Namun, sedetik kemudian saat Gracia melihat nama kontak yang tertera itu membuatnya mendengus sebal dan menghembuskan nafas kasarnya karena yang menelepon nya itu Anin bukan orang yang di harapkan Gracia.

Dengan malas Gracia mengangkatnya.

"Halo" ketusnya.

"yaampun santai dong bu boss"

"Ih sebel, ada apa?"

"ga ada apa2. kerjaan kantor udah aman. gre mau gue temenin?"

"Boleh deh, langsung ke rumah aja nin"

"oke gue packing dulu"

"Packing matamu! awas aja barang-barang lo menuhin kamar gue"

tut..

MY CICI [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang