Gue harus apa?

248 52 8
                                    

Sejak dirinya merasa dibohongi, Mila tidak lagi berdekatan dengan Xander. Ia menjadi menjaga jarak dengan laki-laki itu meskipun apa yang ia lakukan sia-sia. Nyatanya, Xander selalu punya banyak cara agar bisa menghapus jarak yang sudah ia bentangkan.

"Mil, lo ngapain?" Tanya Eleina.

"Lupa pake dasi." Jawab Mila.

"Lah? Trus lo ngapain masih santuy didalam kelas?"

"Gue gak mau ikut upacara."

"Beli sana di koperasi."

"Males."

Eleina berdecak mendengar perkataan Mila. Ia berdiri dari duduknya dan menatap temannya itu.

"Yuk, kita baris di barisan anak-anak pilihan." Ucap Eleina.

"Lah? Lo ngapain mau baris disana? Lo kan pake topi sama dasi?" Tanya Mila bingung.

"Gue gak mau lo baris disana sendirian."

"Gak usah. Biar gue aja yang baris disana sendirian."

"Tapi, Mil-"

"Udah, sana. Bentar lagi gue nyusul."

Setelah mengatakan itu, Mila mengembuskan nafasnya. Ia bangkit dari duduknya dan berjalan melewati Eleina yang kini menggelengkan kepalanya.

"Xander emang meresahkan banyak masyarakat!" Gumam Eleina benar-benar kesal.

Tak mau berlama-lama, Eleina berjalan menyusul Mila yang sudah berada didekat lapangan upacara. Ia masuk kedalam barisan kelas mereka dan cemberut karena temannya itu kini sudah berdiri dibarisan paling depan diantara murid-murid yang melanggar peraturan sekolah.

"El, Mila di barisan anak-anak pilihan." Ucap Jemi menunjuk Mila.

"Kenapa dia disana?" Tanya Vincent.

"Dasi." Jawab Elvano.

Vincent dan Jemi manggut-manggut mendengar perkataan Evano. Mereka berdua memperhatikan laki-laki itu yang kini melepaskan dasinya.

"Lo ngapain?" Tanya Jemi.

"Lindungin cewek gue." Jawab Elvano.

"Cih! Cewek! Ngaku aja gak berani lo!" Ejek Vincent.

Tak memperdulikan perkataan Vincent, Elvano menyimpan dasinya yang sudah ia lepas kedalam saku celananya. Ia menyugar rambutnya kebelakang dan berjalan dengan santai ke barisan anak-anak pilihan.

Sedangkan Mila, ia sudah merenggut karena kepanasan. Memang, cuaca pagi ini begitu cerah dan membuatnya gerah karena langsung berdiri menghadap cahaya matahari yang menyoroti dirinya.

Namun, ia merasa ada yang aneh saat merasakan cahaya matahari tidak lagi mengenai dirinya. Mila mengangkat kepalanya yang sempat ia tundukkan untuk melihat apa yang terjadi.

Begitu Mila mengangkat kepalanya, ia terkejut karena melihat tubuh tinggi dan tegap Elvano yang berdiri menjulang didepannya. Ia menelan salivanya sendiri dengan susah payah karena posisi Elvano yang berdiri didepannya menghalangi sinar matahari yang sempat membuatnya kepanasan.

"Mampus gue!" Batin Mila berteriak.

Sementara Elvano, ia tersenyum tipis karena akhirnya bisa berdiri berdekatan dengan Mila. Ia sengaja berdiri didepan gadis itu untuk menghalangi sinar matahari yang membuat gadis itu kepanasan.

"Jangankan sinar matahari, hujan badai bakal gue lawan kalo itu buat lo gak nyaman, Mil." Batin Elvano.

***

Mila berjalan ke perpustakaan untuk menghabiskan jam kosong karena rapat guru. Ia berulang kali menghembuskan nafasnya karena merasa sesak melihat Erika duduk didalam kelasnya untuk bertemu dengan Xander.

Memilih kursi yang paling ujung, Mila duduk disana dan memangku wajahnya dengan sebelah tangan. Ia melihat kearah luar jendela sambil kembali mengingat kenangan-kenangannya bersama Xander yang kini sudah tidak lagi seperti dulu.

"Selama ini, lo anggap gue apa?" Gumam Mila sedih.

Mila menangis seorang diri didalam perpustakaan. Ia tidak bisa lagi menahan rasa sakit dan kesedihannya yang sudah tak terbendung lagi sejak Erika masuk kedalam kelas mereka.

"Gue tau, gue gak cantik dan semenarik Erika.."

Tanpa Mila sadari, perkataannya membuat sekujur tubuh Elvano terdiam. Ia tidak jadi menghampiri gadis itu dan memilih diam mematung ditempatnya sambil mengepalkan kedua tangannya.

"Gue harus apa untuk ngambil hati lo, Mil?" Batin Elvano miris.

Menyandarkan tubuhnya di rak buku, Elvano terus diam dan mendengarkan apa yang dikatakan Mila. Ia memejamkan matanya untuk menahan gejolak emosi yang sudah siap meledak kapan saja jika bertemu dengan Xander.

"Erika!" Desis Elvano.

Membuka kedua matanya, Elvano menatap tajam pandangan yang ada didepannya. Ia kembali melihat Mila yang kini tertidur dengan kepala yang ia letakkan diatas meja. Melihat itu, Elvano tersenyum. Dengan langkah pelan, dirinya menghampiri gadis itu dan duduk di kursi yang ada disebelahnya.

"Cengeng." Ucap Elvano.

Setelah mengatakan itu, ia terkekeh sendiri. Elvano juga ikut meletakkan kepalanya diatas meja dan terus memperhatikan wajah Mila yang tertidur pulas karena kelelahan menangis.

"Gue harus apa, Mil?" Tanya Elvano.

Elvano mengangkat tangan kanannya dan merapikan anak rambut Mila yang menutupi wajahnya. Lalu, ia mengusap pipi gadis itu yang tidak terusik sedikitpun dengan perlakuannya.

"Lo tau? Gue pengen banget bisa sedekat ini terus sama lo. Gue pengen banget, jadi laki-laki yang selalu bisa lo andalkan." Sambung Elvano.

Mengambil ponselnya didalam saku celana, Elvano membuka aplikasi kamera. Ia tersenyum didepan layar ponselnya untuk mengambil foto dirinya berdua bersama Mila.

"Mil, hampir semua foto yang ada di galery foto gue isinya foto kita." Kekeh Elvano.

Setelah mengatakan itu, Elvano mendekati wajah Mila. Ia tersenyum karena akhirnya bisa berdekatan langsung dengan gadis itu tanpa harus menjadi pengagum rahasia yang selama ini dipanggil Mr. S oleh Mila.

"Kalo gue jujur dan nunjukin diri, apa lo bakalan terima gue? Lo gak bakalan benci dan jauhin gue kan?" Tanya Elvano dengan lembut.

Elvano kembali mengusap pipi Mila. Ia terus menatap lekat wajah gadis itu yang selalu cantik dimatanya.

"Bilang sama gue, Mil. Gue harus apa? Gue harus gimana? Apa yang harus gue lakuin?"

Menghela nafasnya, Elvano tersenyum miris meratapi dirinya. Ia merasa tidak percaya diri untuk mengambil hati Mila yang selalu takut jika melihatnya.

"Gue pengecut banget ya, Mil."

Setelah mengatakan itu, Elvano mengangkat kepalanya. Ia duduk tegap dikursinya dan matanya tak lepas dari wajah cantik Mila.

"Suatu hari nanti, gue akan tunjukin diri gue ke lo, Mil. Dan kalo hari itu terjadi, tolong.. jangan jauhin gue."

Elvano tersenyum setelahnya, ia mengusap kepala Mila dengan sayang karena rasa cintanya yang begitu besar kepada gadis itu. Lalu, ia mencium keningnya sebelum beranjak pergi dari perpustakaan dan menunggu di depan pintu untuk menjaga Mila agar tak ada seorangpun yang masuk dan mengusik tidurnya.

28 November 2022

Gak banyak omong, cuma mau bilang jangan lupa follow Instagram emak ya: rtan_04 🤗


Secret AdmirerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang