Penyesalan Andi

169 23 2
                                    

Andi menghembuskan napasnya setelah sampai di depan toko bunga Ita. Ia merasa gugup sendiri padahal dirinya masih berada di dalam mobil dan belum bertemu dengan mantan istrinya itu.

"Jangan gugup, Di! Lo bukan anak SMA lagi!" Ucap Andi.

Setelah mengatakan itu, Andi terdiam. Ia melihat Ita keluar dari dalam toko nya dan melihat-lihat bunga yang ada di sisi pintu toko itu. Tak menunggu lama, Andi bergegas turun dari dalam mobil. Ia segera menghampiri mantan istrinya itu dan berdiri di belakang tubuhnya.

"Maaf, toko kami sudah tu-"

Ita tak melanjutkan perkataannya saat ia membalikkan tubuhnya. Gunting yang ia pegang langsung terjatuh begitu melihat siapa orang yang datang ke toko nya selarut ini.

"Ita.." Panggil Andi.

"Toko saya udah tutup. Silahkan pergi jika tidak ada kepentingan lain." Ucap Ita.

"Aku mau ngomong sama kamu."

"Maaf, saya sibuk."

"Kasih aku waktu sepuluh menit. Aku pengen kita meluruskan masalah-"

"Itu udah masa lalu, dan saya udah tidak mau mendengar apapun lagi."

"Aku mohon sama kamu. Tolong kasih aku kesempatan sekali lagi, Ita. Kasih aku kesempatan untuk memperbaiki semuanya dari awal."

Ita menghela napasnya mendengar perkataan Andi. Ia mengambil gunting nya yang terjatuh dan tidak mau menjawab sepatah katapun permintaan mantan suaminya itu.

"Aku mohon Ita. Aku benar-benar minta maaf sama kamu dan juga Elvano. Aku gak tau kalo waktu itu kamu lagi mengandung. Kalo aku tau, aku gak akan nikahin Sari waktu itu." Sambung Andi.

Mendengar itu, Ita hanya tersenyum. Ia menggelengkan kepalanya karena perkataan Andi bagaikan lelucon yang membuat hidupnya hancur bersama Elvano sewaktu ia masih mengandung anak itu.

"Bahkan anda semudah itu ingin menceraikan saya ketika madu anda hamil anak keinginan ibu Santi." Jawab Andi.

Andi langsung terdiam begitu mendengar perkataan telak Ita. Ia menatap nanar wanita itu dengan perasaan campur aduk dan penuh kerinduan.

"Aku terpaksa Ita! Aku gak punya pilihan lain-"

"Anda memang anak yang berbakti kepada ibu mu. Bahkan anda tega membuang saya seperti sampah yang sudah habis masa berlakunya." Potong Ita.

"Ita, aku-"

"Ma."

Perkataan Andi terpotong saat tiba-tiba Elvano datang dan memanggil Ita. Anak laki-laki itu berjalan mendekati mereka dengan pandangan dingin dan rahang mengeras menahan emosi.

"Mama ngapain? Kenapa belum pulang? El nyariin Mama kemana-mana loh." Ucap Elvano.

"Mama baru selesai ngerjain pesanan pelanggan. Ini baru mau pulang." Jawab Ita.

"Itu gunting masih di tangan Mama."

"Mama mau beresin bunga-bunga ini dulu, Nak."

"Gak usah. Biarin aja bunga itu di luar. Yuk, kita pulang."

"Mama-"

"Mama duluan aja ke mobil. Biar El yang ambil tas Mama dan tutup toko nya."

Setelah mengatakan itu, Ita menganggukkan kepalanya. Ia berjalan pergi ke mobil Elvano tanpa melihat Andi sedikitpun. Namun berbeda dengan Andi, ia menatap Elvano dengan pandangan yang berbeda dan sedih saat melihat Ita pergi meninggalkan nya.

"Nak-"

"Saya bukan anak anda." Potong Elvano dingin.

Mendengar itu, jantung Andi serasa berhenti berdetak. Ia merasa hidupnya tidak berarti saat anak kandungnya sendiri tidak mau mengakuinya sebagai seorang ayah.

Secret AdmirerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang