Tangan Zee terulur menghapus sisa air mata yang masih tersisa di pipi Gracia, Zee bisa melihat dengan jelas mata yang biasanya bersorot tajam itu berubah menjadi sembab dan tak lupa hidung yang sedikit memerah.
"Jangan nangis lagi ci" ucap Zee lembut sambil merapikan rambut Gracia yang berantakan akibat angin.
Gracia mengangguk dan menarik zeye kedalam pelukannya lagi namun matanya tak sengaja melihat seseorang di bawah yang sedang bersandar di mobil berwarna hitamnya itu. Keningnya sontak berkerut menatap seseorang di bawah sana yang kini sedang menatapnya juga.
"shani?" ucapnya dalam hati bahkan kini ia sudah merubah tatapannya menjadi tatapan datar.
Gracia meleraikan pelukannya lalu meneliti pakaian yang di pakai Zee,Gracia spontan menaikkan sebelah alisnya. "Mau kemana lo pake baju begitu" ucapnya heran melihat zeye memakai baju serba hitam.
"Aku mau ke makam mama papa ci, aku kangen mereka" balasnya membuat Gracia menggeleng tanda tak setuju.
"Gaboleh, Lo belum sehat bener. Main mau pergi pergi aja"
"Aku udah sembuh ci" ujar Zee membuat Gracia menghela nafasnya terlebih dahulu.
"Sama Shani?" tanya Gracia dan Zee mengangguk santai.
"Tapi kok cici tau sih" heran Zee.
"pantesan tu orang udah nongol aja pagi pagi" batin Gracia.
"Kenapa ga sama gue?" tanya Gracia sedikit sewot, ada perasaan tak rela saat mengetahui adiknya pergi dengan orang lain.
"Yaahh baru aja lembut eh malah sewot lagi nih si gengsi" batin Zee.
"Emang ci gre mau anter aku?" tanya Zee polos.
"Y-ya mau, emang lo doang yang kangen mama papa" jawab Gracia.
"Tapi aku udah minta ci Shani buat anter aku ci"
Gracia menghela nafasnya kasar. "Yaudah pergi aja sono" ucapnya langsung pergi dari balkon kamar Zee.
"Astagoy punya cici cici ambekan amat" gumamnya sebelum mengambil handphone yang bergetar di kantongnya. Melihat nama sang penelepon ternyata itu adalah Shani.
"Halo ci"
"..."
"Hah serius??" kaget Zee sambil membalikkan badannya menatap ke arah bawah.
"..."
"Iya ci tunggu bentar ya"
Zee mematikan sambungan teleponnya lalu segera pergi ke bawah untuk menemui Shani yang sedari tadi sudah menunggunya.
"Kan cici bilang gausah lari Zee, yaampun cape kan jadinya" ucap Shani dan tangannya mengusap sedikit keringat yang muncul di dahi Zee.
"Maaf ci nunggu lama banget ya pasti" kata Zee tidak enak hati.
"Gapapa Zee, eh btw seneng amat nih keliatannya" goda Shani.
Zee melebarkan senyumnya. "Ci gre udah mulai berubah ci. Aku seneng banget" ucap zeye antusias.
Shani tersenyum lembut, dirinya juga ikut senang. Akhirnya penantian Zee selama ini terjadi. "Syukurlah Zee, cici ikut seneng liat kamu seneng kaya gini"
"Tapi ci, tadi kayanya ci gre ngambek deh aku pergi sama cici"
"Yaudah kamu masuk lagi gih" titah Shani.
"Gamau ci, aku udah maksa cici buat anterin aku masa aku juga yang batalin sih"
"Iya iya yaudah yuk naik" pasrah Shani lalu keduanya sudah masuk kedalam mobil menuju ke pemakaman.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY CICI [END]
Fanfiction"Ketika rasa benci dan sayang sama-sama tinggi" -Gracia