5. Faint

869 80 22
                                    

Happy Reading

*.✧*.✧*.✧

James sudah tiba dirumah-nya beberapa saat yang lalu, dengan selamat, aman dan sentosa.

Tentu saja karena Tommy yang mengemudi, hanya menunggu sebentar saja dirumah-nya, lalu Tommy pamit pulang, sebab Jimmy sudah menjemput-nya.

Saat ini James sedang berada didalam kamar-nya, ia ingin pergi mandi, agar rasa pusing dikepala-nya segera menghilang.

“Aku muak sekali mendengar mereka membicara-kan hal yang berkaitan dengan dia..”dumel-nya.

Disela-sela kaki-nya melangkah masuk kedalam kamar mandi, usai melepas-kan seluruh pakaian yang ia kenakan.

Berdiri tegap dibawa shower, hingga air itu mulai membasahi dirinya.

James mendongak-kan kepala-nya keatas, kedua mata-nya terpejam rapat.

Perlahan tapi pasti, entah disadari-nya atau-kah tidak.

James meluruh-kan air mata-nya, bercampur menjadi satu dengan deras-nya air shower.

Kepala-nya yang mendongak kini menunduk dalam.

“Hiks..”

“Selalu saja seperti ini, setiap kali mendengar hal yang berkaitan dengan-nya,”lirih-nya dengan suara getir-nya.

Menepuk dada-nya pelan, James kembali terisak.

“Sakit sekali..”

Jatuh terduduk diatas lantai kamar mandi-nya, James menekuk kedua kaki-nya, menenggelam-kan wajah-nya disana.

Dan kembali menangis dengan isakan yang semakin terdengar pilu.

Beruntung sekali gemercik air shower menyamar-kan isak tangis-nya saat ini.

Jadi James tidak perlu merasa khawatir kalau ada yang mendengar-nya.

“Bajingan sialan! Aku membenci-mu!”

James berteriak marah, umpatan kasar-nya ia seru-kan dengan lantang.

Mata-nya berkilat tajam, seakan ingin menunjuk-kan pada dunia, seberapa besar rasa benci dihati-nya untuk seseorang.

Yang tak lain adalah..








Net Smith.

Mantan kekasih hati-nya.

•••

“James.. Ayo keluar! Mae mau bicara dengan-mu, kau ingat-kan?”seru Clarissa Shaga, ibunda James Shaga tentu-nya.

Mengetuk pelan daun pintu kamar sang anak, dan kembali berseru.

“James.. Mae mau bicara.. Ayo! Buka pintu-nya,”

Tapi sama sekali tidak ada sahutan, namun Clarissa yakin anak-nya itu ada didalam kamar-nya.

Ia sendiri yang melihat sang anak pulang bersama teman-nya.

Lalu beranjak menuju kamar-nya, usai teman-nya pamit pulang karena sudah dijemput.

“Apa James pergi lagi? Tapi kenapa aku tidak lihat?”gumam Clarissa penuh tanya.

Ketukan dipintu semakin ia keras-kan, hingga tangannya menyentuh knop pintu, dan terbuka.

“Eh, tidak terkunci ternyata..”kekeh-nya, dalam hati merutuki kebodohan-nya.

Dirinya lupa, kalau James tidak pernah mengunci pintu-nya, terkecuali jika pemuda itu akan pergi tidur.

Membuka pintu kamar sang anak semakin lebar, Clarissa melangkah masuk.

𝙀𝙓 𝘽𝙪𝙩 𝙈𝙖𝙧𝙧𝙞𝙚𝙙 [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang