28

1.4K 335 121
                                    

Halooo! 😁

❤️❤️❤️

Pak Om:
Istirahat, kan? Habis ini dijemput Ardi ke sini.

Astaga! Kalau ikut Ardi ke toko, mereka bisa ketahuan! Ya Allah. Pria ini suka sekali cari perkara.

Khaira:
Mau ngapain ke sana? Nanti ketahuan, Mas.

Rasanya Khaira mau nangis saja saat melihat Ardi menghampiri dirinya. Pesannya pada Omar hanya dibaca tanpa dibalas.

"Hmm. Orang kalau lagi sayang-sayangnya emang gini ya. Maunya deketan terus," goda Adiba yang berada di rak display gamis terbaru.

Pria itu cengengesan, menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Ya gitulah," sahut Ardi. "Pinjam Khai dulu ya, Diba. Ada yang mau tak omongin. Boleh, kan?"

Kawan Khaira itu mengangguk. "Boleh, kok. Sesekali nggak apa-apa lah Mbak Khai main ke sebelah, kan biasanya aku yang ke sana ngecengin Pak Omar."

"Ok." Ardi mengangguk ke arah Khaira. Sesuai perintah Omar, jika menjemput Khaira, dia diperbolehkan memanggil nama saja, tapi di luar itu, kembali menyebutnya 'Bu'.

Sampai di luar, Khaira bertanya, ada apa sampai ia dipanggil ke tempat Omar. Namun, Ardi menggeleng.
Tiba di tempat Omar, beberapa karyawan suaminya menatap heran, pasalnya ia jarang atau bisa dibilang hampir tak pernah ke toko ini, terlebih sekarang ini Khaira bersama Ardi ke ruangan khusus karyawan sedangkan ia orang lain.

"Sudah ada izin, Ar, bawa orang lain ke atas?" Hesti tidak bermaksud tidak sopan, hanya saja ruang karyawan di lantai tiga tidak bisa dimasukin sembarangan oleh orang lain.

"Sudah, Mbak. Pak Omar tahu kok. Beliau malah bebasin." Beruntung ruang kerjanya di sebelah ruangan Pak Omar, jadi ia bisa memberi alasan masuk akal.

Hesti menyingkir dari sisi tangga, memperhatikan Ardi dan Khaira sampai tak terlihat. Tumben Pak Omar mengizinkan orang lain masuk selain Adiba? Apa karena Khaira kekasih Ardi jadi dibolehkan? Ah, bisa jadi seperti itu. Hesti pun turun dari lantai dua.

"Maaf ya, Mas, jadi ngerepotin." Khaira jadi tidak enak membuat Ardi dan temannya sempat bersitegang. Selain itu, ia juga deg-degan takut kalau ketahuan.

"Ndak apa-apa, Bu." Ardi mengetuk ruang kerja Omar lalu mempersilakan Khaira masuk.

Omar terkekeh melihat Khaira merengut padanya. Pasti wanita itu jengkel karena ia melanggar janjinya untuk menyembunyikan hubungan mereka. Tapi ia tidak pernah berjanji untuk tidak bertemu bukan? Jadi Omar tidak sepenuhnya melanggar janjinya. Pria itu mendekat, mengunci pintu, dan menurun rollind blind barulah menghela Khaira ke kursi. "Nggak usah merengut." Omar mengeluarkan makanan dari paper bag yang ia pesan dari salah satu restoran langganannya.

"Ya kan takut ketahuan, Mas. Gimana kalau yang lain curiga."

"Nggak bakalan. Yang mereka tahu kan sama Ardi. Makan. Kata Ibuk tadi belum sarapan." Omar masih di kamar waktu Khaira sarapan.

"Iya. Kayak penuh rasanya." Khaira mengambil satu porsi nasi cumi pedas manis. "Pedes banget?" tanyanya sebelum melahap nasi di depannya.

Omar mengangguk lalu mengambil nasi Khaira dan memberikan nasinya. "Ini saja nggak terlalu pedes. Perut kosong jangan langsung dikasih pedes."

Pria tinggi itu memperlihatkan Khaira makan. Rasanya perutnya langsung kenyang melihat istrinya makan dengan lahap, tak sia-sia usahanya menyuruh Ardi menjemput Khaira walaupun rawan bocor soal hubungan mereka. Namun, itu memang yang Omar mau, dengan begitu ia tidak perlu lagi sembunyi-sembunyi kalau ingin berduaan.

Stole Your Heart Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang