25

1.4K 311 69
                                    

Halooo! Lama kagak jumpo 😘😘

💐💐💐

Siang itu dengan wajah masam Omar menghentikan mobilnya di parkiran mini market untuk menurunkan Khaira. Sumpah! Rasanya Omar ingin menghajar habis-habisan Ardi yang beruntung membonceng istrinya ke tempatnya bekerja. "Nggak usah deket-deket duduknya. Nggak usah ngobrol-ngobrol nggak jelas sama Ardi." Suara Omar begitu ketus. .

"Ya jok motornya segitu, Mas. Mau jauhan kayak gimana lagi? Ngobrol juga nggak aneh-aneh, lho. Ya masa dibantuin malah diem saja. Ndak sopan lah sama Mas Ardi."

"Ardi!"

"Iya Ardi." Lebih baik cari aman daripada Omar semakin sewot nantinya, sedangkan Khaira sedang tidak ingin bertengkar.

"Ya makanya nggak usah pake acara sembunyi-sembunyi gini." Omar mengambil rokok di dashboard untuk ia sulit dan mengurai kekesalannya. Ia pun membuka jendela mobil agar asapnya terbawa angin. "Ribet banget sumpah!"

Wanita di samping Omar menggeleng cepat. "Mas sudah janji lho." Khaira mengingatkan.

Oh Omar tak akan lupa akan janjinya, tapi ia tidak berjanji untuk tidak mempublikasikannya melalui sosial media, bukan? "Heumm. Dan kamu nggak usah protes kalau nanti aku nggak nahan-nahan, Khai."

"Nahan-nahan gimana maksudnya?"

"Ya kayak gitu lah." Omar mematikan rokok lalu menutup lagi jendela mobil di sisinya. Tanpa aba-aba ia merangkum wajah Khaira, menyatukan kedua bibir mereka. Mencecapnya penuh damba. Rasa ingin tahunya kini telah terbayar tapi sialnya malah membuatnya ingin lagi dan lagi. "Trial dulu, Khai. Biar kamu nggak kaget pas lanjut ke menu utama." Ia menghapus jejak basah di bibirnya begitu pula Khaira.

Menu utama? Apa hubungannya mereka dengan makanan? Ah kenapa pria ini suka sekali membuatnya bingung. Kenapa tidak langsung mengatakannya secara langsung. "Maksudnya gimana, Mas? Saya ndak paham. Menu utama apa?"

"Ck. Gitu saja nggak tahu. Making love. Bikin anak. Hubungan intim. Kalau kasarnya ken ...."

Khaira spontan menutup bibir Omar dengan tangannya. Kata yang akan diucapkan suaminya itu membuatnya geli. Malu sendiri. "Iya saya tahu," ujarnya cepat dengan wajah yang merah. Pria ini benar-benar di luar prediksi. Di luar terlihat begitu kalem, bersahaja tapi dalamnya bisa menyesatkan. Frontal.

"Saya pamit, Mas." Ia menjabat tangan Omar sebelum turun dari mobil. Khaira pun menghampiri Ardi yang baru tiba. Mesin motornya pun belum dimatikan. "Maaf ya, Mas, ngerepotin jadinya." Khaira menerima helm yang Ardi sodorkan. Tak lama mereka meninggalkan parkiran.

###

"Mbakkk!" Adiba memeluk Khaira yang baru turun dari motor Ardi. "Kangen ih. Lama bener liburnya." Ia melepas temannya itu lalu sedikit membungkuk pada Ardi. "Enak banget deh ada yang anter jemput tiap hari. Aku kan pengin juga."

"Cari," sahut Ardi enteng.

"Ya cari tapi yang kayak Pak Omar gitu di mana ya? Capek euy ngejar beliau. Kagak nyaut-nyaut sinyalnya," keluh Adiba dengan wajah melas.

Ardi tertawa. Jelas tidak akan menyahut wong radarnya sudah menancap di Khaira. "Kayaknya beliau udah ada cewek deh, Diba, makanya nggak nyaut-nyaut sinyalmu."

Adiba merapat ke sisi Ardi. Ia perlu menggali informasi tentang berita yang pria itu sampaikan. "Yang bener, Mas? Mas Ardi tahu ceweknya orang mana? Cantik nggak?" cecarnya penuh semangat.

"Lho nggak tahu. Aku kan cuma nebak, Diba. Ya kali Pak Omar cerita-cerita sama aku soal pribadinya." Ardi menahan tawa melihat Adiba merengut karena tak mendapat informasi apa pun darinya.

Stole Your Heart Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang