12

1.2K 337 62
                                    

Ayem datanggg😁

###

Risma:
Mbak Mir, aku kok kayak ngerasa nggak ada harapan ya sama Pak Omar. Nggak tahu knp rasanya dia tuh makin susah dideketin. Pak Omar kyk jauh gtu.

Ilmira:
Trus kamu gmn? Aku nggak bisa bantu apa-apa kalau sudah soal perasaan.

Risma:
Nyerah boleh nggak sih? Capek juga lho ngejar dia tuh.

Ilmira:
Kalau itu yang baik buatmu, ya gpp. Kamu yang jalanin pasti tahu harus apa kalau sudah yakin nggak ada respons dari dia.

Risma:
Gitu itu Pak Omar pernah cerita-cerita sama Mbak nggak sih? Kan kalian serumah tuh.

Ilmira:
Jarang kalau ngobrol gituan. Paling ngobrol biasa saja. Tapi nggak tahu juga kalau sama Mas Ammar.

Risma:
Tolong tanyain dong, Mbak. Kali-kali dapet bocoran gtu hahaha.

Ilmira:
Insyaallah ya. Aku nggak berani janji.

Risma:
Ok. Mamarika alias makasih banyak.

Ilmira menggeleng dan tersenyum simpul membaca pesan Risma. Dari mana hubungannya terima kasih sama mamarika? Ada-ada saja Risma itu.

"Kenapa?" Ammar mencium kening Ilmira sebelum melepas jam tangannya. Ia juga menarik keluar kemeja hitam dari celana panjangnya setelah melonggarkan gesper, membuatnya mendesah lega terbebas dari gerah.

"Kok sudah pulang, Mas." Ilmira memberikan handuk bersih pada Ammar, sebab handuk yang tadi masih dicuci.

"Heum. Nggak jadi ke rumah Husain. Dia pergi." Ammar melenggang masuk kamar mandi setelah sebelumnya minta Ilmira membuatkan kopi.

Ilmira pun ke dapur membuat kopi. Saat itu Omar baru masuk. Pria itu menghempaskan pantatnya di kursi. "Kopi, Mas?" tawarnya.

"Boleh," sahut Omar. "Al mana? Kok nggak kelihatan."

"Lagi tidur. Capek mungkin habis main sama Risma." Ilmira berpikir sejenak, apa sopan kalau bertanya soal hubungan pria itu dengan Risma? Tidak. Tidak. Itu bukan ranahnya, dan tidak pantas ia bertanya yang tak ada hubungannya dengan dirinya.

"Baru datang, Om?" Ammar duduk dengan Al Kautsar digendongnya. "Al sudah makan, Mir?" Ia bertanya pada istrinya.

"Ini mau dihangatkan maemnya, Mas." Ilmira menyiapkan dandang untuk mengukus nasi tim yang ia buat untuk putranya.

Omar mengangguk kemudian mengambil pisang untuk ia berikan pada Al Kautsar lalu mengambilnya kembali. "Ibu sama Ayah ke mana ini? Kok sepi." Ia mengunyah pisang yang dipatahkan oleh ponakannya.

"Ke rumah Bude Romlah. Mau bareng-bareng ngelayat ke mana gitu." Ilmira mengambil Al Kautsar dari pangkuan Ammar tapi tidak boleh dan menyuruhnya untuk menyuapi putranya selama di pangkuan Ammar.

"Jadi gimana, Om?" Ammar menghadapkan Al Kautsar pada Ilmira agar wanita itu tak kesusahan menyuapi putranya.

Kerutan di dahi Omar terlihat, bingung dengan pertanyaan abangnya. "Gimana apa, Bang?"

"Ya kamu sama Risma. Bukannya kalian lagi deket?"

Oh soal Risma. "Deket biasa saja. Nggak yang gimana-gimana," sahut Omar. "Maunya sih kalau bisa sama Risma, sudah baik lucu juga tapi kok nggak tembus-tembus ini rasanya."

"Jadi Mas Omar PHP-in Risma?" Akhirnya Ilmira menemukan celah untuk ikut bertanya.

Pria itu menggeleng. "Masa kayak gitu namanya PHP in? Aku nggak pernah bilang suka atau semacamnya. Kami jalan ya karena Ibu. Aku nggak pernah mulai duluan baik wa atau ngajak jalan. Sewajarnya saja nggak ada yang berlebihan." Omar tidak mau semuanya salah paham melihat kedekatannya dengan Risma.

Stole Your Heart Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang