Ber menit menit Vano menunggu dengan ditemani handphone. Erlin dan Zayn akhirnya datang juga.
"Tuan Vano, nyonya Erlin dan tuan Zayn sudah berada di depan menunggu anda". Vano hanya mengangguk lalu berjalan ke depan rumah nya menemui Erlin dan Zayn.
"Loh kamu kenapa Van? Kok pucet Banget?". Tanya Zayn yang khawatir.
"Cuma kecapean aja". Jawab Vano sambil tersenyum kikuk
"Jaga kesehatan nya dong sayang, jangan sampai sakit". Seru Erlin sambil memegang pundak Vano dan Vano hanya mengangguk.
••
Dirumah sakit.
"Sementara kamu tidur sini dulu ya, besok dipindahin sama suster". Ucap Erlin yang hanya diangguki Vano.
Tringgg
Tiba tiba ada yang menelfon Zayn. Dengan cepat Zayn mengambil handphone disaku dan mengangkat nya.
"Tu-tuan, kabar b-buruk tuan, A-aland. Aland tak sadarkan diri dipedalaman h-hutan". Ucap suruhan Zayn untuk mencari Aland dengan gelagapan nya.
"Apa!! Bawa dia ke RS Larasati!!".
"Baik tuan". Telfon itu pun dimatikan. Zayn sangat takut putra nya kenapa napa.
"Kenapa Zayn? Kok muka nya gitu?". Tanya Erlin.
"A-aland, Aland pingsan dipedalaman hutan". Jawab Zayn. Mendengar itu Vano kaget dan kepala nya lagi lagi pusing.
"Shhtt". Vano memegang kepalanya. Melihat itu, Erlin dan Zayn khawatir.
"Kenapa Van?".
"Gakpapa kok". Jawab Vano dengan senyum palsu nya.
"Kamu tidur aja Van, besok kan kamu lahiran, jangan sampe kurang tidur. Jangan terlalu mikirin Aland. Aland itu orangnya kuat. Jadi dia gak mungkin ninggalin kamu". Ucap Zayn. Vano hanya mengangguk. Erlin pun mengelus rambut anaknya dan mereka berdua pergi dari kamar itu. Seperginya Erlin dan Zayn, tangis Vano sudah tak bisa ditahan. Ia menangis walau tak ada suaranya.
Beberapa jam kemudian Vano pun tertidur lelap. Namun disaat itu juga Aland dibawa ke rs yang sama. Kondisi Aland sangat buruk. Oleh karna itu banyak alat yang terpasang. Namun Zayn tidak menagis seperti Erlin. Ia hanya khawatir.
"Tunggu disini ya". Ucap dokter tersebut lalu menutup pintu ruangan. Zayn dan Erlin pun hanya pasrah dan memilih duduk di kursi samping pintu ruangan.
Mereka berdua sudah berkali kali berdoa agar Aland tetap selamat.
Ceklek
Mendengar itu, Erlin dan Zayn langsung menghampiri dokter dan suster yang baru keluar dari ruangan.
"Gimana dok?". Tanya Erlin.
"Pasien mengalami luka pada bagian kepala, dada, dan wajah yang cukup parah". Jelas dokter itu. Sontak Erlin dan Zayn pun mengeluarkan nafas lega. Untungnya Aland gak mati.
"Makasih dok". Dokter itu pun pergi tidak lupa memberi senyum hangat.
••
Keesokan harinya.
Vano membuka mata karna cahaya yang menusuk matanya. Ia melakukan peregangan dan mengelus lembut perutnya.
"Nanti dedek jangan susah ya keluarnya". Ucap Vano sambil tersenyum. Tak lama dari itu suster pun datang keruangan Vano dan memindahkan Vano ke ruang khusus.
Proses lahiran pun segera dimulai. Jantung Vano berdebar cepat. Ia takut kalau anak nya tak berhasil lahir didunia.
"Adek nya santau aja ya". Ucap dokter itu sambil menyuntikkan suntikan bius. Jujur, Vano bener bener takut. Rasanya kayak mau mati. Mungkin Aland sudah meninggal. Tapi Vano bodoamat. Sekarang, ia lebih mementingkan anak nya yang ingin hidup.
••
Aland membuka matanya dan langsung merasakan nyeri disekujur tubuhnya. Tulangnya serasa hancur semua. Namun namanya Aland, ia kuat. Ia berjalan keluar dan tiba tiba bertemu dengan suster yang baru masuk keruangan nya.
"Loh, Kak Aland sudah sadar? Kamu mau kemana kak? Harusnya kakak jangan-". Omongan suster itu terpotong saat Aland pergi.
"Loh kamu udah sadar?". Tanya Zayn yang baru saja sampai di RS tersebut bersama Erlin.
"Kalo belum sadar pasti Aland gak ada disini".
"Ck papah lagi gak bercanda Land, mending sekarang kamu keruang Vano, dia lagi bertaruh nyawa". Aland langsung membulatkan matanya.
"Diruangan mana pah?". Tanya Aland dengan wajah khawatir nya.
"Ikut papah sama tente". Mereka ber3 pun berjalan cepat keruangan Vano.
••
"Akhh". Doter itu berusaha sekuat tenaga sampai akhrinya bayi nya keluar.
Bayi itu menangis keras namun ada suster yang menenangkan nya. Suster itu membawa bayi Vano keruangan khusus lalu menidurkan nya. Suster itu pun keluar ruangan bersama dokter dan langsung dihampiri Erlin, Zayn, dan Aland.
"Gimana dok?". Tanya Aland. Dokter itu pun menghela nafasnya.
"Kandungan Vano selamat. Namun saya tidak begitu yakin dengan Vano sendiri". Balas dokter tersebut.
"Loh anak saya?!". Erlin memegang kedua tangan dokter itu sambil menangis.
"A-anak saya kenapa?". Tanya Erlin yang sudah tak bisa menahan air matanya.
"Anak ibu mengeluarkan banyak cairan saat selesai melahirkan. Mungkin ini normal untuk sebagian ibu ibu sesar lain nya. Namun dalam medis, cairan keluar saat melahirkan bagi lelaki diangap tak normal dan dapat menyebabkan kematian". Mendengar itu Erlin pun terjatuh lemas. Ia menangis tak karuan begitupun Aland.
"Sebaiknya ibu tenang dan mendoakan terbaik untuk anak ibu". Dokter itu mengelus punggung Erlin lalu pergi dari situ diikuti suster.
••
Aland duduk di kursi samping tempat tidur Vano. Sudah seharian Aland hanya memandangi wajah Vano yang cantik. Ia sudah diperingati Erlin dan Zayn namun Aland tetap kekeh.
"Van bangun, lo gak mau ngeliat bayi nya? Gue aja mau. Oh ya Van, lo tau gak? Kemarin Arkan sama Arga nikah tau. Tapi gue gak dateng karna nemenin lo. Nanti kalo lo udah bangun, kita kasih selamat ya? Terus doain mereka biar cepat punya anak. Kasian tau bayi kita gak punya temen". Gumam Aland dengan tetesan air mata nya namun masih bisa tersenyum. Aland mengelus tangan Vano yang lemas tak berdaya. Ia mengecup punggung tangan Vano dengan rasa penuh cinta dan kasih sayang. Ia sangat berharap Vano bangun dan bisa bermain dengan bayi nya.
Ia mengenang kenangan indah bersamanya Vano. Teringat saat Vano ngidam ketoprak pedes tapi akhrinya Aland yang makan. Teringat saat Vano minta dibelikan case ponsel hanya karna dirinya disuruh masak. Dah lah, Aland udah pasrah sama keadaan.
Alooo gesss....
Bimbang mau sad or happy end 😭
KAMU SEDANG MEMBACA
Perjodohan BRENGSEK [BL] ✔️
Teen FictionBagaimana kalau lelaki yang 𝘣𝘳𝘦𝘯𝘨𝘴𝘦𝘬 dijodohkan dengan lelaki 12 pintu? Dosa ditanggung pembaca!! 𝐖𝐀𝐑𝐍𝐈𝐍𝐆 ⚠ •𝐍𝐎𝐍 𝐁𝐀𝐊𝐔 •𝐁𝐀𝐍𝐘𝐀𝐊 𝐊𝐀𝐓𝐀 𝐊𝐀𝐒𝐀𝐑 •𝐓𝐘𝐏𝐎 𝐁𝐄𝐑𝐒𝐄𝐑𝐀𝐊𝐀𝐍 •𝐃𝐀𝐋𝐀𝐌 𝐓𝐀𝐇𝐀𝐏 𝐑𝐄𝐕𝐈𝐒𝐈