Bab 34

6.6K 572 18
                                    

Pemotretan bersama Tristan sudah mulai berjalan

Ketika waktu makan siang tiba, Sena dan Riska bergegas ke mobil untuk mengambil bekal yang mereka bawa

Saat Riska sedang mengambil makanan didalam mobil, telfon Sena pun berdering

" Ayo makan siang bersama " Ajak Tristan dari seberang telfon bahkan sebelum Sena sempat bertanya duluan

" Tidak, aku akan makan siang bersama Riska "

" Kalau begitu ajak Riska juga "

" Tidak mau, kami ingin makan berdua saja "

" Kenapa kamu selalu menolak ajakan ku? "

Sena terdiam untuk beberapa saat

" Kamu bersikap seperti ini padaku juga pasti karena mimpi itu, saat ini kita sudah bangun dan tidak bermimpi lagi, jadi berhentilah bersikap seperti ini "

" Justru karena itu, aku ingin memulainya dari awal denganmu, aku ingin berkenalan secara normal, tapi kamu selalu saja menghindar "

" Kita sudah sering menghabiskan waktu bersama, apa hatimu bahkan tidak tergerak sedikitpun? "

Sena yang tak ingin menjawab pertanyaan Tristan tersebut akhirnya mematikan telfonnya

Bohong jika Sena mengatakan hatinya tidak tergerak sedikitpun, karena dari awalpun dia masih memiliki perasaan terhadap Tristan, walaupun awalnya mereka bertemu didalam mimpi, tapi fakta bahwa Tristan mengenalinya didunia nyata juga membuatnya senang walaupun rasa khawatir nya lebih besar

Hanya saja Sena terlalu takut menganggap hal ini adalah kenyataan, terlebih setelah mengetahui latar belakang Tristan di dunia nyata yang tidak kalah dari sosok Tristan di mimpinya

Didalam mimpinya Sena tidak memiliki ketakutan untuk mencintai siapapun, dia tidak perlu memikirkan latar belakangnya didalam mimpi, tidak memperdulikan bagaimana keluarga Tristan memandang nya, karena itu hanya sebuah dunia wattpad baginya, tapi saat ini semuanya berbeda, latar belakangnya asli, dan begitu juga dengan Tristan, mereka seperti hidup di dunia yang berbeda

Sena yang masih mematung ditempatnya dikagetkan oleh panggilan dari Riska

" Sen, kenapa? " Tanya Riska yang bingung melihat Sena termangu ditempat nya berdiri

" Gapapa, ayo makan "

Saat mereka hendak kembali, tiba-tiba Tristan datang dengan wajah serius dan langsung menghampiri Sena

" Kenapa? " Tanya Tristan yang menatap Sena lekat-lekat

" Ada apa? " Sena masih ingin menghindari pertanyaan Tristan

" Kenapa selalu menghindariku? "

" Saya tidak menghindari anda Pak Tristan "

" Panggil aku Tristan "

Sena menghela nafas, ia sungguh tak ingin berdebat dengan Tristan di tempat pemotretan

" Kenapa kejam sekali padaku?, ku akui aku bersalah padamu saat itu, tapi bukankah kamu sendiri yang bilang jangan mengungkit nya lagi, tapi saat aku ingin berkenalan denganmu di dunia nyata sekalipun, kamu masih menghindariku "

Tristan tidak berencana memberikan Sena celah untuk mengelak kali ini

" Aku tidak peduli bahkan jika ini dimulai dari sebuah mimpi, aku ingin mencintaimu dengan benar, menghabiskan sisa hidup bersamamu, aku juga masih ingin menaiki kora-kora itu denganmu, apa itu juga berlebihan? katakan apa kekurangan ku, aku pasti akan memperbaikinya " Tristan sudah tidak menghiraukan keberadaan Riska yang seakan transparan baginya, dia hanya ingin mendengar jawaban Sena

Sena masih mematung ditempatnya

" Kita tidak cocok, itu saja, dan jangan membicarakan hal pribadi seperti ini di area kerja " Sena tahu bahwa ia sudah sangat keras pada dirinya sendiri, namun Tristan harus diberitahu akan hal ini, mereka berdua memang bukan orang yang cocok hidup bersama

" Aku tidak akan berubah pikiran " Setelah mengucapkan itu, Tristan pun pergi meninggalkan Sena, sedangkan riska ikut membeku ditempatnya

***

Sudah dua hari berlalu sejak pemotretan bersama Tristan selesai

Sena secara tidak sadar terus mengecek HP nya secara berkala, mungkin dibawah alam sadar, ia mengharapkan seseorang menelfonnya

Setelah ia tiba dirumah bersama kakak nya, ia lansung bersandar pada sofa diruang TV

" Tumben HP kamu sepi, biasanya bunyi terus " Sindir Reina

" Iya, aku juga heran " Balas Sena

Ngapain aku ngerasa heran?? Biasanya juga gada yang nelfon aku selain Tristan, berhubung sekarang dia udah ga nelfon2 aku lagi lebih bagus deh, kali udah sadar setelah aku kasih tahu kemaren

" Senaaa.. Panggil mami dirumah sebelah, cepattt " Teriak Reina yang kesakitan dari dalam kamar mandi

Sena yang mendengar teriakan kakaknya itu lansung berlari ke arah kamar mandi, begitu melihat kakaknya yang sudah dalam posisi jatuh dikamar mandi, buru2 ia pergi kerumah tetangga untuk memanggil mami

" Mamiii, mamii kakak jatuh di kamar mandi " Setelah mendengar pemberitahuan dari Sena, mami beserta tetangganya itu buru2 menuju kerumah

" Reina kenapa ini?? " Tanya maminya yang mulai panik

" Aku kepleset tadi mi, jangan2 kaki aku patah, sakit banget mii " Sambil menangis Reina memberitahu maminya tentang apa yang terjadi

Karena ayah sedang tidak ada di rumah , sementara mereka semua panik dan tidak sempat menelfon siapapun lagi, akhirnya tetangga mereka yang membantu untuk membawa Reina kerumah sakit

Setibanya dirumah sakit, buru2 Sena dan maminya menemani Reina yang dibawa masuk ke dalam UGD

Namun ketika dokter sudah tiba, mereka pun menunggu di tempat lain

Setelah Reina dibawa untuk CT Scan, akhirnya dokter memberitahu mereka bahwa tulang Reina terbentur cukup keras hingga Reina membutuhkan tindakan lebih lanjut dari dokter spesialis

Akhirnya Sena dan maminya pun menemui dokter spesialis untuk berkonsultasi

Ketika tiba di ruang dokter spesialis tulang, Sena cukup kaget karena mendapati bahwa dokter yang akan mereka temui adalah teman Tristan yang saat itu bersamanya ketika piknik

" Silahkan duduk " Rey mempersilahkan Sena dan maminya untuk duduk

Setelah Rey selesai menjelaskan serangkaian prosedur yang harus ia lakukan pada Reina selama perawatan nya, Sena dan maminya pun berpamitan untuk kembali melihat Reina yang sudah dibawa ke tempat rawat inap

Namun Sena kembali lagi kedalam ruangan Rey setelah keluar beberapa saat

" Dokter, ada yang ingin saya tanyakan " Ucap Sena

" Apa ini tentang pasien? " Balas Rey

" Bukan "

" Tristan dibawa kerumah neneknya " Ujar Rey tanpa menunggu Sena bertanya lagi

" Karena seperti nya kita tidak punya hal lain yang bisa dibicarakan selain tentang pasien dan Tristan, jadi sudah pasti yang ingin ditanyakan adalah kabar Tristan kan? , biasanya dia selalu mengoceh tentang mu, tapi belakang ini aku belum mendengar ocehannya, jadi aku menyimpulkan bahwa kalian tidak saling bicara "

" Iya, kami memang tidak saling bicara dua hari belakangan "

" Jika kau bahkan menghitung hari, bukankah sudah jelas bahwa kau menanti? Lalu kenapa masih menolak nya?" Tanya Rey heran

" Kami tidak cocok "

Entah sampai kapan sena akan bersembunyi dibalik kata-kata tersebut





Author kualat : masuk kedalam wattpadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang