Mungkin Sebagian orang akan senang kalau melihat adiknya sukses dan hidup lebih nyaman darinya, tapi bagaimana dengan aku yang sudah menyekolahkannya tapi dia tidak sekalipun melirik kearahku Ketika aku butuh bantuannya. Baiklah 3 tahun ini aku tidak akan lagi berharap pada adikku yang sudah memiliki keluarga dan hidup dengan bergelimang harta, namun dengan kondisiku yang sudah tidak muda lagi aku dititip anak nya karna suaminya pergi entah kemana.
Dia menitipkann bocah ingusan yang selalu menatapku kesal, pada hal aku tidak melakukan apapun padanya. Apa yang menurutnya membuat dirinya itu bisa terlihat begitu kesal terhadapku? Kita baru jumpa minggu ini dikafe, kukira aku akan diberikan beberapa uang untuk membantuku makan bulan depan. Tapi ternyata uang ini bukan bersih untuk ku, disini ada uang rawat anaknya. Memang bukan sedikit uang nya namun kenapa dia terus terusan merusak kehidupan ku yang tenang.
"bang, aku harus mencari suamiku yang menghilang entah kemana" ucapnya memohon.
"tidak, aku memang tergiur dengan uangmu. Tapi kalau itu menambah beban hidupku maka aku menolaknya"
"tapi aku takut untuk menitipkannya pada orang lain"
Aku menatap bocah itu duduk disofa dengan eskrim ditangannya, dia tidak terlihat mirip dengan adikku. Tapi mungkin dia mirip dengan ayahnya yang menghilang, entah kenapa hati ini begitu rapuh dengan kasihan anak kecil.
Aku menghela nafas, "baiklah, cepat lah Kembali dik"
"benarkah? Terima kasih bang, aku akan memberikan 3 rekening ini. Jadi kalau kurang kabarin aku yaaa. Terima kasssih"
=
Aku berdiri didepan pintu rumah mereka yang megah, mulai sekarang aku akan tinggal disini. Waaw gila ini begitu besar... aku melirik gadis kecil digandenganku, pantas saja baju baju nya brended semua.
Kami masuk berdua karna adikku sudah pergi barusan jadi aku berencana untuk membuat plan kedepannya yaaa ini kebiasaanku karna plan sebelumnya tidak ada anak kecil dikehidupanku.
"hy, dik siapa namamu?"
Dia tidak menjawab, lalu menyilangkan tangannya didada.
"hy, kamu harus nurut dengan paman" sekali lagi dia tidak menjawab, sebenarnya aku tau nama dia karna menurutku lebih baik tau nama seseorang dari mulut mereka sendiri.
"baiklah kalau tidak mau menjawab, aku akan memanggilmu sikecil" dia berdiri lalu menghentak hentakkan kaki nya menuju 1 ruangan. Mungkin itu kamarnya?
Tanpa aku sadari aku sudah membuat plan sendiri didalam kepalaku, beberapa surat sekolah nya dan rekomendasi Perusahaan untuk menggantikan mereka. Ini hanya sementara sampai adikku Kembali.
=
Kami menjalani kehidupan dengan biasa saja sampai bertahun tahun kami bersama, sikecil juga mulai dekat denganku tapi tidak lebih dekat dengan sampai tidur Bersama atau sekedar berpegangan tangan untuk jalan jalan, padahal biasa anak kecil harus selalu diawasi namun dia begitu mandiri dan terus menunjukkan hal hal yang menurutku tidak wajar untuk dikatakan anak kecil. Dia tumbuh dengan baik.
"sikecil, cepat turun" teriakku didapur, mulai dari aku tinggal disini aku membatasi pelayan untuk masuk kerumah. Ya tentu saja aku kurang nyaman Ketika mereka mondar mandir didepanku untuk membersihkan rumah, karna bukan 4 orang saja pelayan dirumah ini. Jadi karna aku juga tidak biasa rumahku dibersihkan orang maka dengan keputusanku, aku akan membersihkan sendiri rumah dan tidak ada lagi pelayan yang mengurus sikecil Ketika aku dirumah.
Sikecil turun dengan celana nya, aku mengenyitkan dahiku. "hy, pakai rokmu, kau Perempuan"
"paman, aku pergi menggunakan motor jadi tidak mungkin memakai rok pendek"