Not Me
Bagaimana cerita dimulai dengan seorang bocah kecil yang melihatku dengan penuh ekspresi menjadi dendam yang kesumat yang tidak akan pernah dia lupakan?
tentu saja itu membuat ku sakit hati, bagaimana bisa seorang bocah yang tampan melihatku dengan tatapan membunuh itu seperti aku adalah penjahat yang sangat kejam dimuka bumi ini.
"tenang saja, aku akan kembali kemari untuk membunuhmu selanjutnya" mengusap kepalanya yang terus bergetar dari tadi.
"orang tua mu pasti bangga nantinya kalau kamu membunuhku sebelum aku membunuhmu"
=
aku adalah anak adopsi dari keluarga yang terpandang, awalnya aku adalah anak kecil yang kabur dari eksperimen yang gagal dan kebetulan mereka sedang kemping didekat gunung sana. jadi mereka membawaku kerumah sakit untuk mendapatkan perawatan yang memadai.
selama 10 tahun ini aku terus memantau bagaimana anak dari orang tua yang kubunuh dan entah bagaimana aku sangat tertarik dengan pertumbuhannya yang sangat cepat itu, mungkin aku terlalu memberi luka sangat dalam untuknya. melalui monitor aku melihat bagaimana pergerakannya ketika berlatih bertarung diring yang dikelilingi orang orang yang bersorak ramai.
"terima kasih" dia berjabat tangan dengan pelatihnya, memberikan senyuman yang selalu aku lihat dari monitor ini.
hmm 'pemandangan yang bagus' sambil menyeruput kopi.
=
entah kenapa mulai dari dia masuk kuliah aku begitu bosan melihat dia hanya itu itu saja yang ia lakukan, bagaimana bisa dia kuliah dengan sangat tenang ketika aku sangat bosan seperti ini. bahkan sekarang aku sedang mengikuti pergi ke indomaret di samping apartman nya mengikuti sampai dia keluar dan berbelok kearah apartmannya.
aku hanya bisa melihat dari pintu indomart yang kubuka pelan, selagi dia berjalan aku menatapnya dari belakang. 'apa dia tidak menyadari aku yang terus mengikutinya selama seminggu ini?' aku membuka botol susu dan meneguknya.
"hy bocah" seketika aku reflek melihat kebelakang.
"hmm?" aku menaikkan alis dan menutup kembali botolnya.
"kenapa kau terus meihat pria tadI?" ucapnya mengintimidasi, owh dia pelatih nya pantas saja kalau dia sangat perhatian dengan dia.
"aku hanya melihat karna dia ganteng, ada urusan apa?"
"anak jaman sekarang tidak ada sopan santunnya yaa, waaha" dia tertawa sambil merangkul ku dengan kekuatan penuh.
"tolong lepaskan" menyingkirkan tangannya yang berat, dia awalnya lumayan kaget tapi aku tidak merasa kalau aku harus meminta maaf padanya. aku pergi dari sana.
"hy tunggu anak muda" aku menoleh kearahnya, "bagaimana jika kau masuk kepelatihan kami? sepertinya kekuatanmu sangat berguna"
"aku tidak tertarik"
"bagaimana bisa kamu tidak tertarik ketika pemuda tadi adalah pemain kami yang sangat berbakat"
"yaa dia manarik tapi aku tidak tertarik untuk masuk"
grab
dia memegang tanganku dan memutar balikan aku dengan kasar lalu membantingku ketanah, seketika samar samar dia menyuntikkan sesuatu ketubuhku. sialan.
=
"pelatih, bukannya sudah berjanji untuk tidak memberinya obat penenang. itu hanya untuk jaga jaga kalau dia memberontak"
"hey, dia memberontak"
"selama kamu menyapa nya aku disana mengawasimu, kau.."
"dia sudah sadar"
greb, seseorang mencekik ku dengan kuat. aku masih lemas tapi mencoba untuk memberontak namun aku melihat kalau kedua tanganku terborgol disisi yang berlawanan.
"akhh, sia.. lan akk" mencoba memberontak menggunakan kaki yang sama saja seperti tangan, diborgol.
"lepas, kawan"
dia melepasku dengan kesal. aku manatap satu satu orang yang ada disana, jumlah nya 3 orang. bisa saja aku membunuh mereka semua, tapi masalahnya adalah borgol ini.
"tenang" bocah sialan, kapan dia merencanakan ini.
aku tersenyum ketika dia mendekatiku, "selamat kamu menang" ucapku.
dia mendekatkan wajahnya kearahku, "kukira aku akan melupakan wajah ini, ternyata kakak tetap cantik walau sudah lama sekali kita tidak bertemu" mengusap wajahku pelan.
"hahah, tentu saja. kau menang sialan, bunuh aku sekarang" ucapku berteriak.
"mana bisa.. aku selalu menunggu kakak dengan sangat cemas kalau kakak tidak kembali kepadaku" dia mengisyaratkan untuk yang lain pergi, tinggal lah kami berdua disini.
"hy bajingan kecil, aku tau kalau kau sangat puas dengan penangkapan ini. apa lagi kekuatanmu sudah pulah sama seperti orang tuamu masih ada, tapi kau bermain halus bung"
"hehe tentu saja aku selalu melihat kakak bagaimana kakak bermain dengan pelan dan halus, selalu waspada walau sedang bermain main. tidak sangkakan aku yang akan memburu kakak selama 10 tahun ini"
aku terdiam, bukan karna kehabisan kata kata. tapi dia kembali menyuntikkan kembali sesuatu kepadaku, aku mulai lemas dan teringat kembali trauma trauma yang terjadi dilab penelitian. ketika orang tua nya ternyata adalah salah satu profesor disana dan memanfaatkan aku yang tolol ini percaya kalau aku sudah bebas.
bahkan sekarang giliran anaknya yang memanfaatkan aku dengan sangat kejam, aku dengan lemas meremas bajunya.
"bocah kecil, aku selalu mengalah padamu. bahkan ketika bermain dengan orang tuamu aku merasa aku sangat bahagia sampai kau lahir, ternyata aku adalah anak pancingan untuk mereka" ucapku dengan lemas.
"haha akhirnya kakak mengakuinya, dan akhirnya aku mengetahui kalau kita bukan saudara kandung" dia tersenyum puas.
aku menatapnya kesal, "lepaskan aku, bajingan"
entah apa yang dia pikirkan, dia melepasku begitu saja tanpa mengatakan apapun.
"kakak, ayo bunuh aku"
aku melihatnya dengan kesal, "jangan lakukan hal yang sia sia bung, carilah pelatihmu dan katakan saja padanya agar membunuhmu" aku keluar dengan tertatih tatih.
"owh ternyata pasukanku sudah datang" melihat orang nya dia tergeletak tak berdaya didepan pintu.
aku menendang pelatih bocah itu, ah mereka memberikan aku obat ini. snagat murah hati, aku mengambil plastik ditubuh pelatih itu dan mengeluarkan botol kecil dan langsung meminumnya.
"ah kali ini aku segaar" aku kembali kedalam ruangan, mengunci pintunya.
"kakak, kakak sudah kembali?"
"tentu sayang, ayo bermain"
-