30

29.6K 1.4K 55
                                    

Waktu demi waktu berlalu. Tak terasa, kandungan Vano menginjak 9 bulan. Perut Vano sudah terlihat membesar. Ia juga sudah berhenti sekolah.

Kini Vano takut saat diperiksa oleh dokter. Vano menggenggam kuat tangan Aland saat perut nya diperiksa oleh alat.

"Mungkin 2 hari lagi". Ucap dokter itu. Vano melongo kaget. Dia belum siap akan hal itu.

"Aland, takut". Vano menatap Aland dengan tatapan khawatir. Namun bagi Aland itu menggemaskan.

"Tenang, kamu bakal baik baik aja, oke?". Aland mengelus pipi putih Vano. Vano hanya mengangguk  pelan.

Mereka berdua berjalan keluar. Vano sebenernya malu kalau harus berjalan keluar karna perut nya itu.

"Kenapa ditutupin perut nya?". Tanya Aland yang melihat Vano terus berusaha menutupi perut nya sambil celingak celinguk.

"Hehe, malu". Jawab Vano sambil cengengesan.

"Ngapain malu sih, harus nya lo bangga dong". Aland mengelus rambut Vano sambil tersenyum.

"Apa yang bisa dibanggain coba". Aland menghembuskan nafas nya lalu menyamakan tingginya dengan Vano.

"Gak semua orang kuat Van nahan dedek bayi diperut nya". Aland menatap Vano dengan tatapan sayu. Vano yang mengerti pun hanya mengangguk dan melanjutkan jalan nya. Namun perut nya tidak ditutupi, tapi kalo ada orang yang melihat baru Vano tutupi.

Sampai akhirnya mereka berdua sampai didalam mobil. Jujur aja, Vano capek banget. Sampai mobil ia ngos-ngosan kayak abis lari. Aland yang mengerti pun memberikan minum padanya dan dengan cepat diminum sampai setengah oleh Vano.

Aland mulai melajukan mobil nya sampai tiba di mansion yang sangat besar milik nya.

Aland membantu Vano untuk berjalan sampai akhir nya sampai disofa ruang tamu.

"Van, gue keluar dulu ya". Izin Aland.

"Lah mau kemana?".

"Ada urusan bentar". Vano pun mengangguk. Aland menyamakan tingginya dengan perut Vano.

"Pas lahir nanti, jadi anak yang pemberani ya, kalo pas kamu lahir daddy gak ada, maafin ya. Jagain tuh buna kamu". Ucap Aland yang mengarah ke perut Vano yang lumayan besar lalu ia mengecup nya sebentar.

"Maksud lo apa?".

"Maksud? Maksud apa?".

"Kata lo kalo daddy gak ada maafin ya. Emang lo mau kemana?".

"Eee itu cuma asal ceplos aja kok, jangan dibawa serius". Ucap Aland yang mulai berdiri.

"Dah ya gue pergi". Lanjut nya. Vano melihat kepergian Aland dan mengangkat bahu acuh.

••

"Sekarang". Ucap Aland dengan Niky. Mereka mulai menjalan kan motornya. Mereka melewati pohon pohon yang besar. Ralat mereka sedang dihutan.

Bermenit menit mereka melewati hutan. Akhrinya mereka sampai disebuah tempat kosong. Seperti sudah ditinggalkan. Mereka mulai masukin tempat itu. Ternyata disana ada beberapa orang.

"Akhirnya lo dateng juga". Ucap seorang lelaki yang mulai membuka topi nya.

"Gausah banyak basa basi, gue mau langsung mulai". Sedetik kemudian mereka semua saling menghajar.

Aland terpukul berkali kali namun ia masih bisa mengendalikan diri nya. Sampai satu pukulan menampar dada nya. Aland pingsan tak sadarkan diri. Begitupun Niky.

Gang yang melawan Aland pun pergi dari sana meninggalkan Aland dan Niky yang sudah tak berdaya.

"Biarin aja dia mati". Ucap ketua gang itu yang mulai menyalakan mobil nya.

Perjodohan BRENGSEK [BL] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang