enam puluh satu

202 21 3
                                    

Hari ini; Runa, Kev, dan Hasbi memilih untuk makan siang di warung Nasi Padang langganan mereka. Suasana di warung makan tersebut memang cukup ramai, mengingat saat ini merupakan jam istirahat para karyawan kantoran.

"Tumben banget lo makannya sedikit," tegur Kev tatkala dirinya melihat bagaimana isi piring Runa.

"Diet lo ya?" timpal Hasbi yang turut merasa heran dengan teman wanitanya tersebut.

Akhir-akhir ini Runa memang sering menolak bila diajak untuk membeli camilan atau minuman manis. Belum lagi wanita itu mulai rajin mengunjungi tempat gym untuk berolahraga selepas pulang dari kantor. Hal itu dirinya lakukan bisa tiga sampai empat kali dalam seminggu.

"Lagi mencoba pola hidup lebih sehat aja sih," sahut Runa seadanya.

"Pantesan udah nggak ada toples basreng di meja lo."

"Lo merasa kehilangan karena nggak pernah bisa minta ke gue lagi, 'kan?!" tuduh wanita itu yang membuat Hasbi terkekeh menyebalkan. "Tapi kelihatan nggak kalau badan gue kecilan?"

"Perasaan sama aja dah," Hasbi menimpali sembari melahap makanannya. "Nggak ada perubahan."

"Ih! Mata lo katarak kali!" dengus wanita itu dengan perasaan sebal. "Padahal gue udah turun dua kilo, tau!"

"Itu yang mengecil otak lo kali, Ru," ejek Kev dengan nada bergurau.

"Sialan lo!"

Masa sih tak ada perubahan sedikit pun kendati dirinya sudah menurunkan berat badan hingga dua kilogram?

"Gue mau tanya deh sama lo berdua." Kali ini Runa menggunakan nada yang serius. "Lo berdua 'kan cowok, ya. Coba jawab jujur. Ketika lo suka sama perempuan, apa yang pertama lo lihat dan nilai dari mereka?"

Kev dan Hasbi pun saling melirik; mengirim sinyal lewat telepati tatapan keduanya. Pertanyaan seperti ini biasanya akan memicu peperangan antara dua gender.

"Tapi, no offense, ya, Ru," Kev berusaha memberi peringatan sebelum dirinya diberi serangan oleh teman wanitanya tersebut. "Untuk impresi pertama, nggak munafik sih gue lihat dari fisiknya dulu. Laki-laki itu makhluk yang sederhana, Ru, kami suka kenikmatan dari pandangan mata." Hasbi menanggapi dengan turut menganggukkan kepalanya; menyetujui mengenai apa yang diucapkan oleh Kev. "Tapi, digarisbawahi lagi, itu impresi pertama, karena kecantikan itu sifatnya cuma sementara. Istilahnya ya cantik itu gampang bikin bosen, karena perempuan yang cantik juga banyak."

Tanpa sadar, tangannya yang menggenggam sendok pun mengerat begitu kencang, kendati wajahnya terlihat begitu datar seakan kalimat yang terdengar hanyalah angin belaka.

"Itu cuma impresi pertama, Ru," kali ini Hasbi menyahut. "Soalnya gue juga nggak bisa tahan sama perempuan yang menang cantik aja. Tapi ternyata semisal orangnya nggak bisa diajak ngobrol nyambung, planga-plongo doang, ya wassalam."

Kev bergumam setuju. "Menurut gue, yang paling seksi itu perempuan yang cerdas. Soalnya kecerdasan itu nggak punya titik maksimum. Itulah kenapa sampai sekarang gue langgeng sama pacar gue."

Entahlah, rasanya ucapan terakhir dari kedua temannya tersebut tidak terlalu masuk ke dalam rungunya. Yang dapat dia simpulkan adalah ... lelaki selalu menilai fisik yang dimiliki oleh wanita.

***

Pria itu merasa tak tenang begitu mengetahui ponselnya kehabisan baterai. Terakhir, saat dirinya meminta izin pada Runa, wanita itu mengatakan akan menyempatkan berolahraga sebelum pulang ke rumah. Liam sudah memperingatkan untuk langsung pulang saja, karena wanita itu sudah terlalu sering berolahraga tanpa jeda waktu hari untuk beristirahat.

whelve [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang