31

5.2K 398 11
                                    

Gracia tadi mengabarkan Anin dan sekarang ia sudah pulang dari rumah sakit, sesampainya di rumah, Gracia langsung turun dari mobilnya Anin.

"Nin gue bisa sendiri" Gracia menolak halus Anin yang sedang merangkulnya untuk masuk ke dalam rumah.

"Diem. Gue cuma mastiin lo baik baik aja" tegas Anin membuat Gracia pasrah.

Saat sudah mengantarkan Gracia ke kamarnya, Anin langsung beranjak dari duduknya dan pamit balik ke kantor namun tangan Gracia menahannya.

"Kenapa gre? Lo butuh sesuatu?"

"Nin, lo bisa ambil cuti kok jangan terlalu nyibukin diri di kantor. Lo juga butuh refreshing Anin"

"Itu lebih cocok buat lo gre, lo yang akhir akhir ini sibuk banget di kantor bahkan pulang malem. Inget lo itu punya Zee jangan sampe dia ngerasa kesepian" Anin yang selama ini memperhatikan Gracia yang memang lebih banyak menghabiskan waktunya di kantor dari pada di rumah.

"Jangan sampe Zee berubah pikiran dan menyetujui buat tinggal sama oma opa lo Gre" lanjut Anin, Anin tau karena semalam setelah oma dan opanya datang Gracia langsung menelpon Anin dan bercerita.

Gracia hanya diam tak menanggapi.

Gracia terlarut dalam pikirannya. Benar, benar sekali apa yang di katakan Anin, Gracia memang kerja mati matian demi Zee tapi dirinya terlalu larut dalam pekerjaannya sehingga ia lupa memiliki adik yang membutuhkan waktunya juga.

Selama beberapa bulan ini Gracia sering pulang malam, bahkan jika menyempatkan untuk tidur bersama dengan Zee pun itu hanya sebentar, Gracia selalu bangun dan pergi menuju ruangan kerjanya menyibukkan dini harinya dengan kerja, kerja, dan kerja.

Anin mendudukkan dirinya kembali saat melihat Gracia meneteskan air matanya.

"Jangan nangis" Anin menghapus air mata Gracia yang ada di pipinya itu.

"Gue ga sadar nin, dia juga selalu bikin ulah walaupun itu hal kecil tapi bisa di bilang dia itu kaya cari perhatian" sungguh, Gracia menyesal baru menyadari sikap Zee yang akhir akhir ini selalu banyak tingkah.

Anin tersenyum tipis dan mengangguk. "Sorry kalo ucapan gue nambah beban di pikiran lo, gue cuma gamau kedepannya akan terjadi sesuatu yang ngga lo sangka" Anin berdiri dan tangannya merapikan poni Gracia yang tidak rapi.

"Gracia cengeng" Anin terkekeh kecil mengatakan itu. "bentar lagi Zee pulang udah ah gausah nangis lagi"

"Iya nin thanks ya udah ngingetin gue"

"Iya gre, yaudah gue balik ke kantor ya. Kalo ada apa apa langsung hubungin gue" pamit Anin berlalu keluar dari kamar Gracia.

Sepeninggalan Anin, Gracia masih saja melamun hingga bunyi notifikasi dari handphone milik Zee yang ia simpan di atas nakas samping kasurnya membuyarkan lamunannya. Gracia tidak ingin mengecek namun rasa penasarannya sangat tinggi.

Dahinya mengkerut "Oma Ve?" gumamnya melihat nama kontak di layar hp itu.

Gracia yang sudah semakin penasaran pun langsung mengklik pesan itu.

Oma ve

Zee
Jangan lupa packing untuk minggu depan sayang😘


Deg.

Gracia membeku sampai setetes air mata lolos lagi dari matanya tepat mengenai layar handphone yang masih ia tatap tak berkedip itu.

"Zee lo jahat, lo mau ninggalin gue" batinnya

Seakan akan sangat tertampar dengan perkataan Anin tadi, Gracia benar benar merasa takut sekarang. Namun, saat ini ia hanya bisa menangis. Anin benar menyebut Gracia cengeng apalagi ada sangkut pautnya dengan Zee, ia menangis terus sampai ketiduran.

Gracia terbangun dari tidurnya setelah 4 jam dirinya tertidur, dan Gracia merasakan ada yang memeluknya dari belakang ia menunduk melihat sebuah tangan yang melingkar di perutnya. Tanpa melepaskan pelukannya ia membalikkan badannya menghadap orang yang masih terlelap menggunakan seragamnya.

"Gue gatau kenapa sesusah itu ngizinin lo pergi walaupun sama oma opa lo sendiri Zee" gumam Gracia sambil mengusap pipi Zee yang sekarang semakin berisi.

"Bangun Zee, makan dulu udah sore" Gracia melepaskan tangan Zee yang berada di pinggangnya dan mendudukkan dirinya.

Pergerakan itu membuat Zee terusik dan mengerjapkan matanya, setelah itu ikut mendudukkan dirinya di samping Gracia. Zee sedikit heran mengapa Gracia menatapnya datar.

"Cici kenapa natap aku kaya gitu?" cicit Zee pelan.

"Kamu setuju buat tinggal bareng oma, opa?" tanya Gracia

"Iya" jawab Zee seadanya.

Gracia memejamkan matanya sejenak. "Udah lupa ya sama cicinya sampe bikin keputusan sendiri" cibir Gracia dingin membuat zee menggeleng keras.

"Nggak ci. Aku kesana cuma berlibur, bukan setuju untuk kuliah di Singapura"

"Sama aja Zee, dengan itu oma sama opa bisa lebih gampang bujuk kamu" nada bicara Gracia masih datar.

"Ci, aku ga enak sama mereka. Aku selalu nolak permintaan oma sama opa, jadi, aku pikir dengan aku setuju buat berlibur disana mungkin aja kan oma ga bakalan maksa aku buat kuliah disana, karena aku maupun oma sama opa juga belum tau disana aku bakal nyaman atau ngga" ucap Zee

"Terus kalo nyaman kamu bakal tetep tinggal di sana gitu? Iya?" sarkas Gracia cepat.

Zee menghela nafasnya. "Engga ci, aku mana bisa sih jauh jauh dari cici" Zee mengecup pipi Gracia dan memeluknya erat.

"Lepas" Zee menatap cemberut Gracia, yang di tatap hanya berusaha melepaskan tangan Zee yang melingkar di tubuhnya.

"Ih cici jangan di lepas dulu" rengek Zee.

"Kalo ga bisa jauh jauh kenapa kamu iyain permintaan oma sih Zee..." Gracia menatap kesal zee.

"Kan tadi aku udah bilang, aku ga enak sama mereka. oma bilang, cuma aku yang selalu nolak" lirih Zee membuat Gracia mau tak mau nanti harus berpisah.

Walaupun hanya beberapa hari tetap saja Gracia sangat tidak bisa berjauhan dengan Zee, jika Zee pergi dengan Shani saja Gracia sudah misuh misuh tidak jelas apalagi nanti pisah beda negara.

"Ganti baju gih, terus kita makan cici tunggu di bawah" pelukan Zee melemah itu kesempatan Gracia untuk turun dan meninggalkan Zee yang menatapnya nanar.

"maafin aku ci" batin zee.
























makasih banyak yaa komen kalian itu bikin mood buat up naik🙏🏻🤍.

xixixi see u next part mantemannn

MY CICI [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang