5

1.6K 316 132
                                    

Halooo. Ketemu lagi yes. Lope sekecamatan wkwkwk. Cus cus

🌺🌺🌺

"Assalamualaikum! Yuhu Ibu Cindy imut-imut. Radi yang paling ganteng da ...." Kata-kata Radi terputus melihat wanita muda tengah menatapnya juga. Dia tersenyum padanya hingga membuat debaran jantungnya bergerak cepat. Ya Tuhan, efek terlalu lama jomlo jadi seperti manusia gua begini, pikirnya. Hanya diberi senyuman, dirinya sudah deg-degan. "Eh ... itu ... Omar ada?" Radi tiba-tiba saja gagap. Ia kaget mendapati perempuan ayu di rumah Omar. Kira-kira siapa wanita tersebut?

Ilmira mengangguk. Mungkin sahabat karib adik iparnya dan pasti sering kemari dilihat dari tingkahnya. "Ada di kamarnya. Mau saya panggilkan?"

Radi mengangguk lalu menggeleng. "Nggak. Nggak usah. Aku bisa panggil sendiri."

"Kalo begitu saya permisi." Ilmira berlalu seraya membawa teko air yang sudah penuh.

Sepeninggalan Ilmira, Radi masih terdiam di tempatnya. Ia seperti melihat hantu, ralat! Hantu cantik sampai tak bisa berkutik. Ah sial! Kenapa ia tidak bertanya namanya? Haish! Ia memutar langkah ke kamar Omar. Radi langsung masuk sebab pintunya tidak tertutup. "Yaelah. Belum siap ternyata." Radi duduk di belakang Omar yang tidur miring. "Buruan woy ntar Harun ngereog."

"Ntar dulu." Omar bangun dari tidur dengan sangat pelan. Ia beringsut ke pinggir. "Aku mandi bentar. Jagain tuh bocah." Ia menunjuk Al-Kausar yang terlelap.

Radi memegang tangan Omar dengan cepat. "Dia siapa? Kayak e lama banget aku nggak ke sini sampai nggak tahu ada anggota baru di sini."

Omar melepaskan cekalan Radi di tangannya. "Makanya jangan sibuk ngejar janda muluk sampai nggak ada kabar. Untung nggak aku pecat jadi temen."

"Yaelah namanya juga usaha, Om," bantah Radi. Ia mendekati bayi tampan tersebut. "Anak siapa sih? Bang Ammar?" Omar mengangguk. Radi kemudian menyentuh ringan pipi Al-Kausar agar tidak terbangun. "Btw, pas aku masuk tadi ada cewek cakep di dapur. Siapa, Om?" Ia menjauh dari Al-Kausar sebelum balita itu menggeliat.

Pria yang akan masuk kamar mandi itu berhenti, lalu berbalik melihat Radi. Keningnya berkerut mencoba menebak wanita yang dimaksud Radi. "Kayak gimana ceweknya?"

"Nggak tinggi banget. Wajah e kalem gitu. Pake hijab. Terus ...."

"Mas Omar, maaf ganggu. Saya mau ambil Al." Ilmira berdiri di bawah bingkai pintu kamar Omar.

Radi langsung menoleh ke belakang, sedangkan Omar mengangguk lalu berjalan ke kasur untuk mengambil ponakannya. Balita itu tidur begitu nyenyak sampai tak bergerak saat pindah gendongan.

"Makasih ya, Mas." Ilmira pamit dengan membawa putranya. Siang tadi Al-Kausar rewel karena tumbuh gigi dan diam saat digendong Omar. Biasanya Ammar tapi suaminya itu sudah berangkat kerja, jadi Omar yang menidurkannya .

"Nah cewek itu yang aku maksud. Pengasuhnya ponakanmu?" Omar mengangguk. "Weh cakep. Punya nomor hp nya nggak, Om? Kalo punya minta aku. Mau pdkt."

Omar masuk ke kamar mandi. Ia membersihkan tubuhnya dengan cepat. "Boleh. Tapi izin dulu sama pawangnya," ujarnya saat keluar kamar mandi. Ia mengambil hem maroon yang memiliki lengan pendek, celana bahan selutut, dan sepatu kets putih.

"Anjay! Pake izin segala. Tapi demi dia, ok lah. Sama siapa aku izinnya? Bapaknya? Pak Rasyidin? Bu Cindy? Di mana rumahnya? Aku samperin."

"Bang Ammar."

"Hah?" Tentu saja Radi keheranan. Apa hubungannya dengan Ammar jika wanita tadi hanya pengasuh anaknya. "Lah? Kenapa kudu ke dia? Kan cuma pengasuhnya doang."

Stole Your Heart Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang