Episode 23

1.1K 76 0
                                    

POV lelaki bertopeng

Aku muak melihat manusia yang hanya memikirkan dirinya sendiri. Padahal disekitar mereka masih banyak orang yang membutuhkan bantuan. Mereka seolah menutup mata dan pura-pura tidak tahu. Itu sangat membuatku marah.

Jadi tidak masalahkan aku mencuri sebagian harta mereka untukku berikan pada orang yang lebih membutuhkan? Dengan tangan mereka sendiri kan tidak bisa. Jadi lewat perantaraku saja.

"Friz sedang apa melamun dibawah pohon?" Ibu panti duduk disebelah pria bertopeng yang ia panggil dengan nama Friz.

"Hanya sedang merenung." Jawab Friz

"Begitu ya, Anak-anak sangat berterimakasih atas makanan yang kamu bawakan untuk mereka." Senyum ibu panti.

"Aku akan membawakannya setiap hari, jadi kalian tidak akan kelaparan."

"Friz, jalan apa yang kamu tempuh untuk mendapatkan semua itu? Jangan sampai membuat dirimu berada dalam bahaya."

"Aku akan baik-baik saja."

Aku sangat kasihan dengan wanita paruh baya ini, dia mengurus beberapa anak terlantar dirumah sederhananya. Untuk makan saja mereka kesusahan dan hanya mengandalkan hasil ladang yang tidak seberapa.

Dia juga yang merawatku setelah ibuku meninggal. Sebagai balasan aku ingin membantunya merawat anak-anak ini dengan cara mencuri dari orang kaya untuk mereka bertahan hidup. Entah jalan yang aku pilih benar atau salah tapi aku tidak ada pilihan lain lagi.

Dia merawatku tanpa bertanya siapa aku? Aku juga tidak memberitahu nama asliku lalu dia memberikan aku nama Friz. Entahlah aku juga tidak tahu siapa diriku sebenarnya.

Perkataan ibu yang aku ingat sebelum dia meninggal adalah. "Pakailah topeng ini kemanapun kau pergi dan jangan memberitahu nama aslimu pada siapapun." Aku tidak tahu apa alasannya tapi aku selalu menuruti perkataannya.

.
.
.

Ada sebuah kereta kuda melintas, itu pasti seorang bangsawan. Aku akan menjarah hartanya.

Friz mengawasi kereta itu dari atas pohon.

Pengawalnya hanya ada 5 orang, ini mudah. Aku akan membuat mereka tidak sadar diri.

Friz pun melancarkan aksinya, dia berhasil membuat semua pengawal itu tidak sadar diri hanya dengan sekali pukulan di area vital.

Setelah melumpuhkan pengawal, Friz pun mendekati kereta kuda lalu membuka pintunya.

Seorang gadis, apa dia seorang putri? Ya jika dilihat dari penampilannya dia adalah putri dari seorang bangsawan kelas atas. Tapi kenapa dia bersikap sangat tenang? Bukannya ketakutan karenaku?

Setelah menyuruhnya turun dari kereta aku juga ingin merampas semua hartanya. Tapi apa ini? Kenapa dia dengan mudahnya menyerahkan perhiasan miliknya, dia juga tidak mengkhawatirkan dirinya sendiri dan justru mengkhawatirkan para prajuritnya.

Aku baru bertemu dengan putri bangsawan sepertinya. Dia berbeda dari yang ku tahu.

Lalu sekarang kenapa aku tidak mau pergi dari sini? Aku sudah mendapatkan apa yang aku mau. Pandanganku tak bisa lepas dari putri itu.

Kami akhirnya saling menatap satu sama lain. Aku menunggu kata apa yang akan dia ucapkan selanjutnya padaku, karena aku tidak bisa berkata-kata sama sekali sekarang.

"Aku tidak tahu kenapa kamu melakukan hal ini? Tapi meskipun kamu melakukannya untuk  membantu seseorang, jalan yang kamu tempuh tetap saja salah, itu bisa membahayakan dirimu."

Apa ini? Dia seolah tahu tentang diriku.

"Kau tidak tahu siapa diriku." Ucapku kemudian, rasanya sedikit kesal karena yang dia katakan memang ada benarnya.

"Itu benar, kita baru bertemu sekarang kan? Mana mungkin aku mengenalmu. Aku hanya memberikanmu nasehat. Entah kamu mau menerimanya atau tidak itu terserah padamu. Aku tahu kau bukan orang jahat." Senyum Celine.

Kenapa dia malah tersenyum seperti itu? Aku memang bukan orang jahat, Orang-orang bangsawanlah yang jahat terhadap kami! Sudahlah aku harus pergi, pengawal-pengawal itu sudah mulai pulih.

"Tangkap pria bertopeng itu!" Perintah Dev pada pengawal lain

Friz pun berlari pergi meninggalkan tempat itu.

"Sudah jangan dikejar, dia sudah pergi jauh. Kita lanjutkan saja perjalanannya."

"Apa tidak papa putri? Dia sudah membawa perhiasan putri."

"Itu hanya perhiasan, ayo kita pergi." Celine pun melanjutkan kembali perjalanannya ke istana.

"Senang bertemu dengan kamu Friz." Senyum Celine.

...

Bersambung

THE KING OF VERANCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang