26

1.6K 324 95
                                    

Satu hari menjelang weekenddd! Dan masih revot dengan agustusan 🤣🤣

Selamat membaca❤️

###

Khaira menghela napas besar menatap hujan deras di luar. Rencana yang ia susun harus tertunda hingga hujan reda, padahal ia sudah bangun pagi sekali untuk membuat masakan kesukaan bapaknya—hari liburnya. Semalam Omar berjanji kalau ia akan mengantarnya pulang. Sebenarnya ia bisa pulang sendiri tapi oleh ayah mertuanya tidak boleh, begitu juga Cindy, dan tentu saja Omar. Pria itu tidak memberinya izin, jadi Khaira tak berani berangkat.

Wanita itu melirik ke belakang saat pintu di buka dari luar, lalu kembali melihat guyuran hujan yang jatuh menerpa pohon-pohon di taman dari jendela kaca kamar. Ia begitu rindu bapaknya, Bima, dan Bayu. Adiknya itu sekarang sudah pindah kerja di tempat dekat rumah, jadi ia tak bisa menyuruhnya mampir mengambil makanan untuk Karmin.

Ia terkesiap saat lengan Omar melingkari pinggangnya. Bergerak gelisah saat tengkuknya terkena embusan napas Omar. Bulu kuduknya pun berdiri. Ia menggeliat untuk terbebas dari pelukan suaminya. "Mas, jangan kayak gini." Khaira mencoba mengurai tautan kedua tangan pria ini.

Namun, sepertinya Omar tak mengindahkan permintaan Khaira, ia malah dengan sengaja mengecup tengkuk wanita itu, berlama-lama di sana lalu pindah ke pangkal leher, menyisakan jejak basah di sana. Dengan posisi di belakang Khaira, ia bebas menjelajahi daerah sensitif istrinya.

Omar menarik tangannya dari pinggang Khaira, memutar tubuh wanita itu menghadapnya. Menatap Khaira begitu dalam seakan mengintai dalam kegelapan malam. Ia mengapit dagu istrinya, menariknya ke atas agar melihatnya. Mereka saling tatap hingga Omar menyatukan bibir mereka.

Khaira menutup matanya saat menyambut bibir Omar. Hangat dan lembut. Membelainya tanpa tergesa-gesa, menikmati cumbuan itu dengan sangat khidmat. Begitu menyenangkan dan membuatnya melayang. Khaira merasa ringan seperti dibuai dalam khayalan.

Pria itu menarik diri dari Khaira, meraup udara untuk paru-parunya. Menatap mata yang penuh kabut gairah. Omar segera membawa istrinya ke ranjang, merebahkan dengan pelan dan mengurung di bawahnya. Ia sendiri sudah tak bisa menahan gairahnya. Pertahanannya yang setipis tisu langsung ambyar saat tak sengaja melihat Khaira berganti pakaian di kamar mandi. Sejak itu, kobaran hasratnya tak mampu ia bendung dan membuatnya frustrasi. Astaga. Ia sudah seperti pria cabul saja.

"Mas ...." Khaira menatap sayu Omar. Tubuhnya gelisah, antara mendamba dan waspada berada sangat dekat dengan Omar. Rasanya ia tak mampu membalas tatapan lekat penuh gairah dari Omar.

Panggilan lirih Khaira seperti serangan musuh yang menghancurkan pertahanan terakhir Omar. Hasratnya dengan hitungan detik melesat ke ubun-ubun, membesar, menguasai raga serta jiwa, dan seakan meledak dengan dahsyatnya.

Omar menyanggah tubuhnya dengan satu tangan, sedangkan tangan satunya ia gunakan untuk mengusap pipi Khaira, merasakan kelembutan kulit bersih itu. Mengelus bibir yang baru saja dicicipinya, menyusuri pinggirannya dengan keserakahan besar, sungguh ingin ia ciumnya sampai habis. Omar membuat garis panjang di sepanjang leher Khaira, kemudian membentuk pola abstrak untuk memprovokasi reaksi tubuh Khaira.

Khaira terengah, pancingan Omar pada raganya membuatnya tak berdaya. Ia seperti ikan menggelepar hampir di tanah. Panas tubuhnya pun naik drastis dan ingin segera ia dinginkan.

"Boleh kah?" Sungguh pertanyaan bodoh tapi ia pun perlu persetujuan Khaira sebagai partner-nya.

Wanita itu mengangguk. Ia tidak mungkin menolak karena memang sudah kewajibannya, selain itu ia perlu mengakhiri siksa yang menderanya. Khaira ingin Omar menyudahi damba yang ia rasakan. Dan ia bahagia Omar minta persetujuannya. Khaira refleks menutup mata saat matanya dikecup Omar, begitu pula saat di bibirnya.

Stole Your Heart Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang