Episode 17

1.4K 101 0
                                    

Xaverius mengantar Celine pulang sampai ke depan gebang rumahnya setelah urusan mereka selesai.

"Sekali lagi terimakasih ya untuk cincin dan sudah mengantarkanku pulang juga."

"Iya, tidak masalah. Aku senang melakukannya." Senyum Xaverius.

"Jadi Xaverius yang bersikap manis ini hanya padaku saja ya? Kenapa kamu tidak bersikap sama pada perempuan lain?"

"Iya nona, jadi tolong jangan samakan dirimu dengan wanita lain karena sangat berbeda."

"Apa karena jiwaku bukan berasal dari dunia ini?"

"Hmm bisa ya bisa tidak. Aku hanya memilih orang berdasarkan naluriku saja. Dikehidupan mu sebelumnya, pasti kamu orang baik."

"Entahlah tapi dulu aku sangat menderita, aku bersyukur bisa masuk ke dunia ini. Walaupun hanya jiwaku saja."

"Kau akan lebih bahagia lagi disini. Aku jamin itu."

Semoga saja yang Xaverius katakan benar, aku memang ingin lebih bahagia lagi sekarang. Tapi aku merasa itu tidak akan mudah.

.
.
.

Di kamar Celine

"Akhirnya aku bisa rebahan juga." Celine merebahkan tubuhnya di sofa.

"Oh iya, 2 hari lagi aku harus bertemu dengan Raja. Jubahnya juga... Hah jubahnya! Dimana jubahnya?!" Celine langsung bangkit dari sofa dan langsung mencari jubah tidur itu.

Celine meninggalkan jubahnya diatas kasur saat pagi hari, lalu setelah sarapan jubahnya sudah tidak ada dan Celine baru menyadarinya sore ini.

"Zini? Zini?" Panggil Celine

"Ada apa tuan putri?" Zini bergegas masuk ke kamar Celine.

"Apa kamu lihat jubah tidur disini?" Menunjuk kearah tempat tidurnya.

"Jubah tidur? Ohh saya mencucinya putri."

"Dimana sekarang jubah itu?"

"Saya simpan di lemari tuan Duke. Itu jubah milik tuan kan?"

"Arrghh bukan Zini! Cepat ambil kembali jubah itu!" Frustasi Celine.

"Ba.. Baik putri."

Di kamar Duke Claude.

"Loh jubahnya gak ada?" Bingung Zini.

"Ahh jubah itukan..."

.
.
.

"Cilion? Apa ini jubah tidur milikmu?" Duke Claude memakai jubah dari dalam tas yang dibawa dari rumahnya.

"Bukan ayah, tapi jubah itu terlihat familiar."

"Kau benar, jubah berlambang matahari ini..."

Duke Claude dan Cecilion saling pandang memandang.

"Ini jubah yang mulia raja!!" Ucap mereka berbarengan dengan ekspresi sangat terkejut.

.
.
.

"Apa kau bilang?! Jubahnya terbawa oleh ayah??" Terkejut bukan maen.

"Iya tuan putri, mohon maaf saya tidak tahu." Zini merasa sangat tidak enak.

Sebenarnya ini bukan hanya kesalahan Zini, dia hanya melakukan tugasnya. Ahh sepertinya saat ayah pulang aku akan diintrogasi, apalagi kakak. Membayangkannya saja sudah sangat menyeramkan.

"Sudahlah, ini sudah terjadi tidak perlu disesali." Akhirnya Celine lebih memilih pasrah.

"Maaf sekali lagi tuan putri."

"Iya, iya."

Ayah pulang 2 hari lagi ya? Saat aku akan bertemu dengan yang mulia. Setidaknya aku bisa pergi dari rumah sebentar saat itu.

.
.
.

"Jubah itu terbawa oleh Celine ya? Itu jubah ayah yang masih sering aku pakai."

"Ayah tidak marahkan?" Senyum Zaquen sambil menatap langit malam dari balkon kamarnya.

"Jika malam ini sudah terlewati sisa 1 hari lagi ya? Padahal aku baru bertemu dengan Celine saat malam tadi. Celine yang sekarang mampu membuatku tak bisa jauh darinya ternyata." Senyumnya.

"Aku harap hari cepat berlalu."

...

Bersambung

Terimakasih banyak bagi yang sudah baca dan vote cerita wp perdana author yaa. Semoga selalu bahagia dan mimpinya jadi nyata❤

THE KING OF VERANCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang