Mata Arkan terus fokus sampai...
Penis kecil Vano terlihat!!
Mata Arkan ber benar binar saat melihat milik Vano nan kecil itu. Ia menggigit bibir bawahnya tak tahan. Bahaya, Arkan kecil sudah bangun.
"Jir pen icip". Batin Arkan. Namun ia harus terlihat biasa saja.
"Kecil bener njir". Komen Arkan dengan senyum songong nya.
"Banyak komen lo!! Cepet ukur". Dengan cepat Arkan genggam penis Vano dengan kencang sampai sang empuh kesakitan.
"Aghh ahhh eghhh sakitt goblok!!". Desah Vano membuat Arkan ingin mengocok nya.
"Lo jan desah jir nanti gue masukin tau rasa lo!".
"Astagfirullah tobat nakhhggg". Vano kembali desah saat penisnya digenggam dengan kuat lagi.
"Inget agama nying".
"Ya lo gausah gitu pea".
"Ya lo ngapain desah desah tolol".
"Ish yaudah cepet ukur bego".
"Iya, lo bawel bet dah". Arkan pun sok sok an ngukur itunya. Tapi dia beneran ngerti kalo soal itu dan gak boong. Dengan teliti Arkan mengukurnya.
"Kek nya lo cocok pake ukuran L deh".
"Oh yaudah". Arkan hanya diam sambil memerhatikan penis Vano.
"Woi lepas anjing!!! Udah selesai kan? Udah ah geli gue diliatin lo". Vano menghempaskan tubuh Arkan hingga Arkan menjauh setelah itu ia manaik kan celananya kembali.
"Udah ah gue mau keluar". Vano membuka kunci pintu itu laku keluar meninggalkan Arkan yang bersenyum smirk
Singkat cerita mereka selesai membeli pakaian. Ya seperti biasa, Vano tidak mengeluarkan uang samsek. Dia selalu dibelikan orang lain. Nah kalo sekarang dibayarin Arkan. Pengan jadi Vano ;(
"Makasih ya". Ucap Vano dengan senyum manis nya.
"Sama sama cantik". Arkan mengelus rambut Vano lalu ia menjalan kan mobil nya sampai dirumah nya.
"Emm... Gue tidur dimana?". Tanya Vano.
"Kamar gue lah. Mana lagi".
"Lo gak ada kamar lain gitu".
"Ada sih tapi tu kamar berbantu". Jawab Arkan sambil menunjuk satu pintu.
"Mau tidur disitu? Yagapapa sih, tapi lo harus siap kalo setiap hari harus ketindihan".
"Ih gamau deh. Tidur sama lo aja".
"Yaudah". Arkan berjalan menuju kamarnya dan diikuti Vano.
Sesampainya di kamar, Vano langsung nyusun baju dilemari. Arkan? Dia udah tiduran dikasur.
"Arkan, gue tidur sama lo?". Tanya Vano dengan alis yang dikerutkan.
"Iya kenapa? Gasuka? Kalo gak suka ga usah tidur disini. Lo bisa tidur disofa". Jawab Arkan sambil menunjuk sofa disana.
"Ih gamau tidur disofa. Mau sama lo aja deh".
"Yaudah sini baby". Kata Arkan dengan senyum devil nya. Vano cuma ngikutin arahan Arkan. Dia duduk dikasur lalu ia mengeluarkan handphone nya.
"WHAT??!!".
"Apaan sih lo ngagetin".
"168 PANGGILAN TAK TERJAWAB DARI ALAND!!!". Heboh Vano yang panik.
"Ya terus? Lo mau balik nelfon?".
"Eee gimana ya? Telfon aja lah". Saat Vano ingin memencet tombol telfon di handphone nya, seseorang terlebih dahulu menelfon nya.
"Idih Aland nelfon". Ucap Arkan yang cemburu.
"Duh Arkannn gimanaaa?? Angkat gakk".
"Serah lo". Vano pun memutuskan untuk mengangkat telfon itu.
"AKHIRNYA DIANGKAT JUGA!KIRIM LOKASI LO SEKARANG JUGA!!". Ucap Aland diseberang sana.
"Duh gimana? Kirim gak?". Tanya Vano dengan bisik bisik ke Arkan. Arkan juga bingung harus gimana.
"Kirim aja lah Van". Jawab Arkan dengan wajah khawatirnya.
"I-iya Al, g-gue kirim". Vano mematikan sambungan telfon itu dan ia buru buru kirim alamat nya.
Vano langsung naro handphone nya dan memasang ekspresi cemberut ke Arkan.
"Kenapa?". Tanya Arkan sambil mengelus rambut Vano.
"Takut sama Aland". Jawab lesu Vano.
"Ngapain takut kan dia suami lo".
"Kalo gue di kdrt gimana?".
"Ya tinggal kerumah sakit, lapor polisi, terus hubungin ortu". Jawab Arkan dengan santai.
"Anjing lo ya".
"Loh gak salah toh".
Tak beberapa minit kemudian, ada yang menggedor pintu rumah Arkan.
"WOI BUKA ANJING SEBELUM GUE DOBRAK". Teriak lelaki dibalik pintu. Dengan cepat Arkan keluar kamar dan ia mengunci pintu kamar supaya Vano gak kenapa napa.
Ceklek
Arkan membuka pintu itu dan dengan cepat lelaki tadi menonjok wajah Arkan.
Bug!!
Bug!!
Bug!!
Berpuluh puluh tonjokan Arkan dapatkan sampai akhirnya ia pingsan. Lelaki tersebut berlari menuju kamar Arkan yang didalam nya ada Vano.
"WOI BUKA AELAH PAKE DIKUNCI SEGALA!!". Lelaki itu mencoba membuka pintu itu namun gagal. Ia memutuskan mendobrak pintu itu sampai benar benar terbuka.
Didalam nya terlihat Vano yang ketakutan sambil menutupi dirinya dengan bantal kearea pintu.
"Vano, lo jangan takut". Lelaki itu berjalan pelan kearah Vano. Vano menurunkan bantalnya dan terpampang wajah lelaki itu. Yap, lelaki yang dulunya ia cintai. Namun sepertinya sekarang rasa itu telah hilang.
"MANJAUH LO DARI GUEE!! ARKANNN TOLONGG!!". Vano memukul dada bidang Aland dengan bantal. Namun namanya Aland itu pantang menyerah. Ia tak mendengarkan ucapan Vano yang meringis dan ia menggendong tumbuh Vano keluar walau Vano sempat memberontak.
Sampai lah dimobil. Aland menaruh Vano dan langsung menutup pintu mobil lalu menguncinya. Ia langsung meminta sopir nya untuk melajukan mobil.
"Arkan hiks... Tolong gueeee". Ringis Vano yang tubuhnya sudah melemah.
"Cup cup sayang.... Dia gak pantes buat kamu". Ucap Aland sambil menepuk pelan kepala Vano agar ia tenang.
"Aduh aaaaa perut gueee sakitt". Vano memegang perutnya yang tiba tiba saja sakit.
"Loh Vano kenapa? Kerumah sakit cepet!!". Titah Aland dan dengan cepat mobil itu berputar arah kearah sebelahnya. Lajuan mobil itu tidak main main.
Sampai lah dirumah sakit. Aland langsung menggendong tubuh Vano dan dengan cepat suster yang ada disana membantu dan membawanya ke UGD lalu memeriksanya.
Setelah selesai memeriksa, dokter tersebut menghembuskan nafas lega.
"Bagaimana dok?".
Alooo gesss....
Ada typo kasih tauuu biar bisa aing benerin
Kira kira mau sampe chep berapa nihhh???
KAMU SEDANG MEMBACA
Perjodohan BRENGSEK [BL] ✔️
Teen FictionBagaimana kalau lelaki yang 𝘣𝘳𝘦𝘯𝘨𝘴𝘦𝘬 dijodohkan dengan lelaki 12 pintu? Dosa ditanggung pembaca!! 𝐖𝐀𝐑𝐍𝐈𝐍𝐆 ⚠ •𝐍𝐎𝐍 𝐁𝐀𝐊𝐔 •𝐁𝐀𝐍𝐘𝐀𝐊 𝐊𝐀𝐓𝐀 𝐊𝐀𝐒𝐀𝐑 •𝐓𝐘𝐏𝐎 𝐁𝐄𝐑𝐒𝐄𝐑𝐀𝐊𝐀𝐍 •𝐃𝐀𝐋𝐀𝐌 𝐓𝐀𝐇𝐀𝐏 𝐑𝐄𝐕𝐈𝐒𝐈