Episode 14

2K 111 0
                                    

"Ini gawat, aku merasa ada sesuatu hal yang buruk akan terjadi. Semua hal buruk ini mulai perlahan muncul saat jiwa Faradilla masuk ke tubuh Celine. Bisa jadi ada orang yang akan mengincar Celine lalu menyalahgunakan kekuatannya. Jika itu terjadi maka akan sangat berbahaya." Xaverius mulai merasa gelisah, ia memikirkan hal apa yang harus ia lakukan untuk mencegah kejadian itu.

"Celine masih ada, ini belum terlambat. Aku harus menjaganya mulai dari sekarang. Apa aku harus memberitahu yang mulia juga tentang Celine? Jika mengetahui faktanya apa yang mulia akan melindungi Celine juga?"

Xaverius mulai memikirkan langkah selanjutnya. Ia bereksperimen membuat sihir-sihir pelindung baru yang lebih kuat untuk ia pakaikan kepada Celine.

.
.
.

"Sampai sini dulu latihannya. Kamu sudah cukup baik menguasai teknik-tekniknya meskipun baru sekali aku ajarkan. Ternyata adikku ini cepat belajar juga." Bangga Cecilion.

"Aku sudah bilangkan ingin lebih kuat dari kakak."

"Haha iya iya, kakak tunggu saat kamu bisa mengalahkan kakak dengan tanganmu sendiri." Ucap Cecilion sambil mengusap puncak kepala adiknya.

"Iyaa tunggu saja ya.."

"Iyaa, sana mandi. Kita jalan-jalan ke pasar nanti setelah sarapan."

"Wahh yang benar kak?" Senang Celine

"Iyaa" Senyum Cecilion.

"Asikk jadi gak sabar."

"Terkadang aku sedikit tidak mengerti dengan perkataan yang adikku ini ucapkan, seperti bahasa dunia lain." Batin Cecilion.

.
.
.

"Oke sihir perlindungan ini sudah hampir sempurna. Sekarang aku butuh benda perantara yang bagus dipakai seorang lady. Di menara tidak ada barang sebagus itu. Aku harus mencarinya keluar."

Xaverius pun berniat keluar dari menara.

"Ketua?"

"Ada apa?" Xaverius menoleh kearah orang yang memanggilnya.

"Anda akan pergi keluar?"

"Ya, aku ada kepentingan."

"Bisa sekalian beli keperluan bahan masakan? Saya dan yang lainnya masih sibuk memperbaiki bangunan yang hancur karena badai saat itu." Sebenarnya dia merasa tidak enak menyuruh seorang Ketua sihir belanja bahan masakan tapi tidak ada pilihan lain lagi.

Aku juga akan pergi ke pasar untuk membeli kebutuhanku, yasudah sekalian saja.

"Beli apa saja?"

"Ehh?? Ketua tidak keberatan?" Terkejutnya

"Ayo cepat sebelum aku berubah pikiran."

"I.. Ini Ketua semuanya sudah saya tulis disini." Dia menyerahkan selembar kertas pada Xaverius.

"Kau banyak persiapan juga ternyata." Xaverius pun mengambil kertas itu lalu langsung menghilang.

"Te... rimakasih Ketua, eh dia sudah pergi."

.
.
.

"Wahh ramai sekali ya." Celine dan Cecilion sudah berada di pasar teramai di Kerajaan.

"Jangan pergi sendirian, nanti kamu tersesat."
Ucap Cecilion.

"Iya kak."

"Kak, aku mau melihat kesana!" Celine menunjuk kearah kerumunan banyak orang.

"Itu terlalu ramai."

"Kita kan sudah menyamar jadi gak akan ada yang mengenali kita kak."

"Yasudah ayo."

"Yeayy"

Celine saat itu terlihat sangat bahagia. Hingga Cecilion tak bisa menolak apapun kemauan adiknya demi melihat tawa bahagia adiknya.

Srakk

"Ah maafkan saya."

Ada seseorang yang tidak sengaja menyenggol bahu Celine saat itu dan dia ternyata...

"Putri Celine?"

"Ka.. Kamu?" Kaget Celine

"Saya tidak menyangka dapat bertemu putri disini." Senang perempuan itu.

"Celine, siapa dia?"

"Ahh anda tuan Cecilion, perkenalkan saya Laviesta Alexandria, putri dari Count Khile Alexandria." Ucapnya sambil tak berhenti tersenyum.

Kenapa kita bisa bertemu di tempat seramai ini?!

...

Bersambung

THE KING OF VERANCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang