Halooo! Happy reading bestieee😘
🌺🌺🌺
"Mbak Khai, nggak tahu kenapa yah, Pak Omar belakangan ini kelihatan makin gimana gitu ya. Aura-aura gantengnya tuh keluar gitu. Kek orang lagi jatuh cinta gitu." Adiba berdiri di pintu memperhatikan Omar yang baru turun dari mobilnya. "Bener nggak sih, Mbak Tya? Kayak lebih wow gitu ya."
Tya yang paling dekat posisinya sama Adiba ikut melihat Omar. Pria itu tidak langsung masuk tapi fokus pada ponselnya. "Hooh. Lagi jatuh cinta kali, Diba. Maka kelihatan makin ganteng gitu."
"Nah bener kan aku bilang. Berarti Mbak Tya normal, waras. Cuma Mbak Khai saja nih yang nggak normal, lihat Pak Omar biasa saja," kata Adiba terang-terangan.
"Nanti kalau Khai ikut normal, sainganmu makin berat lho, Diba," sahut Tya sambil beranjak ke rak gamis. Ia menggantung contoh produk terbaru mereka.
Adiba menepuk dahinya. "Oh iya ya. Wes Mbak Khai anteng saja, biar sainganku nggak tambah. Tapi Mbak Tya nggak demen juga sama Pak Omar, kan?"
"Kenapa memangnya kalau juga demen?" tanya Tya balik.
"Ya ... nggak apa-apa sih." Adiba memamerkan senyum Pepsodent-nya pada Tya.
"Biasa saja, sih. Dibilang demen ya ... bisa lah. Sapa coba yang nggak suka lihat cowok oke kayak beliau. Dibilang nggak tapi suka lihatnya. Wes gitu lah pokoknya. Emang kalau Mbak demen, boleh nih Mbak ikutan mepetin beliau?" goda Tya. Kalau boleh jujur, ia pun suka melihat pria itu tapi kalau harus terang-terangan mengejarnya, Tya belum seberani Adiba.
"Bolehlah, Mbak, pan masih milik umum. Beda lagi kalau Mbak Khai, dilarang keras." Adiba menyilang kedua tangannya di depan dada.
Tya melihat Adiba dengan bingung. "Lho kenapa, Diba? Katanya Pak Omar milik umum. Jadi Khai boleh dong."
"Ih nggak lah. Mbak Khai mah belum mupon dari Pak Haikal, ntar kasihan Pak Omar jadi pelarian," terang Adiba.
"Lho iya ta?" Tya yang sekilas mendengar hal itu dari Adiba seperti tidak percaya.
Adiba mengangguk. "Nggak terimalah aku sebagai pemuja beratnya."
Astaga! Dari mana kesimpulan ngawur itu Adiba dapatkan? Ia meraih ponsel di saku. Ada satu pesan masuk. Mungkin itu dari Bayu, sebab ini jam istirahat adiknya.
Pak Om:
Nanti pulangnya biar diantar Ardi. Sekalian dia nyamperin aku di ruko.Khaira:
Nggak usah, Pak. Nanti malah bikin repot Mas Ardi saja.Pak Om:
Panggil Ardi, nggak usah pake Mas!
Ardi nggak repot. Atau aku saja yang anter kamu. Nggak apa-apa sih, biar yang lain tahu. Jadi nggak usah sembunyi-sembunyi kita.Khaira:
Iya. Iya. Dianter Mas Ardi saja. Jangan Bapak nanti bikin kacau.Wanita itu lebih baik cari aman saja daripada nantinya menimbulkan kehebohan.
Pak Om:
Ardi! Nggak usah ada embel-embel Mas!Khaira:
Iya. Iya. Ardi.Usai membaca balasan Khaira, Omar melihat ke butik tempat calon istrinya berada lalu masuk ke mobil. Ia mau menyusul Beni dulu baru ke Pandan Rejo. Ah Rasanya sudah lama ia tidak ke sana.
Dalam perjalanan ke tempat Beni, Omar menelepon Ardi. Ia lupa bilang kalau langsung ke tempat Beni. Omar pun memasang earphone bluetooth, menekan nomor telepon di ponsel yang ia letak di holder HP.
"Assalamualaikum. Ar, nanti tolong antar Khai pulang. Tapi jangan langsung bawa pulang, ke ruko dulu. Ingat jalannya kan?"
"Ingat, Pak."
KAMU SEDANG MEMBACA
Stole Your Heart
RomanceRasyidin bersaudara#2 Meskipun belum sepenuhnya berhasil move on dari Ilmira, Omar tak berharap cinta menyapanya kembali dalam waktu dekat. Rasa-rasanya ia butuh waktu untuk menyelami hatinya. Namun, gelap hatinya mulai memudar ketika seorang wanita...