Mau gak mau Taro harus ngebawa dua temannya ke rumahnya masing masing walau susah.
"Eh lo tou gak? Gue mau dijodohin sama Aland". Ucap Vano disela sela jalan. Walau omongannya tidak jelas tapi David dan Taro masih bisa mendengarnya.
Mendengar itu David tertawa terbahak bahak.
"Mampus lo huaahahaaa".
Taro hanya diam sambil berusaha mebawa dua temanya ke taxi yang tadi ia sudah pesan.
••
Sementara dirumah Vano.
Ada yang membuka pintu rumah. Ya itu adalah Erlin beserta Zayn.
Erlin sedikit panik ketika tidak melihat Vano. Yang Erlin lihat hanya Aland yang memainkan laptop nya.
"Aland, Vano kemana?". Tanya Erlin lembut sambil berjalan ke arah Aland.
Aland melihat perempuan itu.
"Gak tau". Jawab singkat Aland setelah itu pandangannya kembali kearah laptop.
"Kamu ini buakan nya jagain calon istrinya". Bentak Zayn.
Aland hanya terdiam.
Dengan panik Erlin menaiki tangga menuju kamar Vano.
Erlin semakin panik ketika anak satu satunya tidak ada di kamar.
"Gimana ada?". Tanya Zayn yang tadi juga ikut keatas.
Erlin menatap Zayn. Ia menggelengkan kepalanya.
"Astaga kemana anak itu?".
"Sepertinya dia keluar. Memang sudah biasa. Tapi itu terlalu sering. Aku merasa khawatir".
"Tenang saja. Anak ku akan menjaganya nanti".
"Baik lah".
Mereka berdua turun ke lantai 1.
Ternyata disana sudah ada Vano yang tertidur lelap diatas sofa. Melihat itu Erlin langsung menuju kearah sofa yang ditiduri Vano.
"Vano kamu dari mana?". Tanya Erlin. Vano tidak menjawab. Lagian orang lagi tidur malah ditanya :|
Karna tidak ada respon. Erlin melihat ke arah Aland yang sedang melihat ke Vano.
"Kenapa dia Land?".
"Dia mabuk. Tadi temenya nganterin". Jawab Aland.
"Ih emang anak bandel kamu". Ucap Erlin ke Vano sambil bersedekap dada.
"Udah lah gapapa. Nanti dia juga insaf". Ujar Zayn yang mendekat ke 3 orang disana.
"Yaudah, ini kalian mau nginep apa pulang? Kalo mau nginep bisa tidur dikamar tamu".
"Pulang aja Lin. Besok acaranya jam 12 kok. Jadi masih bisa lah". Jawab Zayn.
"Oh gitu. Yaudah hati hati ya".
Zayn tersenyum lalu mereka berdua pergi pulang.
••
Se perginya Zayn dan Aland.
"Vanoo, kamu ini bener bener. Semoga Aland bisa ubah sikap kamu". Ucap Erlin sambil mengelus rambut anaknya.
••
Keesokan harinya.
Vano terbangun. Ia melihat jam di handphone nya. Vano sangat terkejut karna sekarang sudah pukul 06:49. Ia sudah hampir terlambat pergi kesekolah.
Vano langsung lari. Tapi saat ingin menaiki tangga ia dikejutkan dengan kemunculan Erlin yang mencegah Vano.
"Maaf mah Vano telat". Ucap Vano sambil menundukan kepala nya.
"Telat ngapain?". Tanya santai Erlin sambil meneguk teh dicangkir yang ia bawa.
Vano menaikan kepalanya. "Sekolah lah".
Erlin tertawa kecil. Sedangkan Vano hanya kebingungan. Entah apa yang terjadi.
"Kamu lupa? Kan hari ini kamu nikah". Jawab lembut Erlin. Vano mencoba mengingat kejadian kemarin. Matanya membulat. Ia baru ingat kalo hari ini dia bakal dijodohkan.
Vano langsung memegang satu tangan Erlin dengan kedua tanganya.
"Mahh Vano gak mauuu". Ucap Vano sambil menurunkan bibirnya.
"Gak usah ya?". Bujuk Vano sambil memasang wajah gemas.
"Gak".
"Ihh mamahh".
"Mamah dan Zayn udah janji sama almarhum ayah kamu dan almarhum mamahnya Aland, kalo anak kita berdua nanti bakal dijodohkan walau memiliki gender yang sama". Jelas Erlin. Vano hanya terdiam dengan bibir yang manyun.
"Almarhum papah?". Vano jadi kangen sama papahnya yang udah meninggal.
Erlin menatap Vano. Namun Vano malah menundukan kepalanya.
"Udah gapapa. Mamah ngerti gimana rasanya ditinggal papah selamanya. Sakit banget kan?Kamu pengen buat papah kamu bahagia di atas sana kan?".
Vano menaikan kepalanya dan menatap Erlin sandu. Matanya mulai mengeluarkan air.
"Iya Vano mau buat papah bahagiaa". Jawab Vano yang menahan isakanya.
"Kalo gitu turutin ya apa yang papah kamu mau". Ujar Erlin lalu memeluk putra nya.
Vano mengangguk lalu melepas pelukan hangat itu.
Erlin tersenyum lembut. Matanya juga berkaca kaca. Kenangan bersama suaminya tak pernah ia lupakan. Dan kenangan itu tidak bisa diulang. Mungkin hanya mimpi yang bisa mempertemukan nya kembali.
"Yaudah sana mandi. Nanti jam 10 kita udah jalan ke gedung nya. Buat bajunya, pake kaos aja. Nanti sampai disana diganti".
Vano tak membantah nya karna ia tau ini adalah jalan terbaik agar papah nya diatas sana bahagia.
••
Selesai Vano mandi.
Vano sudah mengenakan kaos hitam dan celana jeans.
Karna masih ada waktu, Vano memutuskan buat main handphone.
Tak terasa waktu sudah menunjukan pukul 09:55.
"Vano udah siap?". Ucap Erlin dari balik pintu kamar.
"Iya mah bentar". Vano keluar. Mereka berdua pun berangkat ke tempat pernikahan nya.
••
Saat di perjalannya.
"Pulang acara nanti kamu langsung pergi ke bandara bareng Aland ya". Ucap Erlin disela selanyaia menyetir mobil.
Vano melihat kearah Erlin.
"Kemana?".
"Ke Surabaya". Jawab Erlin sambil mengelus rambut anaknya.
"Kok jauh banget? Gak sekolah dong".
"Gapapa". Vano hanya mengangguk.
••
Sampai.
Erlin menggandeng tangan anaknya menuju ruang belakang.
"Akhirnya dateng juga pengantinnya". Ucap Ayu. Ia adalah perias pengantin.
"Aduh maaf agak telat. Tadi dijalan macet banget". Ujar Erlin.
"Oh santai aja. Yaudah Vano sini". Ayu menggandeng tangan Vano menuju ruang ganti.
"Nih kamu pake ini". Ayu menyodongkan business suit bewarna putih.
Vano menerimanya dan masuk ke ruang ganti sementara Ayu menungu nya diluar.
Tak lama kemudian Vano keluar menggunakan baju yang Ayu kasih.
Ayu terpesona dengan kecantikan dan keimutan Vano saat memakai baju itu.
Alooo gesss
Bagus kah?
Cerita ini gak banyak konflik yyyyyy
KAMU SEDANG MEMBACA
Perjodohan BRENGSEK [BL] ✔️
Teen FictionBagaimana kalau lelaki yang 𝘣𝘳𝘦𝘯𝘨𝘴𝘦𝘬 dijodohkan dengan lelaki 12 pintu? Dosa ditanggung pembaca!! 𝐖𝐀𝐑𝐍𝐈𝐍𝐆 ⚠ •𝐍𝐎𝐍 𝐁𝐀𝐊𝐔 •𝐁𝐀𝐍𝐘𝐀𝐊 𝐊𝐀𝐓𝐀 𝐊𝐀𝐒𝐀𝐑 •𝐓𝐘𝐏𝐎 𝐁𝐄𝐑𝐒𝐄𝐑𝐀𝐊𝐀𝐍 •𝐃𝐀𝐋𝐀𝐌 𝐓𝐀𝐇𝐀𝐏 𝐑𝐄𝐕𝐈𝐒𝐈