Episode 60

226 12 2
                                    

Xaverius sedang jalan-jalan sendiri sambil melihat berbagai souvenir yang dijual disepanjang jalan yang ia lewati. Matanya berhenti di seorang penjual yang sudah lanjut usia. Nenek itu menjual barang-barang antik berbentuk perhiasan.

Xaverius pun melihat-lihat barang yang ada disana. "Nak apakah kamu menyukai barang antik?" Tanya nenek penjual.

"Aku sedikit tertarik dengan apa yang anda jual, bisa rekomendasikan perhiasan yang bagus untuk seorang lady?"

"Sepertinya lady itu adalah orang yang berharga bagimu" Senyum nenek itu "Aku punya sesuatu yang cocok untuknya." Lalu nenek itu mengambil sesuatu dari dalam kotak merah yang terpajang disana.

"Ini adalah liontin merah delima, konon katanya liontin ini menyimpan energi sihir yang dapat membuat pemakaiannya bisa menghilangkan aura tubuhnya jika pemakainya berada dalam bahaya." Nenek memberikan liontin itu pada Xaverius.

Liontin ini, kenapa bisa ada disini? Aku sudah mempunyai firasat bahwa nenek ini menjual barang-barang yang tidak biasa. Ternyata dugaanku tepat.

Liontin merah delima sudah terkenal sejak 1000 tahun lalu, tapi belum ada yang menemukannya lagi setelah 500 tahun terakhir.

Keistimewaan liontin itu banyak dicari oleh para bangsawan ataupun para penjahat. Itulah kenapa sangat berbahaya jika liontin ini jatuh ke tangan orang yang salah. Tapi ternyata liontin itu ada disini. Padahal semua orang berlomba-lomba mencari liontin ini selama 500 tahun terakhir.

Tanpa pikir panjang Xaverius pun langsung membeli liontin itu dengan harga sangat mahal.

Tapi...

"Tidak nak, jangan bayar sepeserpun untuk liontin itu. Aku memberikannya padamu secara cuma-cuma."

Xaverius terkejut "Aku mampu membayarnya jadi Terima saja..."

"Tidak, sepertinya liontin itu akan kamu berikan pada pemilik sesungguhnya. Jadi jangan membayarnya." Senyum nenek.

"Pemilik sesungguhnya?" Bingung Xaverius sambil menatap liontin itu.

"Ketua penyihir! Apa yang kau lakukan sendirian disana?" Xaverius melihat kearah suara yang memanggilnya dari belakang.

"Friz?" Dengan ekspresi terkejut Xaverius pun kembali melihat kearah depan dan ternyata tidak ada siapapun disana. Jelas-jelas tadi ada penjual nenek-nenek beserta dagangannya didepan tapi sekarang tempat itu kosong tak ada penjual apapun disana.

"Apakah aku berhalusinasi? Tapi liontin ini masih ada ditanganku." Terkejut Xaverius.

.
.
.

Celine sedang duduk di kursi pinggir pantai hingga seseorang datang menghampirinya.

"Yang mulia? Kenapa anda ada disini?" Ucap Celine terkejut.

Sementara Raja memandang Celine dengan senyuman manis. Lalu Raja pun duduk disebelah Celine.

"Kebetulan sekali kita bertemu, aku ada urusan disini." Senyumnya. Padahal Raja datang kesana karena mendengar Celine sedang berlibur disana.

"Ahh saya sudah dua hari ada disini." Celine.

"Kenapa tidak bilang padaku? Kita bisa pergi berlibur bersama jika kamu memintanya."

"Ini juga mendadak, kakak saya yang mengajaknya."

"Begitu ya, kalau begitu mumpung kita sudah disini bagaimana jika kita berlibur bersama?" Tatap Raja.

"Ahh bukannya tadi anda bilang kemari karena ada urusan? Jadi tidak perlu repot .... "

"Tidak! Ahh maksudku, urusannya sudah aku selesaikan tadi jadi tidak masalah jika sekarang aku pergi liburan sekarang."

Reaksi apa ini? Apa Raja sengaja datang ke sini karena tahu aku ada disini? Itu tidak mungkin kan?

"Apa jangan-jangan anda datang kemari karena mendengar saya sedang berlibur disini??" Terkejut Celine.

"Hah aku ketahuan ya?" Kekehnya.

"Ja.. Jadi benar??" Makin terkejut. Padahal aku hanya menebaknya saja tadi. Apa aku benar-benar menjadi tokoh utama wanita disini? Tapi kenapa bisa??

"Ya aku penasaran apa yang sedang kamu lakukan disini tanpaku." Senyum Raja.

"Ta.. Tapi apa boleh seorang Raja pergi begitu saja meninggalkan tugasnya di istana?"

"Tentu saja tidak, tapi aku sudah menyerahkan urusan istana pada Faul, dia dapat diandalkan jadi tenang saja." Senyumnya.

Ahh kasian sekali tuan Faul.

.
.
.

"Benda apa yang ada ditangan anda?" Tanya Friz.

"Bukan apa-apa." Xaverius menyimpan liontin itu dalam sakunya.

"Apakah itu untuk anda berikan pada putri Celine?"

"Kenapa kau ingin tahu sekali urusan orang lain?" Heran Xaverius.

"Hanya ingin memastikan. Karena tidak mungkin anda memberikan itu pada gadis lain, anda hanya dekat dengan tuan putri saja kan?"

"Kau ini sedang meledek ku ya?!" Kesal Xaverius.

"Aku hanya ingin membuatmu kesal."

"Wahh lihat anak ini! Sudah berani sok akrab dengan ku." Tidak percaya Xaverius.

"Meskipun begitu aku tidak suka melihat anda terlalu dekat dengan tuan putri. Jadi jaga jarak anda darinya."

"Apa?? Aku tidak peduli pendapat mu sama sekali! Jadi jangan memerintah ku seenaknya. Meskipun kau seorang pangeran, kedudukan ku jauh lebih tinggi dibandingkan dengan mu. Ingat itu!" Xaverius mengangkat jari telunjuknya didepan wajah Friz lalu pergi darisana dengan perasaan kesal.

"Ternyata mudah membuat seorang ketua penyihir hebat itu merasa kesal. Pftt" Friz menahan tawanya.

.
.
.

"Celine? Ada yang ingin kamu makan hari ini?" Cecilion baru keluar dari kamar mandi dengan memakai celana panjang saja.

"Celine?"

Karena tak kunjung ada jawaban Cecilion pergi keluar mansion hanya memakai celana panjang berwarna hitam, sementara dada putihnya yang bidang dan six pack terekspos bebas.

"Celine? Kemana dia pergi?" Cecilion menyusur pandangannya ke segala arah mencari keberadaan Celine.

Lalu pandangannya terhenti pada seseorang, Cecilion segera berlari menghampiri orang tersebut.

"Celine darimana saja? Kakak sedari tadi menca...." Orang itu berbalik arah melihat Cecilion.

Cecilion terkejut saat melihat wajahnya, karena dia bukanlah Celine. Sementara gadis itu juga terkejut karena melihat Cecilion tidak memakai baju.


Bersambung



THE KING OF VERANCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang