1

4.5K 506 151
                                    

Gaesss! Wkwkkw baru lagi baru lagi 🤣 ini mah tes ombak aja 😉 Oh ya series pertama bisa baca Misunderstood Love (Ammar dan Ilmira. Cewek yang disukai Omar)

###

Pagi itu sebelum berangkat ke toko, Omar menyempatkan bermain bersama ponakannya, Al-Kausar. Bayi berusia tujuh bulan itu sebelumnya mengangkat kedua tangannya minta digendong. Tentu saja Omar dengan senang hati mengambil baby Al dari bounce-nya.

"Al mesti manja kalo sama njenengan, Mas." Ilmira sedang mengaduk bubur nasi untuk putranya.

"Siapa lagi yang manjain dia kalo bukan aku." Omar mencium gemas pipi Al yang gembil. Bayi itu tertawa keras menampakkan giginya yang hanya dua buah. "Al sudah makan belum?" Sudah tentu perkataannya tidak akan mendapatkan jawaban tapi melakukan hal itu membuat hatinya bahagia.

"Sudah pantas punya sendiri, Om."

Omar mendengus mendengar ucapan ayahnya. "Masih belum pengin, Yah."

"Tunggu apa" Pria tua itu menghampiri Omar dan Al lalu mengambil bayi itu dari bounce. "Cucu Kakek sudah wangi." Ia mengecup pipi Al-Kausar. Pria itu juga tertawa saat jarinya digigiti oleh bayi tersebut. "Sudah lapar kayaknya, Mir. Jari Ayah sampai digigitin." Ia menyerahkan Al pada ibunya. "Mamam dulu sama Bunda, nanti ikut Kakek lagi."

"Nanti kalo ada yang cocok. Ibuk mana, Yah? Kok nggak kelihatan dari tadi." Ia bergabung dengan Rasyidin juga Ammar yang baru saja keluar kamar. Omar tersenyum kala melihat wajah merah Ilmira yang mendapat kecupan di dahinya dari Ammar. Astaga. Apakah dirinya akan seperti abangnya jika jatuh cinta nantinya? Ya bisa saja. Bukankah saat kita jatuh cinta semuanya terasa membahagiakan.

"Masih tidur, tadi sempat ngeluh kepalanya agak berat. Mungkin tensinya naik," sahut Rasyidin. Ia mulai makan sayur sup yang disiapkan Mbak Yem.

Omar mengangguk. Mungkin beliau lelah karena sesekali mengawasi usahanya—walaupun sudah dibantu Risma dan Irna. "Kecapekan itu, Yah, bolak-balik ke sebelah."

"Yah capek tapi mau gimana lagi wong nggak ada yang pegang sebelah. Mira nggak boleh sama abangmu. Makanya kamu buruan cari istri, biar bisa gantiin Ibuk." Sudah beberapa kali ia mencoba mengenalkan Omar pada anak kawannya tapi selalu ditolaknya. Entah wanita seperti apa yang diinginkan olehnya.

Pria 35 tahun itu berdecak kecil. Topiknya akan selalu kembali ke situ. "Hmm. Balik lagi ke sana topiknya," gerutu Omar. "Bang, pinjemin Mira bentar gitu buat awasin sebelah." Ia melimpahkan topik bahasan agar tidak terus menekannya.

"Nggak. Mira biar fokus urusin Al," tolak Ammar mentah-mentah. Ia tidak ingin Ilmira lelah mengurusi ini itu yang akhirnya tidak maksimal mengurus putranya. Ammar bukannya tidak sayang pada ibunya hanya saja Ammar juga harus mendahulukan kenyamanan istrinya. Ilmira sudah jadi tanggung jawabnya yang juga menjadi prioritas utamanya.

"Hadehhh! Kadung bucin. Ada aja ngelesnya." Omar meraih gelasnya dan meneguk hingga habis air minumnya. Ia kemudian pamit ke toko miliknya.

"Makanya cepet nikah. Biar bisa bucin kayak Ammar," sahut Rasyidin sebelum Omar benar-benar menghilang dari pandangannya.

###

Sore itu Omar memutuskan pulang lebih dulu. Ia sekarang lebih sering berada di toko daerah Dinoyo. Selain tidak jauh dari rumahnya juga lebih nyaman walaupun setiap sore langganan macet.

"Di, tak tinggal dulu." Omar pamit pas papasan dengan Ardi saat akan keluar. Ia meraih helm kemudian melajukan motornya ke tempat janjian bersama kawannya.

Kurang dari tiga puluh menit, pria itu sampai di sebuah rumah sederhana didekat sawah—tongkrongannya sejak kuliah. Entah memang konsepnya atau bagaimana, dinding rumah tersebut terbuat dari papan kayu. Atapnya rendah dan lantainya diplester. Sangat klasik. Di dalamnya, terdapat tiga meja dan kursi kayu panjang, Di tengah-tengah pun terdapat meja dan kursi yang sama.

Omar sedikit menunduk saat masuk. Ia langsung menuju meja panjang di pojokan yang sudah ada Radi dan Harun. Dia pria dewasa itu tampak berbicara sambil menikmati jajan rondo royal.

"Suwe ne rek (lamanya)." Radi menyeruput kopinya sedikit demi sedikit.

"Biasa, pasang alis dulu," sahut Harun yang disambut tawa oleh Radi. "Suntuk banget, Om. Ada masalah?" Walaupun kadang mulut Harun perlu dijahit tapi pria itu orang yang cukup perhatian.

"Nggak. Capek aja sih." Omar ke menaruh kunci motor serta HP-nya di meja. Ia kemudiaan ke meja hidang untuk mengambil pisang kukus dan ketela goreng. Tak lupa ia memesan kopi. "Tumben sore-sore ngajakin nongkrong. Nggak kerja?" Ia menaikkan satu kakinya di kursi. Tangannya bergerak mengupas kulit pisang ambon kukus.

"Kabur lah." Radi yang memang mempunyai usaha percetakan tidak perlu seharian full berada di kantornya. "Sumpek rek (suntuk gaes). Papa tiba-tiba mau jodohin sama anak temennya. Wes nggak mbois blas janan (nggak keren sama sekali)."

Omar dan Harun tertawa keras. Mereka membayangkan Radi yang pecicilan dan seenak jidatnya sendiri tak berkutik saat papanya memberi perintah.

"Terima aja, Rad. Siapa tahu kayak Bang Ammar. Bucin parah sekarang dia sama istrinya," saran Omar. Pria itu mengunyah cepat ketela goreng yang tinggal sedikit.

"Hmm. Kamu sendiri kapan, Om? Masih gamon kamu?" tanya Harun yang tahu kisah cintanya Omar tapi ia tidak mengetahui siapa tepatnya wanita yang dicintai kawannya itu.

"Ntar lah. Udah biasa aja sama dia. Lagian aku nggak mungkin merebutnya dari abangku sendiri kan? Jadi ya harus bisa ikhlasin."

Radi dan Harun saling pandang. Mereka mencerna kata-kata Omar. Abangnya sendiri? Apa itu artinya ....

"Cewek itu istri Bang Ammar?" ujar Radi tak percaya. Ia maju dan lebih dekat dengan Harun yang berada di antara dirinya dan Omar. "Gimana ceritanya kok bisa jadi istri abangmu?" Radi tahu jika Omar tengah patah hati karena wanita pujaan menikah dengan pria lain tapi tidak tahu bahwa pria yang dimaksud adalah saudaranya Omar.

"Ya intinya.Ayah jodohin Abang sama Mira. Alasannya apa dan mengapa cuma mereka yang tahu."

"Beugh. Kuat bener kamu, Om. Kalo aku udah pergi aja. Setiap hari lihat cewek yang disuka, bisa-bisa gila aku." Harun menggeleng tak percaya.

"Awalnya aku ya pengin pergi tapi kasihan Ibuk. Nanti beliau kepikiran dan sakit. Jadi ya begini lah."

Tobaco.

Segini dulu ya🤭
Yuk yuk komen 😁

Stole Your Heart Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang