16. Destroyed

646 79 27
                                    

Happy Reading

*.✧*.✧*.✧

“James, kau kemana saja semalam? Mae dan Pho mengkhawatirkan-mu yang tidak pulang-pulang, kau—”

“—Maaf Mae.. Bicara-nya nanti saja ya, James keatas, mau istirahat,”sela James dengan lirih-nya.

Ia baru saja melangkah memasukki rumah-nya, Clarissa sang ibu langsung menyerbu-nya dengan banyak pertanyaan.

Kemudiam bergegas berlalu dari sana menuju kamar-nya.

Sebisa mungkin air mata yang membendung dipelupuk mata-nya ia tahan agar tidak tumpah dihadapan sang ibu.

James tidak ingin sang ibu mengetahui apa yang terjadi pada-nya, baik itu sekarang, mau-pun dimasa sebelum-nya.

Ia pulang dengan taksi yang kebetulan melintas didepan-nya, mengingat mobil-nya masih berada dipelantaran skye bar.

Lupakan sejenak perihal mobil, lagi-pula tidak akan hilang, kalau-pun hilang, ia akan meminta Harit untuk mengganti rugi-nya.

Clarissa memandang dalam diam punggung sempit sang anak, yang sudah tiba dilantai kedua, lalu masuk kedalam kamar-nya.

James itu orang yang tidak bisa ia tebak, apa-lagi James jarang sekali bercerita pada orang sekitar-nya.

Ia lebih sering memendam semua-nya sendiri, menanggung-nya sendiri, dan mengatasi-nya sendiri.

Itu-lah sebab-nya Clarissa yang bahkan notabene-nya ibu-nya saja tidak pernah bisa menebak isi hati anak-nya.

Tapi satu hal yang pasti, setiap apa saja yang dirasakan James, Clarissa turut merasakan-nya.

Ikatan seorang ibu dan anak-nya tidak dapat terelakan bukan?

“Semoga kau baik-baik saja James.. Mae dan Pho sangat mengkhawatirkan-mu,”

•••

James menjatuh-kan tubuh ramping-nya diatas tempag tidur-nya.

Air mata yang sedari tadi ia tahan kembali membanjiri pipi putih-nya.

Isakan lirih-nya kembali terlolos-kan dari celah bilah bibir plum-nya.

Kurang ajar sekali bukan?

Walau-pun isakan itu terendam, jadi hanya terdengar samar, dikarenakan ia membenam-kan wajah-nya pada tempat tidur-nya.

Posisi tengkurap adalah pilihan yang tepat untuk-nya menumpah-kan isak tangis-nya.

“Hiks.. Hiks.. A-aku sama sekali tidak pernah menduga jika saat semua-nya terungkap jelas, justru semakin menyakiti hati-ku..”lirih-nya pelan.

Tubuh-nya bergetar kecil.

“Sialan! Aku membenci-nya.. T-tapi..”













“Sulit sekali untuk melupakan-nya, seberapa keras usaha-ku untuk melupakan-nya, meski-pun rasa benci-ku juga sama besar-nya, melupakan semua yang terlewati, sampai akhir-nya sedikit fakta itu menghancurkan semua-nya,”

James merubah posisi tengkurap-nya menjadi terduduk tegap ditepi tempat tidur-nya.

Tangan-nya bergerak merongoh ponsel-nya didalam saku.

Ada banyak sekali notifikasi panggilan mau-pun pesan yang masuk kedalam ponsel-nya.

Dari kedua orang tua-nya, teman-temannya, juga Namping.

Tanpa ada niatan untuk membalas-nya, James justru melempar-kan ponsel-nya kesembarang arah.

Lalu kembali berbaring, dengan menutup kedua mata-nya.

Ia lelah..














Pada semua yang terjadi.

•••

“James..”lirih Net dengan suara parau-nya.

Keadaan-nya sama kacau-nya dengan James.

Masih pada posisi-nya, Net menatap lurus pada lantai dingin yang ia dudukki.

Air mata-nya telah mengering dipipi tirus-nya.

Bibir-nya terlihat getir, setiap kali menyerukan nama James, pemuda cantik yang hati-nya telah ia sakiti.

Hati-nya ikut merasakan sakit, melihat raut wajah James sebelum-nya.

Rasa sesak itu begitu terasa dalam dada-nya.

Namun sedikit-nya Net merasa lega, karena akhir-nya bisa mengungkap-kan semua-nya pada James.

Setidak-nya ia tidak terus-menerus memendam-nya.

Meski rasa benci James pada-nya semakin bertambah.

Dari hari kehari.

Bahkan sampai seterus-nya mungkin akan tetap seperti itu.

“Maaf-kan aku.. Aku tahu, sibrengsek ini memang tidak pantas untuk mendapat-kan kata maaf dari-mu, tapi sampai kapan-pun aku akan terus mengucap-kan kata maaf itu didalam hati-ku, karena tidak mungkin untuk-mu masih ingin melihat-ku, disaat kau-pun selalu tidak ingin melihat-ku, ada disekitar-mu,”

“Maaf-kan aku, yang dengan lancang-nya masih menyayangi-mu hingga detik ini, aku berharap.. Suatu saat nanti, kebahagiaan itu kau dapat-kan, meski bukan karena-ku,”lirih Net, kepala-nya tertunduk dalam.

Air mata-nya kembali mengalir diwajah-nya.

Hanya James-lah yang mampu membuat-nya menangis.

Hanya James-lah air mata-nya akan keluar dengan tanpa ragu-nya.

Dan hanya karena James-lah..

Ia bisa mengatakan maaf pada seseorang.

•••

“Hm, kenapa Rit?”seru James dengan suara serak-nya.

Ia baru saja terbangun dari tidur-nya.

Itu juga dikarena-kan dering ponsel-nya yang begitu nyaring.

“Mobil-mu, kau tidak ada niatan untuk mengambil-nya?”

“Ada, tapi nanti saja, aku sedang malas pergi keluar,”

Mata-nya kembali terpejam, ia masih mengantuk.

“Semalam kau kemana James? Bibi Clarissa dan Paman Alteria sibuk mencari-mu, mereka mengkhawatirkan-mu.. Namping bilang, kau dibawa—”

“Harit, aku tutup telepon-nya, aku masih mengantuk, sampai nanti,”sela James cepat.

Kemudian mematikan sambungan telepon itu.

Ponsel-nya ia lempar kesembarang arah.

Ia ingin mengabai-kan sejenak semua yang terjadi disekitar-nya.

Menata kembali hati-nya yang dibuat sakit akan semua fakta yang ia terima.

“Aku lelah.. Bisa-kah aku melupakan-nya sejenak? Kali ini saja..”lirih-nya, sebelum untuk kemudian air mata-nya menetes disudut mata-nya.

James kembali memasukki alam mimpi-nya, bersama tangis air mata-nya semakin meluruh membasahi kedua pipi-nya yang putih.

Sekira-nya..

Sudah berapa banyak air mata yang ia keluar-kan hari ini?

Mata-nya bahkan membengkak sekarang.

Katakan-lah diri-nya lemah jika menyangkut soal hati.

Siapa yang mau berpura-pura kuat seperti-nya saat dilihat dari luar?

Padahal didalam-nya luar biasa hancur, bagai-kan kepingan kaca.

























To be continue.

maaf baru update guys.

𝙀𝙓 𝘽𝙪𝙩 𝙈𝙖𝙧𝙧𝙞𝙚𝙙 [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang