4

1.6K 344 133
                                    

Hadir lagiii 😁 happy reading sista. Lope-lope 2 hektar.

♥️♥️♥️

"Le." Cindy mendekati Omar di kasur. Kebetulan kamar putranya tidak ditutup. "Sibuk ora? Ibuk mau minta tolong." Ia duduk di kursi kayu depan Omar.

Omar menaruh ponselnya begitu saja di kasur sebelum melihat ibunya. Hari ini memang ia berencana ke toko agak sore sekalian bertemu dengan Beni. "Nopo (apa), Buk?"

"Antarno Risma ke pasar yo. Ini tadi kok ada yang kurang bahan buat besok. Tinggal ambil kok, Ibuk sudah telpon Mbak Ina di pasar. Dia nggak bisa kirim soale suaminya sakit."

"Nggeh. Banyak mboten barangnya?" Omar beranjak mengambil dompet di meja sebelah ibunya. "Kalo banyak tak bawa mobil. Kalo dikit bawa motor, lebih cepet juga."

"Dikit. Sama Risma ada belanja dikit buat pelengkap saja." Cindy berdiri, mengiring Omar keluar kamar. Putranya itu berkata menunggu di depan. "Yo wes tak suruh e Risma ke depan. Makasih yo, le."

Omar mengangguk. Ia mengambil helm kemudian mengeluarkan motor matic-nya. Sambil menunggu Risma, ia memeriksa grup yang dibuat oleh kawan gilanya.

Gans Maksimal:

Radi:
Crita Sena gaes. Capua?

Harun:
Mager woi.
Capek habis ngecek jamur.

Radi:
Gimana Om?

Me:
Nggak bisa. Mau ketemu sama Beni.

Radi:
Ok.

"Pak." Risma menepuk bahu belakang Omar, menampilkan senyum lebar saat Omar menoleh.

Omar menjejakkan kaki kuat-kuat saat Risma naik di belakangnya. Walaupun sudah tahu lama akan Risma tapi baru ini dia mengantarkan ke pasar, sebab biasanya dengan Mas Dino.

"Pak Omar emang gini ya tiap hari?" tanya Risma membuka obrolan dengan suara sedikit keras agar terdengar Omar.

Kening Omar berkerut dalam tak memahami maksud Risma. "Gini gimana?"

"Gamal gitu," sahut Risma lagi.

Gamal? Maksudnya bagaimana? Ya Allah, obrolan absurd apa ini dan herannya ia pun menanggapinya. "Gamal gimana? Gamaliel penyanyi itu?" Tapi apa hubungannya Gamaliel dengannya?

"Bukanlah, Pak. Ganteng maksimal. Kan jadi gimana gitu kalo lihat." Risma tertawa keras melihat Omar geleng-geleng dan tersenyum. "Nah gitu dong Pak senyum, makin cakep, tapi jangan lebar-lebar ya nggak kuat saya lihat, terang banget."

Ya Tuhan. Ini ceritanya mereka sedang cosplay jadi bintang tamu lapor Pak di mana Risma menjelma jadi Kiki? Gadis ini ... tak pelak Omar pun tersenyum karenanya. "Belajar ngombal di mana?"

"Kenapa? Pak Omar seneng ya aku gombalin? Deg-degan nggak digombali cewek duluan?

Omar menggeleng. "Nggak. Cuma mau bilang jangan banyak-banyak ngombal, ntar stok gombalan kamu habis."

Risma berdecak kecil, matanya melirik sengit meskipun Omar tak melihatnya. "Kirain. Padahal itu dari hati yang terdalam lho, Pak. Suer deh."

"Suer tak ewer-ewer." Omar pun tertawa karenanya. Ternyata Risma cukup menyenangkan, pantas ibunya sangat suka dengan perempuan ini.

"Lho Bapak bisa ketawa ternyata."

Pria tinggi itu langsung mendengus mendengar sindiran Risma. "Kamu kira aku tembok nggak bisa ketawa?"

"Bukan saya lho ya yang bilang tapi biar tembok kalo gamal plus mapan, maulah saya hehehe. Rezeki nomplok nggak boleh ditolak kudu dikekepin."

"Nggak bisa napas kalo dikekepin terus."

Stole Your Heart Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang