Hari sudah sore matahari yang tadi sangat cerah pun mulai terbenam, akhirnya Zee sudah di pindahkan ke ruang inap tapi Zee masih belum sadar.
Adel, Oniel, dan Olla sudah Gracia suruh pulang dan mereka mengiyakan saja begitu pun dengan Shani yang tadi tiba-tiba ada pasiennya yang membutuhkannya, kini hanya tersisa Gracia dan aniyn di dalam ruangan Zee. Gracia memilih ruangan VVIP agar lebih leluasa seperti saat ini mereka menunggu Zee dengan santai di sofa tak jauh dari brankar Zee.
"Nin, kok Zee lama sih ga bangun bangun" ucap Gracia pelan seperti bergumam.
"Bentar lagi pasti Zee bangun gre, lo harus inget Zee itu anak yang kuat" balas Anin.
"Nin?" panggil Gracia menatap serius Anin.
"Apa?"
"Gue mau bunuh Raisa"
Anin sontak melebarkan matanya. "Gre! lo jangan gegabah ah" ketus Anin tidak setuju.
"Dia udah ngebuat Zee sebegitu nya nin, padahal Zee ga salah bahkan ga tau apa apa" lirih Gracia.
"Iya gre, tapi lo pikirin kedepannya dong kalo ketauan lo pasti di penjara, emang lo mau Zee makin kesepian hah? Lo mau Zee jadi sebatang kara? Udah tau yatim piatu juga lo jangan so so an deh, gue gamau ya Zee kesepian lagi dan lo pasti ga bakal tega juga kalo Zee di bawa ke Singapura" ucap Anin menusuk.
"Sumpah nyelekit banget anying" tukas Gracia menghela nafas lelahnya Anin memang benar, dirinya tidak boleh gegabah.
"Ya makannya awas aja ya lo jangan bodoh gre"
"Y"
"Eh nin mobil gue masih di sekolah Zee" ucap Gracia panik mengguncang tubuh Anin.
"Ih kaget gue, tenang aja udah di urus Shani"
"Oh"
Anin memutar bola matanya lagi lagi ia mendengar balasan sangat singkat dari boss nya itu. "untung boss gue" seperti itulah isi hati seorang Anin.
"Eh gre lo makan dulu ya" pinta Anin karena sedari tadi Gracia tak menyentuh sama sekali makanan yang sudah di belinya tadi.
"Nanti aja, nin mending sekarang lo balik gih"
"Lo ngusir gue gre? Yaampun ga nyangka gue udah baik baik gini di us-"
"Stoppp" Gracia memotong ucapan so dramatis Anin ia sudah malas mendengarnya.
"Yaudah gue balik tapi kalo ada apa apa langsung kabarin gue ya" kata Anin yang sudah bersiap pulang itu.
"Iya iya"
Anin pun berjalan menuju brankar Zee. "Zee sayang, cepet sembuh ya" kata Anin sambil mengecup kening Zee.
"Gausah cium cium ih!" kesal Gracia yang ikut ikutan berdiri menghampiri Zee.
"Aduh tackuttt ada cici cici pocecip" ucap Anin alay lalu berlari cepat keluar dari ruangan Zee.
Gracia hanya menatap malas Anin yang sudah menghilang dari pandangannya itu.
Tatapan Gracia kini beralih pada Zee yang terbaring lemah, hatinya sangat sesak melihatnya air matanya pun luruh sulit untuk di tahan, Gracia mendudukkan dirinya di kursi yang tersedia di samping Zee.
Rasa takut juga dari tadi menyelimutinya walaupun banyak yang bilang Zee anak yang kuat tetap saja rasa takut akan kehilangan itu ada.
"Lo lama banget sih tidurnya dasar kebo lo" ketus Gracia persis seperti emak emak yang sedang membangunkan anaknya tapi tidak bangun bangun.
Ketus ketus begitu air mata Gracia masih terus menetes.
"Cepet bangun gue kangen sama lo, jarang jarang kan gue ngomong kangen duluan?" ucap Gracia lagi.
"Katanya kuat tapi kok belum bangun juga, emang disana ada apaan dah ajak gue kek Zee"
"Gapapa deh lo bandel, lo mau ngeledek gue juga gapapa, lo mau minta apapun sama gue bakal turutin"
Pandangan Gracia terus mengabur saking banyaknya air mata yang menggenang di matanya.
"Sumpah Zee gue ga kuat sakit banget ini hati moengilqu" Gracia mengambil tangan Zee lalu mengelus nya dengan lembut dan mengecupnya.
"Sakit banget pasti ya? Lo di suntik berapa kali tadi? Perutnya juga di jait berapa jaitan itu hm? Biar gue marahin tuh orang yang udah nyakitin lo" mata Gracia melihat lihat Zee dari atas sampai bawah.
"Lo juga belum makan loh Zee, belum minum susu juga ih baru aja gue lagi berusaha buat bikin badan lo gemukan eh lo malah sakit kaya gini hiks" Gracia tak kuasa menahan tangis tak bersuara dari tadi akhirnya ia keluarkan juga isakan yang terdengar sangat lirih itu.
"E-eh sorry gue nangis tapi gapapa deh lo ga liat juga kan" ucap Gracia dengan kekehan di sela sela tangis nya.
Gracia menyudahi acara menangisnya ia menghapus air mata yang mengenang di pipinya itu. "Yaudah kalo masih mau bobo, cici tunggu disana ya zee? Ga jauh kok tuh di sofa" Gracia bangun dari duduknya mendekatkan diri kepada Zee dan mengecup lama kening Zee serta tangannya aktif mengusap kepala Zee.
"I love you anak bandel" ucap Gracia menarik dirinya kembali akan beranjak menuju ke sofa.
Namun saat akan menolehkan badannya, ekor matanya menangkap air mata yang lolos dari mata Zee membuat Gracia mendudukkan dirinya kembali.
"Loh kok nangis zee? Kenapa ih? Bilang sama gue cepet bangun buka matanya, atau tadi gue megang lo kekencengan ya hm?" tanya Gracia panik mengusap air mata Zee.
"Tidak apa-apa itu reaksi yang dia berikan saat dia merasakan sesuatu, jadi tidak usah panik ya" ucap dokter dan suster yang tiba-tiba muncul.
"O-oh gitu ya dok"
"Iya, maaf saya nyelonong masuk tadi suster sempat mengetuk tapi kamu tidak dengar sepertinya, saya mau cek keadaanya dulu ya"
"Oh tidak apa apa dok, silahkan" balas Gracia sambil berdiri dari duduknya.
"Bagaimana dok?" tanya Gracia saat melihat dokter menyudahi mengecek Zee.
Dokter itu tersenyum tenang. "Syukurlah, sudah lebih baik dari sebelumnya, hanya saja dia masih belum mau membuka matanya. Kamu bersabar saja ya Gracia" ujar dokter itu.
Gracia mau tak mau mengangguk pasrah. "Iya terimakasih banyak ya dokter Gaby"
"Sama sama, kalo gitu saya pamit kalo ada apa-apa langsung panggil saja" ucap dokter Gaby lalu berlalu pergi keluar.
"Baik dok"
i lv u ci gre😻
next ga nihhh
KAMU SEDANG MEMBACA
MY CICI [END]
Fanfiction"Ketika rasa benci dan sayang sama-sama tinggi" -Gracia