36

18.3K 1K 51
                                    

"Jir ini dah jam setengah enam kenapa Vano belum pulang ya?". Gumam Aland sambil mempuk puk Dewa yang tertidur.

"Telfon?". Aland pun mengambil handphone nya dan mulai menelfon Vano.

"Ish kok memanggil terus sih".

"Dodol ngapa gak telfon Arkan aja tolol". Vano pun mancari kontak Arkan dan ia mulai menelfon nya.

"Halo Land, napa nelfon lu?". Tanya Arkan disebrang sana.

"Eh bini gue ada disitu gak?".

"Lah barusan pengen gue tanya. Dia gak ada disini Land. Tadinya kita ber lima janjian ketemu tapi tinggal bini lo doang yang kagak dateng. Gue wa juga kagak dibales. Kekirim aja kagak". Mendengar itu Aland pun makin khawatir.

"Oh gitu ya bro, yaudah gue matiin ya".

"Eh emang Vano kemana Land?".

"Gue juga gak tau. Tadi sih izin nya keluar katanya ada janji sama kalian. Dan dia bilang bakal pulang sebelum jam 5 sore. Tapi nyatanya sekarang jam 6 loh. Dan dia belum balik".

"Oh gitu. Yaudah kita coba bantu cari ya Land. Bisa jadi ketemu". Ucap Arkan yang khawatir.

"Yaudah gue matiin ya". Aland gak nunggu jawaban dari Arkan. Ia langsung mematikan telfon itu sepihak.

"Dewa. Daddy tinggal Dewa, gak boleh nangis oke?". Ucap Aland ke Dewa yang tadi terbangun karna suara dari Aland. Dewa pun hanya menatap polos ke Aland. Gak ngerti. Tapi Aland anggap itu iya.

Aland pun segera pergi dari kamar itu dan bergegas mencari keberadaan Vano. Seingatnya ia pernah memasang lokasi di handphone Vano dan handphone nya. Mungkin itu bisa membantu.

Aland membuka handphone nya dan membuka satu aplikasi. Disana langsung muncul titik bergambar wajah Vano. Itu menunjukan dimana Vano berada.

Aland langsung menjalankan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Sial nya sekarang jam orang pulang kerja jadi macet nya minta ampun.

Namun Aland tetap harus ngebut. Ia meng klakson satu persatu mobil atau pun motor disana dan usahanya berhasil. Ia sudah melewati area macet tadi. Dan titik Vano pun sudah semakin dekat.

Saat telah mencapai titik itu, Aland tidak menemukan apa apa. Hanya lahan yang kosong dengan beberapa bangunan yang belum jadi namun sepertinya ditinggalkan.

"Titik nya udah bener tapi kemana?". Guammanya lalu ia berjalan memasuki salah satu bangunan tersebut.

Kretek

Sontak Aland langsung melihat kebawah mengecek apa yang ia injak sehingga menciptakan suara seperti itu.

"What? Ini kan hp Vano. Kok ada disini?". Ucap Aland yang tadi mengambil barang yang ia injak. Yap, handphone.

"Sial". Aland baru menyadari ada jejek kaki yang mengarah keatas bangunan. Ralat lantai dua bangunan tersebut.

Aland berlari kencang. Ia tak memperdulikan mobil yang didalam masih ada kunci nya.

"VANO". Teriak Aland yang baru sampai ke lantai dua. Ia melihat sekeliling. Dan oh tuhan...

"VANOO". Aland berlari cepat menghampiri Vano yang tubuhnya sudah penuh dengan darah nya sendiri. Bahkan baju putih yang ia kenakan kini berubah menjadi merah. Matanya juga diikat dengan kain. Dan kalian tau? Kain nya pun ikut terkena darah Vano.

"Vano astaga". Aland mencoba membuka ikatan dimata Vano dan ditangan yang diikat kebelakang. Setelah itu ia menggendong Vano dan langsung berlari cepat kearah mobil nya.

"Van, gue mohon banget sama lo. Bertahan!". Aland pun mulai melajukan mobilnya sampai pasir yang ada disana berhamburan saking cepatnya.

Tak butuh waktu lama bagi Aland untuk membawa mobilnya itu ke RS terdekat.

Ia langsung menggendong tubuh Vano. Melihat itu suster disana langsung sigap membantunya dan dibawa ke ruang IGD.

"Mas nya tunggu sini ya". Dokter tersebut menghalangi tubuh Aland yang ingin masuk keruangan IGD itu. Aland pun hanya pasrah saat pintu itu tertutup. Ia berjalan lesu ketempat duduk disamping pintu ruangan.

Disana ia menangis tak karuan. Ia sangat benci terhadap dirinya sendiri karna tak becus menjaga Vano. Aland memukul kepalanya sendiri sebagai pelampiasan atas ini semua.

Berjam jam Aland menunggu pintu itu terbuka. Ia memutuskan untuk menelfon seseorang.

"Cari informasi dari bangunan**** sekarang!! Dan jangan sampai pelakunya lolos".

"Baik tuan". Ucap seseorang disebrang telfon dengan tegas. Aland pun menutup telfon itu dan handphone nya ia banting ke lantai.

"Gue akan buat pelaku nya mati". Gumam Aland dengan tatapan kosong namun tajam.

Aland pun sudah lemas. Ia menyenderkan tubuhnya disandaran bangku itu. Kepalanya menghadap ke langit dan matanya terpejam. Mungkin terlihat ia sedang tak memikirkan apa apa. Namun aslinya otak dan pikiran nya sedang bertaruh dan bertengkar. Ambyar banget isi otak Aland. Mulai dari beribu pertanyaan, beribu rasa bersalah, dan beribu doa diaduk jadi satu. Stres!

Tiringg

Handphone Aland berbunyi tanda ada yang menelfon, namun ia mengabaikan nya. Hanya melirik sebentar lalu mengalihkan pandangan nya lagi.

••

"Kok Aland gak ngangkat telfon nya sih". Ucap Arga khawatir. Yap, ia menelfon Aland menggunakan handphone Arkan karna handphone nya sendiri sedang di cas.

"Ih takut Vano kenapa napa deh". Ujar Taro sambil menunduk kebawah.

Ya, mereka adalah ArkanArga, dan DavidTaro. Kini mereka belum berpisah karna masalah ini. Mereka semua khawatir tentang keadaan Vano.

••

Sampai sekarang keadaan Aland masih hancur. Ditambah pintu ruangan Vano tak kunjung terbuka. Padahal udah lebih dari 2 jam.

Karna terlalu lemas dan Aland juga belum makan, ia pun tak sengaja tertidur. Namun tidurnya tak bertahan lama karna ada seseorang yang membangunkan nya.

"Permisi tuan Aland, saya sudah mendapat flashdisk yang berisi rekaman cctv dibangunan itu". Aland pun terbangun dan menatap tajam lalu ia mengambil flashdisk yang diberikan bawahan nya itu.

"Silahkan tuan". Ia juga memberikan laptop yang pastinya milik Aland. Aland mulai memasukan flashdisk itu dan langsung tertera sebuah vidio dan beberapa foto.

Aland memencet tombol play dan ia terkejut. Orang yang sama. Siapa lagi kalau bukan Rangga kampret.

"Sialan lo Rang, udah ngancurin hidup gue sama Vano lo anjing". Umpat mya kesal.

"Suruh yang lain, cari dia sampai ketemu. Bawa dia ke markas dan ikat dia. Jangan menghajar nya dulu. Saya yang akan melakukan nya". Ucap Aland ke bawahan nya dan bawahan nya itu memberi hormat dan ia langsung pergi untuk memanggil yang lain agar ikut mancari keberadaan Rangga.

"Sikap Rangga sama Arga beda jauh. Arga orang nya lembut sementara adeknya? Dan gue juga yakin, Arga belum mengetahui ini semua". Katanya dan lanjut melamun lagi sampai pintu itu terbuka.

Ceklek

Aland pun langsung jangkitan dari duduk nya dan menghampiri dokter itu.

"Gimana kondisi Vano dok?". Dokter itu menghembuskan nafasnya dan mengelus pundak Aland.

Alooo gesss...

Sekarang gak ada kode mau sad apa happy end deh (:(

Perjodohan BRENGSEK [BL] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang