Halooo! Omar Adiba or Omar Risma 😁😁
🌺🌺🌺
"Pak Omar!"
Omah menoleh dengan tangan mendorong pintu mobilnya hingga tertutup. Ia menunggu perempuan yang ia tolong tempo hari mendekat padanya. Omar tidak kenal tapi ia tahu bahwa dia karyawan di toko sebelah, dan sepertinya perempuan itu mengenalnya.
Wanita itu menyerahkan sekotak brownies kukus kepada Omar. Pria itu terlihat bingung akan pemberiannya. "Ini sebagai tanda terima kasih dari bos saya sudah bantuin benerin folding kemarin."
Pria itu menerimanya. Rezeki pantang ditolak. "Tolong sampaikan terima kasih saya pada bos Anda. Sebenarnya tidak perlu begini karena saya ikhlas menolong."
Adiba mengangguk disertai senyum lebar. "Baik, Pak. Sekali lagi terima kasih."
"Sama-sama. Saya permisi dulu." Ia menyunggingkan senyum sebagai tanda ramah tamah kepada Adiba.
Adiba terpaku melihat senyum kecil Omar. Pria itu seperti Lu Yanchen di drama cina Road Home. Ah sungguh beruntung wanita yang akan menjadi istrinya karena bisa terus menyaksikan senyuman Omar. Ya Allah, boleh tidak Adiba berharap dia yang menjadi pasangannya? Sebab menurut cerita karyawan pria itu, beliau belum menikah.
"Diba! Ngapain di situ?" Khaira salah satu kawan Adiba memecah khayalan wanita yang usianya lebih muda darinya tersebut. Ia mendekati Adiba lalu setengah menggeretnya masuk ke toko. "Yang mau dikirim banyak, belum dikemas. Kamunya malah bengong nggak jelas gitu," omel Khaira sambil duduk di kursi pendek plastik di bagian belakang toko. "Ngapain sih? Ngapelin gebetan kamu?"
"Boro-boro gebetan! Yang pdkt in aja nggak ada."
"Terus ngapain?" Walaupun ia tak memperhatikan Adiba tapi Khaira tetap menyimak cerita kawannya itu.
"Lagi pdkt sama makhluk Allah yang sempurna. Pak Omar."
Gerak tangan Khaira berhenti, ia menoleh pada Adiba. "Hah? Siapa itu?" Karena sejak ia dipindahkan ke sini baru ini ia mendengar pria yang disebut oleh kawannya itu.
Adiba berdecak lirih. Bagaimana bisa Khaira tidak tahu pria yang menjadi idaman hampir seluruh pekerja wanita di deretan ruko sini? "Owner toko sebelah, Mbak. Yang orangnya cakep itu lho."
"Lho iya ta? Kok aku nggak tahu yo?"
"Hadeuh! Makanya main. Noh kenalan sama karyawan toko lain, jangan hibernasi muluk."
"Lah? Emang wajib gitu?"
"Wajib dong, biar tahu gosip dan cogan-cogan ganteng macem Pak Omar."
Oh. Ya bukannya Khaira tidak ingin mengenal sekitar tapi ia bukan yang gampang akrab seperti Adiba. Dulu ia seperti Adiba tapi saat mendengar temannya sendiri mengatai dirinya di belakangnya sok akrab, sok kenal, mengganggu sekali. Ya mungkin apa yang ia lakukan dulu salah dan berlebihan, maka sejak itu Khaira mencoba membatasi diri dengan orang-orang baru.
Dekat dengan Adiba pun baru-baru ini padahal mereka bekerja di toko yang sama hampir satu tahun ini. Ia tidak bisa seperti perempuan itu yang cuek bebek akan omongan orang lain. Mungkin karena itu Khaira sendiri tidak memiliki banyak teman yang benar-benar dekat.
"Mbak! Yaelah malah ngelamun." Adiba tidak meneruskan ucapannya saat ada pelanggan masuk. "Selamat datang. Silakan jika ingin melihat-lihat lebih dulu, Ibu." Beliau seorang ibu-ibu yang masih cantik di usianya yang tidak muda lagi. Di belakangnya seorang wanita cantik menggendong bayi laki-laki yang lucu.
"Makasih ya a Mbak."
Adiba mengangguk kidmat. Ia juga menyunggingkan senyum lebar. "Sama-sama Ibu. Silakan panggil kami jika ada motif yang diinginkan." Adiba berdiam diri didekat gantungan hijab usai mempersilakan pelanggan tersebut
KAMU SEDANG MEMBACA
Stole Your Heart
RomanceRasyidin bersaudara#2 Meskipun belum sepenuhnya berhasil move on dari Ilmira, Omar tak berharap cinta menyapanya kembali dalam waktu dekat. Rasa-rasanya ia butuh waktu untuk menyelami hatinya. Namun, gelap hatinya mulai memudar ketika seorang wanita...