Di kamar Celine
"Apa yang kau tunggu? Cepat turunkan aku." Ucap Celine karena Xaverius masih saja membopongnya.
Xaverius tersenyum misterius sambil sedikit melirik kearah pintu kamar.
"Aku ingin sedikit berlama-lama disini. Hanya berdua bersamamu." Senyumnya.
"A.. Apa??" Terkejut Celine.
"Bajumu kotor, aku bantu gantikan ya? Kakimu kan sakit. Biar aku bantu menggantinya."
"Kau gila ya??"
"Ohh dilemari itu ya baju-bajunya."
"Xaverius! Cepat turunin aku!"
"Kenapa? Aku hanya ingin membantu..."
"Apa yang kau lakukan pada adikku?!" Tiba-tiba Cecilion masuk ke kamar dengan wajah emosi.
Sebelumnya...
"Cecilion daritadi hanya mengikutiku dari belakang. Bahkan sekarang dia sedang menguping dibalik pintu. Lebih baik aku kerjai dia." Pikir Xaverius.
"Xaverius! Awas kau ya! Aku gak akan tinggal diam!" Marah Cecilion di balik pintu.
...
"Ah kau masuk juga akhirnya." Xaverius menurunkan Celine di tempat tidurnya. Lalu beralih menatap Cecilion.
"Jadi kau sengaja?" Kesal Cecilion.
"Yah bagitulah." Ucapnya tanpa beban.
"Aku tidak tahu ternyata kau orangnya semenyebalkan ini." Ungkap Cecilion.
"Haha kau sudah mengetahuinya sekarang. Bagaimana kabarmu selama ini? Aku belum sempat menanyakan itu semenjak awal kita bertemu." Senyum Xaverius.
"Xaverius, entahlah aku juga rasanya menjadi segan terhadapmu. Padahal dulu kita sangat akrab. Maafkan atas sikap ku ini." Cecilion menepuk pundak Xaverius lalu tersenyum padanya.
"Yah aku sudah tau itu, jadi tadi aku berusaha mencairkan suasana lagi. Ternyata berhasil ya. Baguslah. Kedepannya jangan segan lagi terhadapku. Aku masih Xaverius yang kau kenal dulu."
"Baiklah temanku, aku tidak akan segan lagi padamu. Kabarku selama 5 tahun ini baik. Bagaimana dengan mu?"
"Hanya sibuk mengurus menara..."
Dan ya mereka malah asik ngobrol berdua hingga melupakan Celine.
"Aku hanya batu disini jangan anggap aku." Gumam Celine.
Tapi aku senang melihat mereka kembali dekat lagi. Awal bertemu rasanya seperti ada jarak diantara mereka berdua. Syukurlah sekarang jarak itu sudah menghilang.
Kakiku yang terluka rasanya agak kaku dan susah digerakkan. Arrghh aku paling gak suka terluka dilutut karena susah berjalan.
Ohh iya, aku belum sempat tanya Friz tadi. Apa dia baik-baik saja setelah bertarung dengan kakak? Nanti aku tanyakan langsung.
.
.
."Bunga-bunganya sangat indah. Apa aku ambil beberapa untuk putri? Tidak, bagaimana kalau putri salah paham dan menjauhiku?" Friz sedang jalan-jalan di taman bunga milik keluarga Celine.
"Aku harus sadar posisiku." Friz tersenyum simpul.
"Biarkan saja mereka mekar dengan indah dan layu saat waktunya. Aku tidak akan merenggut kehidupan mereka kali ini." Senyumnya sambil memandang bunga-bunga.
.
.
."Yang mulia?"
"Yang mulia?"
"Ah apa kau memanggilku Faul?"
"Ada apa yang mulia? Apa ada hal yang mengganggu pikiran yang mulia? Belakangan ini sepertinya yang mulia sering melamun."
"Bukan masalah besar."
"Hanya saja pikiranku saat ini di penuhi oleh satu bunga yang harumnya selalu saja tercium kemanapun aku pergi." Senyum Raja.
"Sepertinya yang mulia sedang jatuh cinta. Ini pertama kalinya beliau tidak fokus seperti itu. Baguslah, itu kabar baik. Kerajaan ini sebentar lagi akan punya penerus baru." Pikir Faul.
"Faul, kirimkan 1000 bunga mawar merah untuk Putri Celine sekarang juga."
"Yang mulia itu terlalu banyak, saya akan mengumpulkan nya terlebih dulu, lalu akan saya kirimkan langsung kepada putri Celine."
"Baiklah aku beri waktu, tapi jangan terlalu lama."
"Baik yang mulia, saya permisi."
Faul pun keluar dari ruangan kerja Raja.
"Kenapa tiba-tiba yang mulia ingin mengirimkan 1000 bunga mawar?? Ah sudahlah aku hanya perlu mematuhi perintahnya. Justru itu kabar baik. " Gumam Faul.
Setelah itu Faul pun menyuruh tukang kebun istana untuk memetik 1000 bunga mawar merah dari kebun bunga istana.
.
.
.Besoknya di kediaman Celine.
"Friz?" Celine memanggil Friz yang sedang berlatih di tempat berpedang.
"Putri? Ada apa? Kenapa kemari? Bukankah kaki putri sedang sakit?" Khawatir Friz langsung menghampiri Celine.
"Sekarang aku sudah baik-baik saja. Ini hanya luka kecil jadi cepat sembuh."
"Tetap saja seharusnya putri beristirahat."
"Aku sudah banyak beristirahat dari kemarin. Kamu sudah seperti kakak ku saja." Kekehnya.
"Maaf putri."
"Tidak perlu minta maaf. Oh iya bagaimana denganmu, apa kamu baik-baik saja setelah melawan kakak ku kemarin ?"
"Aku baik-baik saja putri. Berkat putri aku punya kesempatan untuk mendaratkan serangan pada tuan Cecilion. Terimakasih."
"Haha benar juga, kau memanfaatkan Kesempatannya dengan baik. Kau hebat bisa menandingi kecepatan kakak ku dalam berpedang. Sejauh ini belum ada yang bisa menandinginya. Ahh aku akan bisa sih hanya perlu berlatih sedikit. Tapi karena belakangan ini aku agak sedikit sibuk jadi belum bisa berlatih lagi. Nanti setelah aku sembuh ajari aku berlatih pedang ya?"
"Pu.. Putri suka berlatih pedang sebelumnya?"
Terkejut."Iya, biasanya aku berlatih dengan kakak. Tapi kakak akhir-akhir ini juga sibuk dengan pekerjaan."
"Begitu ya."
"Aku cepat belajar kok. Jadi aku gak akan terlalu membebanimu."
"Aku tahu itu." Senyumnya.
"Tuan putri.." Dev mendatangi Celine dengan terburu-buru.
"Ada apa Dev?"
"Di depan ada kiriman 1000 bunga mawar dari yang mulia raja untuk tuan putri."
"Apa?!" Terkejut bukan maen.
"Yang mulia raja?" Gumam Friz.
Kenapa raja tiba-tiba mengirim bunga mawar sebanyak itu?? Arrghh mau gila aku rasanya!
...
Bersambung
Terimakasih bagi yang sudah baca dan vote yaa :) Tinggalkan komentar positif supaya author makin rajin up ceritanya hehe
KAMU SEDANG MEMBACA
THE KING OF VERANCE
FantasySeorang gadis bernama Faradilla masuk ke dalam dunia webtoon yang ia baca dan menjadi pemeran antagonis dalam cerita tersebut. Akankah ceritanya tetap sama seperti dulu atau menjadi berbeda saat Faradilla masuk ke dalam cerita tersebut?