tingkiwingki dipsi lala yanto~~~
tingkiwingki dipsi lala yanto~~~begitulah bunyi alarm narenza yang selalu membangunkannya di pagi hari.
dengan rasa kesal naren mematikan alarm tersebut dengan kencang, pasalnya naren baru saja tidur selama 2 jam karna begadang main game online.
"bangke perasaan baru tadi gua turu ngapa ni alarm biadab dah bunyi dah" geram naren sambil mematikan alarm tersebut, lalu bergegas mandi agar tidak telat masuk sekolah.
---
sesampainya di sekolah, tepatnya dikelas naren sedang bersiap siap untuk berlari ke lapangan untuk upacara.
sesampainya dilapangan naren mengumpati dirinya dalam hati karna betapa bodohnya dia melupakan hal yang penting, yaitu topi.
"mati gw, otw dijemur dah" batin naren
"yang pendek didepan, yang pendek didepan" teriak para anggota osis yang baru datang dilapangan.
naren yang dari tadi takut dihukum karna tidak bawa topi pun hanya diam ditempat, menghiraukan teriakan osis tadi, katakan saja jika naren pendek karna tinggi nya hanya 147 di kelas 10 nya itu.
ketua osis yang melihat naren hanya diam tanpa adanya gerak pun segera bergegas menghampiri naren.
"bang samid..." cicit naren pelan karna melihat wajah samid yang terkesan garang.
ya naren sangat takut jika sudah melihat samid yang menampilkan wajah garang nya. rahang tegas, bibir tipis, badan tinggi dan kekarnya membuat naren bergidik ngeri.
btw naren adalah anggora termuda di gangnya maka dari itu naren memanggil anggota gangnya dengan sebutan abang.
"kenapa hanya diam hmm..." suara berat samid mampu membuat naren berinding.
"gua ga bawa topi bang" sambil menundukan kepalanya sambil memainkan ujung seragam bajunya.
samid yang melihat itu hanya menggelengkan kepala nya, dimana sifat badboy nya naren menghilang, jika bersama orang lain naren nakal dan barbar, lain kepada samid yang nurut dan manja.
"berdiri di sana dan hormat" ucap sang ketos sambil menunjuk pinggir lapangan. ya samid memang tegas bagi siswa maupun siswi yang tidak taat peraturan sekolah.
tanpa ba bi bu naren langsung berlari bergegas menuju pinggir lapangan sesuai perintah sang ketos.
setengah jam berlalu "sshhh bangsat kaki gua pegel bet asu, ni upacara kapan kelarnya dah" kesal naren sambil hormat.
---
skip upacara
siswa maupun siswi langsung berhamburan ntah kemana ada yang kekantin, membolos, kabur, dll karna sekarang adalah jam kos, guru guru ada rapat.
sekarang inti gang alpice sedang berada dikantin sedang menikmati jajanannya.
naren yang sejak tadi tidak dapat menikmati jajanannya hanya diam memandangi sekitar. anggota yang melihat naren tidak menikmati jajanannya saling ber tatap tatapan seakan bertanya kenapa ni anak.
"lu ngapa dah ren dari tadi gua liatin ngenes bet tuh muka" ucap ilham yang sudah tak tahan menanyakan kenapa bocah didepannya itu.
"kaki gua serasa patah anjir, dari tadi gua diri hampir sejam anjir mana panas lagi" ucap naren dengan wajah kesalnya yang malah terlihat sangat lucu.
"halah lebay lu ren, lagian siapa suruh ga bawa topi dah tau senen tuh upacara" tampal haidar yang dari tadi menyimak percakapan mereka.
naren yang mendengar itupun hanya menghela nafas kasar, samid yang mendengar helaan nafas kasar naren pun menatap naren.
tanpa pikir panjang samid menaro kaki pendek naren ke atas pahanya dan memijat secara perlahan.
"anjir lu ngapain cok turunin kaki gua malu sat diliatin orang noh" sambil menurunkan kakinya tapi ditahan oleh samid.
"diamlah" suara serak dan beratnya mampu membuat naren kikuk tak bergerak, naren pasrah dan menikmati pijatan sang empu.
saking enaknya pijitan samid, naren sampai tertidur pulas bahkan naren mendengkur keras. inti alpice yang melihat naren tidur pun hanya menggelengkan kepalanya.
"makhlum ges namanya juga bayi, siang siang kudunya tidur" ucap arya sambil mencubit pipi naren tak kuasa menahan gemas.
"jangan sentuh" tekan samid pada arya.
"iya iya elah posisif bet" cicit arya.
inti alpice yang mendengar cicitan arya berusaha menahan tawa, takut takut disembelih sang wakil alpice.
BERSAMBUNG...
KAMU SEDANG MEMBACA
NARENZA ALEXANDER
Teen Fictionseorang remaja bernama narenza a, yang mengira ia sebatangkara tak menyangka suatu hari ada seorang pria gagah nan rupawan mengaku sebagai daddy dan abangnya. ia memiliki gang alpice yang beranggota inti 7 orang yaitu narenza sebagai ketua, arya, di...